Hampir sebulan sejak kejadian itu, dan Boun menepati janjinya. Tidak menemui Prem lagi. Atas bujukan dan desakan Pharm, Prem kembali bekerja di perusahaan Boun, lagipula bujukan Pharm ada benarnya juga. Prem butuh gajinya untuk menghidupi mereka semua. Dan selama sebulan itu Boun, sang CEO menjadi orang yang paling sulit dilihat di kantor, jika tidak sedang melakukan perjalanan bisnis, lelaki itu mengurung diri di ruangan kerjanya dan tidak keluar-keluar.
Sesekali Prem masih berpapasan dengan Drake, lelaki itu masih bekerja di sini. Boun tidak jadi memecatnya, sepertinya dia dan Boun sudah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.
Dan Prem merindukan Boun. Dia sudah bertekad melupakan Boun, tetapi hatinya punya mau sendiri, kadang dia menatap lift khusus direksi yang menyambung langsung ke ruangan Boun dengan penuh harap. Berharap tanpa sengaja dia melihat Boun keluar dari sana, melangkah ke parkiran mobilnya.Tuhan tahu betapa ia bersyukur seandainya saja dia bisa melihat Boun, biarpun cuma satu detik, biarpun cuma dari kejauhan. Tapi entah kenapa Boun seperti punya pengaturan waktu sendiri agar tidak bertemu Prem.
Sore itu Prem melangkah memasuki apartemennya dengan lunglai, dia tidak enak badan, sedikit panas dan meriang, jadi dia minta izin pulang cepat.
Ketika memasuki ruang tamu, dia mendengar suara tawa dari ruang tengah. Suara Ohm dan Pharm. Pharm sudah mendapat izin Boun menggunakan setengah hari kerjanya untuk melakukan terapi khusus pada Ohm. Terapinya sudah membuahkan hasil, Ohm sudah bisa menggerakkan jari-jari kakinya, sedikit mengangkatnya dan melatih saraf-sarafnya. Optimisme bahwa Ohm akan bisa berjalan lagi semakin besar.
Prem melangkah ke ruang tamu dan melihat Ohm sedang duduk di kursi rodanya sedang Pharm menuangkan teh untuknya, sepertinya sessions terapi sudah selesai.
Ohm mendongak ketika merasakan kehadiran Prem dan tersenyum lebar, mengulurkan tangannya, "Hai sayang."
Dengan senyum pula Prem melangkah mendekat, menyambut uluran tangan Ohm. Lelaki itu membawanya ke pelukannya dan mengecupnya, "Bagaimana session terapi kali ini?" tanyanya lembut.
Ohm tertawa dan Prem mengamatinya dengan bahagia, Ohm banyak tertawa akhir-akhir ini. Lelaki itu makin sehat, warna kulitnya juga sudah jadi cokelat sehat, tidak pucat pasi seperti dulu. Badannya sudah berisi dan tampak lebih kuat. Ohm sudah menjadi Ohm-nya yang dulu, yang penuh tawa dan vitalitas, dengan semangat hidup yang memancar dari dalam dirinya."Aku tadi sudah belajar berdiri, sulit sekali Prem sampai keringatku bercucuran, tapi aku senang sudah sampai di tahap sejauh ini." jelas Ohm bahagia.
Prem membelalakkan matanya senang, "Benarkah?", dengan gembira ditatapnya Pharm, "benarkah, dokter?"
Pharm mengangguk dengan senyum di bibirnya, "Perkembangan Ohm sangat pesat Prem, aku optimis dia akan bisa berjalan lagi."
Dengan bahagia Prem memeluk Ohm erat-erat, "aku bangga sekali padamu, sayang!" serunya dengan kegembiraan murni.
Tapi tiba-tiba Ohm melepaskan pelukannya dan menatap Prem sambil mengerutkan alisnya,
"Sayang, badanmu panas."Gantian Prem yang mengerutkan keningnya lalu meraba dahinya sendiri, "Benarkah? Aku memang merasa tidak enak badan, makanya aku pulang cepat."
Dengan cemas, Ohm menoleh ke arah Pharm, "Dokter, badannya panas bukan?"
Pharm segera mendekat dan menyentuh kening Prem lembut, "Benar, kau panas Prem, apakah kau terserang flu?"
Prem menggelengkan kepalanya, "Tidak, saya tidak pilek ataupun batuk dokter, tapi ada masalah dengan perut saya, akhir-akhir ini saya sering memuntahkan makanan yang saya makan, makanya badan saya terasa lemah dan..."
"Memuntahkan makanan?" Pharm mengernyitkan keningnya, begitu serius.
Prem menganggukkan kepalanya, tidak menyadari betapa seriusnya pandangan Pharm menelusuri tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A ROMANTIC STORY ABOUT YOU AND ME (BOUNPREM VER)
FanficDua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan, kini dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain, tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa panas sampai mereka bis...