Happy reading, semoga suka. Ini cerita baru ya, temanya dark romance 21+ satu tema dengan Sultan's Virgin Concubine.
Full versionnya bisa didapatkan di Karyakarsa ya. Untuk yang kemarin sudah beli paketnya, langsung bisa baca ya, ga perlu beli lagi.
Warning : 21+ (cenderung erotica)
Untuk playstore, menyusul ya.
Luv,
Carmen_______________________________________
“Tolong berhenti menghubungiku, Sam!”
Suara pria yang sengaja dibuat merana itu membuatku semakin muak. Rasanya aku ingin membanting telepon ini ke seberang ruangan agar tidak perlu lagi mendengar suara menyebalkan itu. Hanya membuat telingaku sakit saja.
“Please, Savannah, dengarkan aku dulu.”
“Tidak ada lagi yang perlu kau jelaskan, Sam. Semua sudah jelas di antara kita. Kau lebih memilih dia daripada aku waktu itu dan aku sudah…”
“Aku menyesal, Savannah. Sumpah, aku menyesal. Allison sama sekali tidak ada setengahnya dibandingkan dirimu dan aku…”
Aku memejamkan mata dan menghitung hingga lima. Bagaimana mungkin aku dulu begitu buta? Berpikir kalau aku jatuh cinta pada pria picik seperti Sam? Setelah ketahuan berselingkuh dengan teman kerjanya, aku masih ingat dia merendahkanku sebelum mendepakku dari hidupnya dan kini dia berani datang dan mengemis-ngemis agar aku menerimanya kembali? Tidak itu saja, Sam kini malah menghina wanita yang waktu itu dipilihnya, apakah sudah menjadi kebiasaan pria itu untuk bermain-main dengan perasaan lawan jenisnya, lalu merendah-rendahkan mereka ketika tidak lagi menginginkannya dan menyanjung-nyanjung wanita yang dia pikir cukup baik untuknya?
“Dengar, Sam. Aku tidak peduli apapun yang kau katakan, bagiku, we are done. Kau punya cermin di apartemenmu, bukan? Saranku, lebih baik kau lihat ke dalam cermin sekarang, menurutku, Allison masih terlalu baik untukmu.”
“Savannah,” ucap pria itu terdengar tersinggung. “Mengapa kau tega…”
Memuakkan!
“Berhentilah menghubungiku, For God’s sake!”
“But I love you and I miss you, and I just…”
Oh Tuhan! Aku memejamkan mata dan kembali menghitung, kali ini hanya sampai pada hitungan ketiga. “Oke, dan kau boleh bawa saja cintamu itu ke neraka, Asshole!”
Dan akhirnya aku membanting telepon itu ke seberang dan tidak pernah merasa lebih puas dari sekarang. Setidaknya benda itu sudah berhenti berdering.
Mengapa hidupku harus sekacau ini? Setelah putus dari si berengsek itu, aku juga kehilangan pekerjaan. Kini, ketika sedang fokus mencari pekerjaan lain dengan bayaran yang lebih cocok, aku malah harus dihadapkan dengan masalah baru. Sam kini tak berhenti menghubungiku dengan menggunakan segala cara dan aku lelah terus-menerus menghindarinya. Pria itu tidak tahu malu, tidak bisa menerima kata tidak dan benar-benar bajingan arogan yang berpikir semua wanita pasti akan tunduk di bawah pesonanya. Memuakkan! Membayangkan aku tinggal sekota dengannya, membayangkan kami terkadang akan bertemu, membayangkan semua telepon dan gangguan yang seolah tak berhenti datang, rasa-rasanya aku ingin menangis saja. Di saat itulah, aku teringat akan tawaran yang disodorkan padaku oleh salah satu agensi yang kudatangi kemarin.
Menjadi tutor pribadi.
Semua syarat yang diajukan bisa kupenuhi. Agenku berkata bahwa pekerjaan ini cocok untukku.
Bayarannya juga fantastis. Hanya satu yang memberatkan, kata agen tersebut, bahwa aku harus bersedia meninggalkan Inggris.
Qatabyar? Aku bahkan tidak tahu persis di mana letak negara itu. Aku baru mendengar namanya. Tapi tempat itu jauh dari Inggris dan mungkin bisa menawarkan semacam pelarian sementara sampai Sam lelah dan melupakanku. Aku mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang sangat bagus, bonus yang menggiurkan jika performaku lebih dari yang diharapkan, sebuah kesempatan untuk melihat-lihat kehidupan di belahan dunia lain juga kesempatan untuk menjauh dari Sam. It sounds perfect now.
So I’ll just grab the chance.
Qatabyar, I am coming.