Jadi CEO diusia muda? Bukankah itu suatu kebanggaan tersendiri?
Ya, mungkin memang seperti itu untuk sebagian orang. Tapi untuk beberapa dari mereka, justru merasa kesulitan karena tugas dan tanggung jawab yang dipikul pun semakin bertambah.
Sama halnya dengan Yoga. Lelaki berumur duapuluh sembilan tahun itu rasanya menyesal, mengikuti jejak orangtuanya yang memang bergerak dalam bidang bisnis pariwisata. Singkatnya, orangtua Yoga memiliki satu nama hotel berbintang lima yang mempunyai cabang di berbagai kota. Antara lain, Jakarta, Bali, Bandung, dan juga Kalimantan.
Kebetulan Yoga diminta untuk mengelola bisnis perhotelan yang ada di Bali, yaitu tempat tinggalnya saat ini. Selain itu, Bima membebaskan anaknya untuk bepergian kemana pun, asalkan Yoga mau mengurusi cabang pada hotel tersebut.
"Erina, nanti malam saya mau ke hotel bisa temankan? Saya mau cek anak-anak yang bertugas, sekaligus kepala shift yang ada nantinya."
Lelaki tinggi dengan postur badan yang ramping itu pun mengangkat ponselnya. Sedikit menjauhi ponsel tersebut karena ia tahu suara nyaring dari perempuan bernama Erina.
"Baik, pak. Saya tidak akan sampaikan dengan yang lain jika bapak mau berkunjung nantinya." kata Erina dengan suara nyaringnya. "Bapak mau disediakan kamar barang kali?"
Pertanyaan Erina tentunya membuat Yoga berfikir.
Selama ia mengelola hotel tersebut, sepertinya ia belum pernah menginjak kakinya untuk bermalam disana. Dan apakah malam ini ia harus mencobanya?
"Boleh, Na. Incognito, ya? Biar saya juga merasa nyaman nantinya." kata Yoga. Tak lupa untuk memberitahu kepada sekretarisnya.
"Baik, pak. Nanti akan saya berikan fasilitas ternyaman yang ada dihotel milik keluarga bapak."
"Ini kamu sedang di rumah? Bisa-bisanya panggil saya bapak."
"Kita emang seumuran, Ga. Tapi tetep aja saya canggung kalau memmanggil nama bapak." suara perempuan di ujung sana sedikit menghela nafasnya.
"Panggil Yoga aja selagi di luar kerjaan mah."
Erina tertawa mendengarnya.
Diluar pekerjaan? Bahkan hampir isi percakapan diponselnya saja hanya menanyakan pekerjaan. Apa Erina masih bisa memanggil Yoga dengan namanya?
"Ya, maksud saya, selagi kamu tidak berada di hotel, panggil saja nama saya."
"Enggak biasa ya ampun, pak." keluh Erina tak habis-habisnya pada lelaki tersebut.
"Kamu panggil mas, nama saya atau sayang pun juga boleh."
Tentunya Erina menjadi salah tingkah dengan sendirinya. Karena selama ia bekerja, Yoga tak sekalipun mengeluarkan candaan-candaan seperti yang satu itu. Bahkan lelaki itu dikatakan cukup angkuh dengan kedudukan yang tengah ia miliki saat ini.
"Saya tutup, ya? Sepertinya kamu sedang salah tingkah sama ucapan saya barusan." ledek Yoga yang mendapat gumaman di ujung sana.
Rese
"Sekretaris lo, Ga?"
Dari sosok matanya, Yoga tahu bahwa perempuan yang kini tengah bertanya kepadanya memiliki ketertarikan pada dirinya. Padahal hubungan keduanya pun tak lebih dari sekedar FWB.
"Maunya mah gitu, Sa. Cuma kayaknya gue baper deh sama dia." goda Yoga yang begitu senang melihat sosok Raisa yang tengah cemburu.
Raisa cukup bodoh memang. Padahal, dari awal Yoga telah memperingati dirinya untuk tak berlarut atau menaruh hati kepadanya. Tapi yang namanya perasaan bukankah datang secara tiba-tiba?
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT 21+
Fiksi Penggemara part of mature content 🔞 harap yang masih di bawah 21 tahun untuk tidak mampir. full content on trakteer