Chapter 12

1.8K 253 29
                                    

.
.
.

Naruto menarik Hinata ke ruangan di mana hanya ada mereka berdua. Dia perlu berbicara secara pribadi, dia ingin berbicara dari hati ke hati dengan pikiran tenang tanpa melibatkan amarah. Meskipun ia sedikit marah kepada Hinata karena menerima tantangan dari Sakura tanpa berdiskusi dulu dengannya, ia menahan kuat kemarahannya agar mereka tidak berakhir dengan pertengkaran seperti yang sudah terjadi.

Sudah cukup ia dan Hinata saling mendiamkan, sudah cukup mereka saling memunggungi. Sekarang saatnya mereka membuka diri, menjadi jujur satu sama lain. Jika perlu Naruto ingin mengalah sepenuhnya, mendengarkan penjelasan dari gadisnya. Jika ingin jujur, Naruto merindukan Hinata. Selama tiga hari saling mengabaikan, ia rindu aroma manis Hinata.

"Aku akan mendengarkan apapun penjelasanmu Hinata, jadi beritahukan kepadaku mengapa kamu melakukan ini. Apa kau cukup yakin bisa mengalahkan Sakura? Dengar aku bukannya ingin meremehkanmu. Tak ada satupun orang yang boleh meremehkan dirimu. Aku pernah bilang bukan, meremehkanmu sama artinya meremehkanku. Merendahkanmu sama halnya seperti merendahkanku." Naruto berusaha memberikan pengertian agar Hinata tidak terluka.

"Naruto, aku tidak ingin menjadi beban." Tatapan mata Hinata menyendu. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan.

Naruto mengelus punggung tangan Hinata yang sehalus sutra, mana mungkin ia membiarkan tangan halus Hinata penuh darah hanya karena tak ingin menjadi beban.

"Aku tidak pernah menganggapmu beban. Dari mana kau dapat pemikiran aneh seperti itu?" Naruto merendahkan suaranya, ia ingin Hinata tahu bahwa dirinya siap menjadi tempat keluh kesah Hinata.

"Itu bukan pikiran aneh. Wajar jika semua orang berpikir seperti itu. Kau tahu tubuhku lemah. Kita sangat berbeda. Apa jadinya jika seorang Alpha yang kuat memiliki Luna yang lemah. Bukankah mereka pada akhirnya akan memandangmu sebelah mata." Naruto menghela napas gusar, jadi Hinata menerima tantangan itu demi dirinya.

"Hinata, aku sudah bilang 'kan kalau aku bisa meletakkan semesta di tanganmu. Kau tidak perlu mengotori tangan halusmu, siapa yang akan berani memandang sebelah mata kepadaku? Semua manusia serigala tahu, siapa yang pantas berkuasa."

Naruto tersenyum miring, mana mungkin ia biarkan werewolf yang lebih lemah darinya menginjak harga diri yang begitu kokoh ia pegang. Melawannya, berarti mereka siap mengantarkan nyawa. Jangan lupakan hukum rimba di dunia manusia serigala, siapa yang kuat dia yang berkuasa.

"Kau hanya terlalu khawatir dengan pandangan mereka. Dengan berada di sisiku, aku akan pastikan mereka melihatmu sama persis seperti mereka melihatku." Naruto dengan suara tenangnya membuat Hinata merasa aman, membuat Hinata merasa disayangi. Naruto selalu membuatnya berharga, ia merasa sangat diinginkan.

"Tapi tetap saja akan ada yang mencibir di belakangmu. Aku hanya ingin membuktikan kalau aku tidak selemah yang mereka pikirkan. Baiklah, aku mengakui bahwa aku sangat gegabah. Aku tidak tahu sejauh mana aku bisa berkembang, tapi aku ingin berusaha. Aku ingin tampak hebat di matamu Naruto, aku ingin kau melihatku sama hebatnya seperti kau melihat Sakura." Hinata meremas tangan Naruto yang sedari tadi tak ingin melepaskan jemarinya.

"Astaga, kau masih cemburu soal Sakura? Kau salah paham terlalu jauh. Pandanganku soal Sakura bukanlah hal yang penting, aku hanya ingin menjaga kerja sama antar klan. Senju sangat berbahaya, mereka bisa kapan saja berbalik melawanku. Percayalah, Sakura tidak secantik dan sekuat yang aku bilang. Aku hanya bercanda waktu itu, aku ingin memberimu sedikit pelajaran karena menolak patuh. Bagiku tidak ada gadis yang melebihi kecantikanmu."

Hinata merasa senang sekarang. Kekesalannya beberapa waktu lalu meluap tak tersisa. Ia sudah mendengar apa yang ingin ia dengar. Ia hanya perlu pengakuan Naruto bahwa ia juga bisa kuat.

Alpha's Nightmare ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang