28. Blackmail

844 191 17
                                    

TARA

"Kamu mau nilai Ekopernya D lagi?" tanya gue ke Dini.

"Ya jangan lah Pak, kejam amat Pak Tara,"

Gue sudah mengumpulkan anak-anak Biologi yang gak lulus tepat waktu, tapi gue menyisakan Dini di paling akhir. Biar bisa ngobrol dikit.

"Yaudah bantuin saya, biar saya juga bisa bantuin kamu," kata gue.

"Ya saya harus apa Pak?" tanya Dini.

"Bilang Imel buka blokirannya, dia ngeblokir saya. Itu anak kemana sih? Gak mau lanjut penelitan apa gimana dah?"

Dini diam sejenak,

"Waduhh, gimana ya Pak?"

"Gimana apanya?"

"Masalahnya Imel nih sahabat saya, Pak,"

"Saya tau kalian berdua ikrib, makanya saya minta tolong kamu sampein ke Imel,"

"Pak, Imel cerita ke saya soal masalahnya sama Bapak," ucap Dini, membuat gue diam.

"Okayy, kalau kamu tahu ceritanya berarti kamu tahu kan kalau saya sama Imel nih perlu ngobrol berdua?" ucap gue, mencoba berbicara setenang mungkin.

"Tapi kalau Imel belum mau ya jangan dipaksa dong, Pak,"

Gue mengangguk.

"Saya gak maksa kok, saya tahu dia butuh waktu,"

"Ya terus kenapa Pak Tara nyuruh saya ngomong sama Imel?"

"Cuma buat buka blokirnya, Din. Saya kan pengin tau kabarnya dia,"

"Imel baik kok, Pak," ucap Dini pelan.

"Gini deh Din, kalau kamu mau bantuin saya, gak cuma kamu yang nilainya aman, semua yang tadi saya kumpulin, aman semua nilainya, berkat kamu,"

"Aman gimana?"

"Ya kalian gak perlu ikut semester pendek. Gak harus bikin makalah berlembar-lembar,"

"Wahhh? Tawaran menarik tuh Pak,"

"Demi kalian, saya bakal bikin workshop, atau kuliah umum, you named it. Kalian hanya perlu dateng, dengerin, bikin kesimpulan satu lembar. That's it, minimal nilai B kalian dapet dari saya,"

"Serius, Pak?"

"Yapp! Kamu bisa pegang omongan saya,"

"Haduuh, tapi Imel sahabat saya Pak,"

"Yaudah, itu pilihan kamu loh yaa, saya gak mau maksa. Saya cuma ngasih tau benefit yang kamu dapetin kalau kamu bantu saya,"

"Pak Tara licik banget, asli,"

Gue cuma senyum dikatain begitu, kali ini gue mengakui tuduhan Dini barusan.

"Kabarin aja kalau kamu mau ngomong sama Imel, oke? Dah ya, saya harus balik ke rektorat,"

Gue meninggalkan Dini sendirian di ruang rapat. Sip, emang gitu kalau harus 'perang' psikologis sama orang. Biar dia ngerasa lemah sendiri.

Sebenarnya, gue mengakui apa yang gue lakuin ini gak baik. Cuma ya gimana? Hati gue saat ini ada perasaan yang mengganjal, gue mau ngobrol sama Imel. Gue pengin semuanya jelas.

Sudah, itu saja.

*****
*****
*****

IMEL

"Wah kacau!" seruku ke Dini saat ia mampir ke rumahku sore ini.

"Ayo lah Mel, tolongin gue. Masa lo mau bestie lo ini 4 kali remedial Ekologi Perairan Tawar,"

Ranjang Usang Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang