Phase 00: 08

396 39 26
                                    

Update pagi-pagi buta~ yekann

yhahaha terlalu cepat, tapi bodoamat:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yhahaha terlalu cepat, tapi bodoamat:)

Yang penting bisa liat keuwuan dan keanggunan Papa Mama di malam tahun baru~

Eniweys, selamat membaca^^

-

"Mafu Nii-san?"

Hoshino yang baru sampai di lobi rumah sakit, terheran melihat kakak albinonya menunduk seorang diri di bangku tunggu.

Pemuda itu berjalan mendekat, sekali lagi menyapa sambil duduk di samping si albino. "Sedang apa Nii-san disini? Apa Tou-san dan Hare-chan sudah sampai?"

Pada titik itu Hoshino dapat melihat betapa pucat dan sendu wajah kakak iparnya. Punggung yang biasa kokoh tampak lelah, rapuh. Kantung mata yang hitam itu pun gagal menipu mata Hoshino. Dia segera tahu, kakaknya ini sudah terlalu banyak menanggung beban pikiran. Apalagi, saat suara rendah yang serak menjawab, "Ya, mereka masuk ke dalam tadi."

"Lalu, kenapa kau disini?"

Masih belum menoleh juga kepala bersurai salju itu. Hoshino menghela napas. Menyandar pada kursi, ia menengadah menatap langit-langit ruang tunggu.

"Kalian bertengkar?"

"..."

"Memilih diam, huh? Kau tidak takut aku salah paham?"

Bisa dia rasakan tunduk kepala itu semakin dalam. Sekali lagi Hoshino menghela napas. Setelah itu ia berceletuk, "Kau bilang bakal selalu bersikap terbuka pada Kakakku, tapi nyatanya masih ada saja yang kau sembunyikan. Memang, ya, sifat innate-mu itu takkan berubah mau bagaimanapun juga. Kau pria yang jahat."

Tawa hambar terdengar dari mulut sang lawan bicara. "Kau benar," kata dia, "aku ini memang pria jahat."

Sejenak kemudian, kedua tangan Mafu bergerak meremat helaian seputih salju yang tumbuh di kepalanya. Pias wajah itu, selagi dengan suara bergetar nan serak kalimatnya dilanjutkan, "Amachan benar, seharusnya aku mundur saja di awal. Mereka sudah bukan urusanku. Aku sudah punya kehidupan yang baik dan damai, memutus hubungan dengan dunia gelap yang meneror nyawaku saban hari sejak dulu..."

"...Tapi aku justru masuk lagi, bahkan menyeret orang yang paling berharga untukku. Aku benar-benar angkuh! Kupikir aku bisa melindunginya. Aku tinggal waspada dan berjaga agar dia tetap baik-baik saja. Karena aku kuat, aku yakin orang-orang itu takkan berani mengusik dia. Tapi, nyatanya tidak. Aku salah. Kejadian hari ini membuktikan itu..."

Kali ini Mafu menengadah, mempertemukan sorot merah darah redupnya dengan plafon rumah sakit. "Persetan dengan menyelamatkan orang lain. Tujuan asliku terlibat dalam masalah ini tidak semulia itu," dia melanjutkan, "saat Sakatan pertama kali membahas masalah ini, aku langsung berpikir tentang mediang ayahku. Tanpa kusadari, sepertinya dalam lubuk hatiku yang terdalam, diam-diam aku masih tidak bisa menerima kematiannya. 'Andai saja mereka tak ada, mungkin sampai saat ini Otou-san masih akan hidup', begitu pikirku. Aku dikuasai dendam dan amarah. Yang berbisik dalam nurani tak jauh dari kata 'balas dendam'..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Family under the Umbrella [MafuSora]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang