Darah mengalir keluar dari mulut nya, namun ia masih berusaha untuk mempertahankan kesadarannya yang hampir menipis. Di hadapannya lawannya tertawa, mengejeknya karena ilmu yang dimilikinya tidak seberapa jikalau digunakan untuk melawan lawannya itu.
"Renjun, kau harus istirahat" Jeno meminta dengan baik-baik, berharap Renjun mau mendengar nya. Sedari tadi ia berusaha membujuk Renjun untuk mundur dan biar ia yang menghadapi nya sendiri namun keras kepala Renjun malah membuat diri Renjun sendiri semakin parah seperti ini.
"Menyingkir Jeno, aku bisa melawannya" Renjun marah karena Jeno sedari tadi menghalanginya.
Jeno memutar bola matanya malas tanpa aba-aba ia mendorong tubuh Renjun sampai punggung Renjun menabrak pohon di belakangnya.
"Berhentilah keras kepala cucu Athena, aku tidak ingin kau mati dalam tahap ini!" ucap Jeno dingin dan menusuk.
Renjun ingin marah tapi kemudian ia menahannya saat merasakan rasa sakit yang luar biasa di lengan kirinya yang terluka lebar karena gigitan dari monster itu.
"Kenapa kau tidak membiarkan aku memakannya? Aku sudah lama tidak makan" monster itu tertawa mengejek. Terlebih saat ia melihat ekspresi dingin Jeno yang tengah menatapnya.
"Jangan bilang kau menyukainya"
"Bukan urusanmu! Reducto!"
Splash~
Monster itu berhasil menghindar. Ia kembali tertawa sebelum kemudian menyerang ke arah Jeno namun Jeno berhasil menghindari serangan tiba-tiba nya itu. Keduanya sama-sama kuat.
Jeno menyimpan tongkat sihirnya dan mengambil pedang yang berada di balik punggungnya. Ia tahu monster yang tengah berhadapan dengannya sekarang adalah Korbin jenis A, dimana Korbin ini memiliki jenis-jenis nya lagi dan Korbin jenis ini tidak dapat dibunuh dengan sihir tetapi dengan pedang yang harus ditusuk langsung ke dalam dadanya karena disitulah pusat hidupnya.
Korbin itu tersenyum lebar sampai lendir berwarna hijau itu mengalir keluar dari mulutnya. Korbin itu tahu kalau Jeno telah mengetahui cara untuk membunuhnya.
Saat Jeno ingin menyerang tiba-tiba saja kabut hitam tebal menyelimuti tempat itu. Jeno tidak bisa melihat apapun, ia hanya menggunakan insting nya untuk dapat mengetahui posisi lawannya.
Tawa menggelegar Korbin terdengar bergema di hutan yang menjadi saksi pertarungan mereka. Jeno melihat sekitarnya, waspada jika Korbin menyerangnya tiba-tiba.
Tidak lama kabut itu pun menghilang dengan sendirinya. Korbin itu masih ditempat yang sama seperti sebelumnya. Pertarungan keduanya kembali terjadi saat Korbin itu menyerang Jeno lebih dulu. Keduanya sama-sama terluka. Jeno berhasil melukai wajah Korbin dan menusuk mata kirinya sedangkan Korbin berhasil mencakar punggung Jeno sehingga membuat darah mengalir dari bekas cakaran itu.
"Sekarang kita akhiri ini lebih cepat!" Jeno berhasil menancapkan pedang nya itu ke dada Korbin. Cairan berwarna hitam itu mengucur deras dari dada Korbin. Teriakan kesakitan nya menggema di dalam hutan itu sebelum kemudian hancur melebur terbawa angin.
Jeno terjatuh ke tanah. Pertarungan itu diakhiri dengan kemenangannya. Ia memejamkan matanya sebentar sembari meringis kecil saat merasakan sakit luar biasa dipunggung nya. Namun kemudian ia teringat Renjun yang juga tengah terluka parah seperti dirinya.
Deg!!
Raut wajah khawatir Jeno tampak jelas saat tidak melihat keberadaan Renjun. Ia bangkit berdiri dan berlari menuju pohon dimana Renjun beristirahat tadi. Rasa sakit dipunggung nya ia hiraukan setelah tidak melihat partner nya itu.
"Renjun!!" panggilan Jeno menggema di dalam hutan itu. Rasa khawatir memenuhinya. Ia berlari tak tentu arah, harapannya hanya satu Renjun akan baik-baik saja.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Jisung membuka matanya perlahan. Perasaan bingung memenuhinya setelah menyadari ia terbangun ditempat asing yang tidak pernah ia datangi. Belum selesai rasa bingungnya dengan tempat asing ini, Jisung juga terkejut dengan dirinya yang kembali ke dirinya yang semula. Tidak ada lagi rambut panjang nya yang indah dan jubah asrama Slytherinnya, Jisung telah kembali menjadi dirinya yang utuh.
Melangkahkan kakinya, Jisung menyusuri tempat asing itu. Kabut tebal mengaburkan pandangan nya namun itu tidak menjadi halangan untuk Jisung terus melangkah.
Suara-suara aneh tiba-tiba terdengar bak orang yang sedang membaca mantra. Jisung memperhatikan sekitarnya namun sayang kabut tebal itu menghalangi pandangannya. Langkah kaki Jisung membawanya pada bangunan menara yang tampak di kelilingi oleh tumbuhan yang merambat sampai ke puncak menara nya.
Lengkingan kesakitan terdengar menggema dari puncak menara. Jisung takut namun sulit menggerakkan kaki untuk berlari menjauh. Tubuhnya hanya bisa mematung memandang menara di depannya itu.
Jisung menjerit dalam hati saat tiba-tiba ada yang menjatuhkan kepala seorang perempuan ke hadapannya. Perlahan Jisung mengangkat wajahnya dan di puncak menara seorang wanita tua tengah menatapnya dengan seringai lebar.
Wanita tua itu ingin menjatuhkan dirinya menimpa Jisung. Namun sebelum itu terjadi, Jisung berhasil menggerakkan kakinya dan berlari menjauh dari situ. Cekikikan wanita tua itu menggema, seolah mengejek Jisung yang kabur darinya.
"Darah, darah, darah"
Jisung menutup telinganya saat suara wanita tua itu terdengar sangat dekat. Ia harus keluar dari tempat ini, hanya itu pikiran nya. Derap langkah kaki yang sangat banyak terdengar dari arah belakangnya dan tawa wanita itu itu masih terdengar menggema dan semakin lama semakin mengerikan. Apakah ini adalah akhir dari hidupnya?
Dilain tempat Jaemin menggenggam tangan Jisung yang terasa sangat dingin, dilihatnya wajah Jisung yang juga berubah pucat pasi. Jaemin tidak pernah sekhawatir ini pada orang lain, tetapi saat melihat Jisung yang belum sadarkan diri sampai sekarang membuat Jaemin merasa sangat khawatir.
Perasaannya tidak tenang. Ia mencium tangan Jisung yang digenggamnya bersamaan dengan matanya yang terpejam air matanya mengalir jatuh basahi pipinya. Jaemin salah, ia tidak bisa menjaga Jisung.
Jisung itu masih tidak mengenal dirinya sendiri apalagi untuk kekuatan yang berbahaya di dalam jiwanya itu. Melihat Jisung yang terbaring sekarang membuat Jaemin tidak tega membayangkan betapa sakitnya apa yang dirasakan Jisung untuk menghadapi kekuatan besar dalam dirinya sendiri.
"Sadar Jie, ku mohon sadar lah. Jika kau telah kembali menjadi dirimu yang utuh, aku akan menjauh darimu jika itu yang kau mau tolong dengar kan aku, sadarlah Jisung"
Deg!!
Langkah Jisung terhenti saat mendengar suara Jaemin. Ia memandangi sekitarnya, berharap bisa menemukan sosok Jaemin. Ucapan Jaemin entah kenapa menusuk dalam hati Jisung, padahal itu adalah kemauan nya sendiri. Jisung sendiri yang mengatakan jika nanti dirinya sudah kembali menjadi laki-laki maka mereka harus saling menjauh dan kembali menjadi orang asing. Tapi entah kenapa sekarang ditempat ini Jisung tidak rela Jaemin meninggalkan nya, perasaannya sakit luar biasa saat mendengar perkataan Jaemin itu.
"Kak Jaemin, jangan tinggalkan aku"
Cahaya terang tiba-tiba muncul begitu saja, menarik Jisung ke dalam pusarannya sebelum wanita tua itu berhasil meraih tubuh Jisung. Dan saat Jisung membuka mata, ia tersenyum kecil saat melihat Jaemin menggenggam tangannya dan menangis sembari berulang kali memanggil namanya.
Orang banyak mengatakan Gryffindor dan Slytherin akan sulit bersatu karena karakter mereka yang saling bertentangan. Tetapi disini Jisung menyadari, Jaemin adalah pelengkap kekurangan nya.
TBC.................................................
See You
Salam hangat dari Semenya Jisung
- Ria
KAMU SEDANG MEMBACA
Historia De Amor 🔞
Fiksi PenggemarPerjalanan menarik dari 4 lelaki manis yang bereinkarnasi menjadi perempuan di tempat asing. Dan mereka dapat kembali menjadi lelaki jika sudah menyelesaikan tantangan. Tetapi itu bukanlah akhir dari cerita ini melainkan kisah mereka baru saja di mu...