Mas jangan marah..

1.5K 250 63
                                    

Firasat Lalisa benar, kok. Ada yang nggak beres dengan Taehyung, mungkin sesuatu yang kurang baik terjadi sebelum Taehyung menjemput Lalisa di tambah pertemuan Taehyung dan saudara tirinya yang terkesan dingin.

Saat makan malam tadi keliatannya Taehyung sudah sedikit turun emosinya, dari caranya bicara dengan temen-temen.

Tetapi begitu Taehyung selesai bicara dengan Jennie, air muka Taehyung kembali dingin tapi kembali seperti biasa ketika berkumpul.

Dan sekarang, di dalam mobil keliatannya pria yang lebih tua kembali di keadaan sebelum nya. Berarti selama makan malam sebenarnya Taehyung menahan emosi, yang entah diakibatkan oleh apa atau siapa.

“Mas kenapa?” Lalisa bertanya takut-takut sambil menarik sabuk pengaman mobil Taehyung menyeberangi dadanya.

Taehyung nggak menjawab dengan membuka mulut. Taehyung cuma menginjak sedikit kopling mobil, memasukkan persneling, lalu menginjak pedal gas sehingga mobil keluar dari parkiran dengan perlahan.

Lalisa memutuskan untuk ga bertanya apa-apa dulu, membiarkan Taehyung sedikit berdamai dengan dirinya sendiri.

Lalisa berusaha mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya dari gemertak keras rahang tegas Taehyung, dari urat besar-besar di punggung tangan pria yang lebih tua di sebelahnya, dari poni pirang yang berulang kali jatuh dan disibak lagi ke belakang sementara Taehyung menarik nafas panjang.

Sayangnya, radio mobil Taehyung nggak dinyalakan, padahal radio itu salah satu harapan terbesar Lalisa untuk mengalihkannya dari canggung seperti ini.

“Mas?” panggil Lalisa lagi, setelah merasa cukup lama mendiamkan Taehyung.

Taehyung belum menjawab, tapi Lalisa nekat bersuara lagi, “Kalau aku ga mau pulang dulu, boleh?”

Hening beberapa saat setelah suku kata terakhir meluncur dari bibir Lalisa sampai Taehyung akhirnya angkat bicara dan bertanya balik, “Mau kemana?”

Lalisa diam lagi bentar, berfikir tempat apa yang kira-kira oke untuk bicara dengan Taehyung dan mengurangi emosinya.

“Mas tau taman bermain yang deket komplek  apartemen aku? Ke sana ya?”

Lalisa hampir yakin bisa melihat alis Taehyung bertautan meskipun di dalam mobil gelap. Taehyung pasti heran karena Lalisa minta kesana, secara itu taman bermain bukan yang semacam everland atau lotte world gitu. Itu cuma taman bermain biasa yang di datangi anak-anak kecil sepulang sekolah dan di sore hari sebelum matahari terbenam.

“Bisa parkir mobil disana?” tanya Taehyung pada akhirnya membuat Lisa hampir memekik senang bercampur lega karena Taehyung menyanggupi permintaan Lalisa.

“Di seberangnya ada sevel, bisa parkir disana kok.”

Mobil Taehyung terparkir di parkiran 7/10 dengan apik sebelum pengemudi dan penumpangnya melangkah turun, menutup pintu, dengan suara ‘klik’ pelan diiringi satu kali pip bernada agak tinggi terdengar.

“Mas mau minum apa gitu, nggak?” tawar Lalisa pada Taehyung yang berdiri bersandar di mobil sedannya, menunggu dan menerka-nerka apa yang akan Lalisa lakukan.

“Cokelat panas, kalo ada.”

Lalisa menjawab permintaan Taehyung dengan senyum manis, mencoba mengurangi ekspresi tegang di wajah Taehyung yang di tekuk sedari tadi.

Lalisa mempertemukan ujung telunjuk dengan ibu jari, mengisyaratkan ‘ok’ pada Taehyung sebelum melangkah melewati pintu kaca sevel dan keluar lagi dengan dua cangkir kertas yang di gantung di carrier kecil dari plastik keras supaya bisa di tenteng dengan satu tangan.

Mockingbird Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang