Jakarta, September 2019
Razel masih tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan seorang yang pernah menghangatkan hatinya beberapa tahun yang lalu. Pengakuan dan bukti perempuan itu jelas menggetarkan jiwanya.
Tuhan memang mudah membalikkan takdir seorang. Selain wajahnya yang memangklingi, penampilan dan gaya perempuan itu pun berbeda dari yang dulu.
Kehadiran perempuan itu perlahan-lahan menghidupkan dunianya yang sudah lama temaram. Razel menghentikan langkahnya melihat lagi-lagi Ralissa datang menjemputnya di tempat kerja.
"Hei," ujar Ralissa dengan seulas senyum. "Ayo."
Keduanya beriringan menuju mobil lantas masuk ke kendaraan tersebut bersamaan. "Ke kostan kamu, yuk."
Razel mengangguk samar sebagai respons. Menit demi menit berlalu, keduanya langsung berjalan ke arah pintu setelah mobil sampai di depan kostan Razel. Tangan Ralissa menenteng kantong wadah yang tebal. Entah di dalamnya apa, karena tidak terlalu jelas.
Pintu terbuka. Ralissa masuk lantas berjongkok seraya membuka resleting kantong wadahnya. Perempuan itu mengeluarkan tirai baru warna putih lantas berdiri. "Aku ganti tirai kamu, ya?"
Tanpa menunggu balasan, perempuan itu mengganti tirai kusut di kostan Razel dengan tirai baru di tangannya. Selain tirai, di kantong wadah itu berisi seprai kotak-kotak putih lengkap dengan sarung bantalnya bermotif senada. Ralissa memasangkan semuanya pada perlengkapan tidur Razel.
Kecekatan perempuan itu menghangatkan hati Razel. Ia serta-merta berbalik badan menuju dapur berniat memasak. Namun, ia tak menemukan bahan selain telur. Lelaki itu pun akhirnya memasak telur tersebut dengan mendadarnya biasa.
Sepuluh menit kemudian, telur dadar itu sudah tersaji di meja persegi ruang tamu ditemani sepiring nasi yang menggunung. Tak lama kemudian, Ralissa datang sambil memasang garis muka terkejut melihat makanan di meja.
"Kamu masak?" tanya Ralissa. Perempuan perlahan mengambil duduk dan tak bisa berkata-kata lagi.
"Makan dulu," suruh Razel yang langsung mengambil piring lantas menaruh nasi dan telur di atas piringnya. Ralissa pun kini melakukannya juga.
Keduanya menikmati makanan sederhana itu dengan anteng dan tanpa mengobrol. Begitu habis, salah satunya pergi ke dapur, kembali dengan dua gelas berisi air putih.
"Makasih," ucap Razel menerima salah satu gelas dari Ralissa. Razel meminum air putih tersebut beberapa teguk lantas menaruh sisanya di meja.
"Semoga bisa tidur lebih nyenyak, yah."
"Makasih."
"Iya." Ralissa tersenyum simpul.
***
"Nanti kamu kerja?"
Razel mengangguk oleh pertanyaan Ralissa. Keduanya masih berada di ruang tamu. Tiga jam sudah Ralissa berada di kostan Razel. Ada kekecewaan pada Ralissa setelah mendengar kenyataan itu.
"Kalau gitu aku juga mau ke toko bunga aku." Namun, kini Ralissa berusaha menutupi perasaan kecewanya. "Tapi, aku boleh anter kamu, kan?"
"Enggak usah." Jujur, kali ini Razel ingin berangkat sendiri.
"Zel, aku nggak buru-buru kok."
Pada akhirnya Razel tetap diantar Ralissa ke tempat kerjanya. Razel pasrah, ternyata Ralissa keras juga. "Zel, kamu mau nggak kapan-kapan belajar nyetir?"
"Gak usah, Lis."
"Aku serius loh, Zel."
Razel diam beberapa saat lalu menyahut, "Gak usah."
"Okey." Ralissa menyerah. Beberapa waktu kemudian akhirnya mobil Ralissa tiba di depan toko mebel tempat Razel bekerja.
"Razel."
Suara itu mengurungkan niat Razel yang hendak membuka pintu mobil. Lelaki itu serta-merta memutar kepalanya.
"Semangat, ya."
Hm.
Detik selanjutnya sebuah kecupan hangat mendarat di pipi Razel tanpa lelaki itu duga. Razel terdiam beberapa detik sebelum akhirnya suara Ralissa masuk telinganya.
"Maaf," ucap Ralissa seraya menutupi rona merah pipinya. "Kamu boleh pergi, Zel," lanjutnya.
Razel keluar dari mobil Ralissa tanpa sepatah kata. Tak langsung masuk restoran, lelaki itu kini berdiri di samping mobil Ralissa sambil menatap perempuan itu seksama.
"Bye, Zel ...." Kata yang Ralissa utarakan sebelum pergi bersama mobilnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER R
Romance"Aku dan kamu adalah kisah tak sempurna." -------- Razel Ardeo Dewanta. Nama dan bayang wajahnya tak akan pernah Ralissa Azalea lupa. Pemilik senyum terbaik, tapi sendu. Seorang yang membuat Ralissa lebih mengerti arti kata "kasih". Seorang yang men...