39. Urusan Hidup Dan Mati ⚠️🔞

977 28 1
                                    

⚠️🔞 TW// This chapter contains adult content, readers discretion advised

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️🔞 TW// This chapter contains adult content, readers discretion advised.

JALAN Mahakam adalah tempat yang cukup sering Denis kunjungi. Deretan penjual Gulai Tikungan (Gultik) selalu membuatnya rindu untuk menyantap hidangan malam itu. Secentong nasi hangat, berkawan dengan potongan daging sapi berkuah santan hingga kini belum membuat Denis bosan. Taburan bawang goreng dan kerupuk membuat rasanya semakin sempurna dan membuat siapapun pelanggan di sana tidak jarang untuk menghabiskannya lebih dari satu porsi.

Jika Sandy bisa datang ke kedai Lele ijul dua kali dalam seminggu, di Gultik lah Denis bisa melakukan hal serupa. Selain tempatnya tidak jauh dari kantor, pulang malam selalu mendorongnya ke sini bersama rekan-rekan kerjanya sebelum menuju rumah masing-masing.

Tapi malam ini, atau tepatnya dini hari ini, Denis datang bersama pria yang belakangan ini kerap hadir di hidupnya dengan cara yang tidak pernah ia duga. Pada awalnya, Denis pikir akan menjumpai Nathan dalam keadaan galau, mata sembab atau uring-uringan. Tapi ternyata malah sebaliknya. Acara pernikahan mantan tunangannya itu sepertinya berhasil membuat Nathan jadi tak waras.

Gultik piring ke empat sudah pria itu tandaskan dalam waktu singkat. Satu botol teh dingin pun disesapnya hingga habis. Saat Nathan beringsut untuk mengode si penjual gultik lagi, Denis kemudian buru-buru menahannya. Sudah kelewatan, itulah yang Denis pikirkan. Ia tidak mau Nathan nanti malah kebablasan. Jika di biarkan, Denis khawatir kalau bukan kenyang yang di dapat, tapi malah nanti pencernaan Nathan jadi tak beres.

"Udah woy! Nggak lihat itu udah berapa piring yang numpuk di depan lo?"

"Lah, gimana sih? Katanya sering ke sini, harusnya lo tahu dong gultik ini porsinya dikit banget. Mana kenyang gue kalau cuma makan dua piring." Sahut Nathan senewen.

Denis menarik kencang tepian kemeja yang Nathan kenakan. Pria itu pun kembali ke tempat duduknya setelah sempat berdiri sejenak celingukan mencari si penjual gultik. "Perut lo nanti kaget Jonathan! Udah ah, stop!"

"Bawel amat heran!"

Denis begitu ngotot, Nathan akhirnya mengalah. Karena tidak ada yang bisa ia kunyah lagi malam itu, sabatang rokok lah kini yang jadi pelampiasannya.

"Cepetan ngerokoknya. Udah mau subuh tau!"

Nathan tertawa menyeringai, "buru-buru amat? Emangnya ada yang nungguin lo di rumah?"

"Stress lo ya? Ini lutut gue udah gemeter karena nahan ngantuk. Lo sih iya aja nggak ngefek karena kebiasa begadang nonton bola!"

"Iya... Iya, sebatang doang elah sabar." Abu rokok itu terpelanting begitu Nathan menjentikan jarinya. Matanya memendar memandangi suasana jalanan. Bukannya semakin sepi, malah keramaian yang ia dapati kala malam semakin larut. Ia kemudian menatap wajah gadis yang dibawa bersamanya.

Mungkin Denis terburu-buru, hingga tidak sempat mengganti setelan tidurnya. Gadis itu mengenakan celana training abu-abu dengan atasan kaus bergambar bunga matahari. Sandal jepit, rambut yang diikat asal, dan didukung tubuh kecilnya, membuat Denis terlihat seperti anak yang baru menginjak usia remaja.

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang