Althair membuka pejaman matanya samar-samar, dia meringis begitu kepalanya terasa berdenyut sakit. Menoleh ke samping, Althair membelalakkan mata terkejut mendapati seorang perempuan duduk di ranjang yang sama dengannya.
Perempuan itu menoleh, membuat Althair dengan cepat menundukkan kepalanya dan beranjak menjauh. Althair menatap penampilannya yang terlihat acak-acakan dengan dua kancing kemeja atasnya yang terbuka. “Astaghfirullah hal’adzim, apa yang terjadi?” lirih Althair. Dia mencoba mengingat bagaimana bisa dia ada di kamar hotel dengan seorang perempuan yang begitu dia kenali.
Seingatnya, saat itu dia baru saja bertemu dengan rekan kerjanya di sebuah restoran. Lalu ketika dia akan pulang, dia menyempatkan untuk meminum kopi yang dihidangkan. Tapi, saat dia berjalan menuju parkiran, kepalanya terasa berdenyut dan merasakan kantuk yang luar biasa membuat kesadarannya perlahan hilang. Entah bagaimana selanjutnya, dia tidak ingat apa pun. Tiba-tiba dia terbangun di sebuah kamar hotel.
“Gus, kamu sudah sadar? Apa ada yang sakit?” tanya perempuan itu sembari melangkah pada Althair yang mencoba membuka pintu kamar hotel, sayangnya pintu itu sudah dikunci.
“Jangan mendekat!” teriak Althair.
Perempuan itu terkekeh. “Apa Gus takut? Seharusnya saya yang takut di sini, lihat apa yang sudah Gus lakukan terhadap saya?” Dia menunjuk ke arah seprai yang terdapat sedikit noda merah di atasnya. Althair membelalakkan mata tidak percaya.
“T-tidak …. A-apa yang sudah terjadi?” lirih Althair, dia bersandar di dinding dan menatap tangannya yang sudah gemetar.
Wajah perempuan di depan Althair tiba-tiba berubah sendu. “Apa saya harus menceritakan semua yang udah Gus lakukan ke saya? Sebenarnya itu adalah hal menyakitkan dan menjijikkan buat saya, tapi entah mengapa saya merasa sedikit senang?” Perempuan itu terkekeh, berpura-pura menyeka air matanya.
“Jangan bicara omong kosong! Saya tidak pernah melakukan apa pun kepada Anda!” sentak Althair.
“Oh, ya? Bahkan Gus sudah lihat buktinya sendiri di depan mata. Apa itu kurang cukup?”
Althair mengepalkan tangannya kuat, dia menggelengkan kepala dengan air mata yang bersiap tumpah. “Atas dasar apa Anda menjebak saya seperti ini?”
“Hm, cinta? Saya cinta sama kamu, Gus. Tapi, kenapa Gus enggak pernah sekalipun melihat saya? Saya yang berjuang untuk mendapatkan kamu, Gus, saya harus diam-diam menahan perasaan saya sama Gusnya. Lalu dengan enggak tahu dirinya, Aluna datang dan rebut kamu dari saya, Gus!”
Perempuan itu maju selangkah, kini berdiri tepat di depan Althair. “Dan sekarang, saya akan ambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik saya. Dengan cara apa pun,” sambungnya tertawa jahat.
“Saya tidak pernah menyangka, jika Anda memiliki niat buruk seperti ini. Apa Anda tidak malu? Anda seorang perempuan, bahkan memiliki gelar ustazah, tidak sepantasnya Anda melakukan hal ini kepada lelaki yang sudah beristri!”
“Saya enggak peduli! Saya akan melakukan apa pun supaya Anda jadi milik saya, Gus. Saya akan menyingkirkan istri Gus itu! Setelah itu kita akan menikah dan hidup bahagia,” seru perempuan itu.
Althair beristigfar, dia terus mengucapkan kalimat zikir, meminta pertolongan Allah dari perempuan di depannya ini. Althair tersentak kaget tatkala perempuan itu menyentuh kerah kemejanya, dia terus menundukkan kepala dan mengucapkan zikir tanpa henti. Aluna, maafkan saya. Saya tidak melakukan apa pun, sayang. Ya Allah, lindungilah hamba.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan kasar membuat keduanya sontak menoleh. Althair menghela napas lega karena pintu terbuka, namun jantungnya berdetak kencang mendapati dua orang berdiri di depan pintu dengan pandangan kecewa padanya. Di sana, Aluna berdiri dengan Fareez di sampingnya, menatap tidak percaya pada Althair dan seorang perempuan di kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHALUNA
RomansStory 1 Hanya tentang dua insan yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan. _____________________________________ Alunara Zevanya terpaksa menuruti permintaan orang tuanya yang ingin menjodohkan dia dengan anak sahabat mereka. Namun, siapa sangka jik...