PART 14

3 1 0
                                    

Vania masih penasaran dengan buku rangkuman materi yang dibaca oleh Riana, sampai saat jam pelajaran sedang berlangsung pikiran Vania dan hatinya bertanya-tanya. Saat guru sedang menjelaskan pelajaran, Vania sesekali melirik dan memicingkan matanya kepada Riana hingga membuat muka Vania terlihat konyol, ia seperti itu bermaksud ingin mendapat jawaban siapa yang memberikan buku tersebut. Riana melirik Vania, pandangannya dibuat tidak fokus karena Vania sering melirik dirinya.

"Apasih Van?" Lirih Riana berusaha supaya tidak terdengar oleh guru yang sedang menjelaskan di depan

"Dari siapa itu buku?" Vania pun ikut berbicara pelan

"Kenapa sih, kok Lo kepo banget?"

"Hemm... Jangan-jangan itu dari...." Belum kelar berbicara tiba-tiba Ibu guru memanggil nama Vania hingga membuat Vania kaget

"Vania..." Panggil Bu guru dengan suara lantang

Pandangan Vania kini menghadap ke depan memperhatikan Bu guru yang tadi memanggilnya

"I..i ya bu" Vania menjawab dengan terbata-bata

"Kamu mau menjelaskan materi kepada teman-teman kamu? Tolong jangan berisik disaat saya sedang menjelaskan"

Vania menunduk dan tidak bisa menjawab lagi ia merasa bersalah, apalagi dia tadi mengobrol dengan Riana dengan nada yang semakin keras sehingga Bu Guru mendengarkan sedikit kericuhan. Riana tersenyum kepada Vania, ia berniat meledek Vania, Vania pun kesal dan melototkan matanya kepada Riana

"Riana... Kamu juga tolong jangan berisik" Ucap Bu guru tersebut dengan tegas. Senyum ledekan Riana yang diberikan kepada Vania berubah menjadi ekspresi kaget

"Maaf Bu" jawab Riana. Vania membalas ledekan Riana dengan tersenyum juga kepada Riana dan memeletkan lidahnya, Riana justru malah membalas senyuman dari Vania walaupun memang sedikit kesal.

∆∆∆

"Yana gue pulang dulu ya" ucap Vania saat berjalan bersama dengan Riana di lorong sekolah karena sudah waktunya untuk pulang.

"Iya bye..." Riana melambaikan tangannya.

Riana kini berjalan sendirian, karena Vania sudah berlalu terlebih dahulu bersama dengan Zaky. Riana melihat Arbi yang berjalan seperti akan kembali ke kelasnya, dia terus memperhatikan langkah Arbi yang belum melihat Riana karena banyak siswa yang berlalu lalang berjalan untuk keluar dari sekolah. Riana dan Arbi pun akhirnya berpapasan

"Yana.." Panggil Arbi yang sedang saling berhadapan dengan Riana

"Iya? Kok kamu balik lagi, ada yang ketinggalan?" Riana sedikit gugup berhadapan dengan Arbi

"Iya, Hp aku ketinggalan kayaknya di laci meja"

Riana hanya mengangguk, matanya tidak berani melihat Arbi yang sedang di hadapannya, sedangkan Arbi memperhatikan wajah Riana (Arbi awas inget dosa).

"Buku yang gue kasih ke Lo nggak ketinggalan kan?"

"Emm.. enggak kok, udah gue masukin ke tas"

"Ya udah aku duluan ya keburu nanti kelasnya dikunci" Arbi meninggalkan senyuman manisnya kepada Riana.

"Eh tunggu, tadi kayaknya aku belum sempat bilang makasih ke kamu..." Ucap Riana membuat Arbi menghentikan langkahnya dan Kembali menengok ke belakang untuk melihat Riana.

"Makasih ya rangkumannya.." Teriak Riana sambil tersenyum dan menatap Arbi yang sudah berada diseberang sana.

Ucapan dan senyuman manis Riana membuat ia merasa senang, Arbi yang mendengar ucapan itu kemudian mengangguk dan tersipu malu. Setealah itu, Arbi berjalan berlalu meninggalkan Riana yang masih berdiri diseberang pula. Riana tersenyum sambil menunduk saat Arbi sudah berjalan, dia menengok ke belakang untuk melihat Arbi, senyumannya masih melekat di bibirnya dihiasi dengan pipinya yang merona, Sangat disayangkan Arbi sudah tidak melihat lagi senyuman Riana.

∆∆∆

Di dalam mobil yang sedang berjalan menuju ke rumah, Pak Udin memperhatikan Riana dari kaca, Riana yang sedang melihat-lihat jalan sekitar, dan wajah Riana sedikit berseri-seri

"Neng, kayaknya lagi seneng ya?" Tanya Pak Udin

"Kenapa Pak? Emm. Nggak kok biasa aja" Jawab Riana dengan melihat ke depan

"Itu keliatan neng mukanya, kayak habis dapet kado yang supres"

"Surprise pak, bukan supres" Riana sedikit tertawa

"Iya itulah intinya"

"Emang muka saya kenapa? Perasaan biasa aja, Pak Udin bisa menerawang ya?"

"Ya bisa atuh, Keliatan dimukanya Neng Yana ada bunga-bunga bermekaran"

"Bisa aja Pak Udin"

Sepanjang diperjalanan, candaan demi candaan menghiasi seisi mobil. Tawa Riana kembali hadir menghiasi wajahnya yang cantik hingga telah sampai di rumah.


Lebih Baik (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang