1. Jaksa Gila

42 10 0
                                    

"Kasus berakhir. Kejaksaan telah memutuskan bahwa Kim So Hee, model majalah fashion ternama tewas dikarenakan mengantuk saat berkendara."

Joyana mematikan televisi yang menampilkan berita sampah tersebut, membanting remote ke sembarang arah membuat Yerim, si jaksa magang sontak menegakkan tubuhnya dan berharap tidak terkena imbas dari rasa amarah seniornya itu kali ini.

Dan sesaatnya salah satu telepon kantor berdering nyaring memenuhi ruangan yang tidak bisa dibilang sempit tapi juga tidak bisa dibilang luas karena ruangan tersebut masih menyisakan banyak ruang yang kosong jika hanya berisi kedua perempuan tersebut.

"Bu, Bapak kepala jaksa memanggil Ibu untuk segera keruangannya." Yerimlah yang menyambut panggilan tersebut karena memang telepon yang berada dimejanya yang berdering.

Joanna mendesah pasrah. Walau sebenarnya dia sudah menduga bahwa ini akan terjadi. Dia tau bahwa ini adalah resiko yang harus ia hadapi atas sifat keras kepalanya.

Disaat semua orang menentang keputusannya, ia tetap bersikeras untuk melanjutkan penyelidikan kasus model tersebut yang padahal dia sudah tau bahwa dia akan kalah sebelum pertarungan dimulai.

Benar saja, sesampainya di ruangan Song Dung Suk--kepala jaksa bagian wilayah Seongdong-gu, sebuah kertas putih yang telah dilipat rapi berserta amplop yang juga berwarna putih tersebut menampar cukup keras sebagian wajahnya.

Lagi-lagi Joyana menghela nafas dan kemudian memungut dua lembar kertas yang telah tergeletak dilantai mengenai ujung jari kakinya. Seperti sudah menyatu dengan hidupnya, surat peringatan bagaikan makanan yang sudah ia konsumsi setiap hari setelah berkecimpung di dunia hukum.

Joyana membuka lipatan kertas tersebut dengan perasaan cukup tenang, matanya bergerak cepat membaca satu per satu huruf disana seolah sudah tau isi surat tersebut.

"DI PECAT?" Mata Joyana melotot hampir keluar.

Dia kembali membaca isi surat tersebut dan kini lebih lamban karena ingin memastikan bahwa yang dia lihat barusan adalah kesalahan. Entah itu kesalahan dalam pengetikkan atau kesalahan yang lainnya.

Bahkan Joyana sampai mengucek matanya berulang kali, memaju mundurkan jarak bacanya karena masih belum yakin atas apa yang tersurat disana.

Karena biasanya hanya sebuah surat peringatan yang dikeluarkan namun kali ini tertulis bahwa dirinya dipecat. Tangan Joyana terkepal, kepalanya mendidih, matanya menyala penuh amarah. Penyalahgunaan kekuasaan, begitulah pemikiran Joyana detik ini.

"Apa maksud Bapak? Saya dipecat hanya karena masalah ini?" Joyana bertanya setenang mungkin, mencoba meredam emosinya. Dia butuh penjelasan dari surat konyol tersebut.
Dung Suk yang sejak tadi memandang rendah wanita itu semakin menunjukkan rasa tidak sukanya pada Joyana.

"Kamu lupa ya, kalau kamu sering kali bolos kerja? Pergi keluar masuk seenaknya.." Kata Dung Suk dengan nada yang cukup tinggi.

"Tapi, saya sudah minta izin bapak.." Joyana tidak berbohong, setiap dirinya keluar dari kantor untuk menjemput putra kecilnya dia selalu meminta izin pada atasannya itu. Dan setelahnya, dia langsung kembali ke kantor.

Dung Suk membuang wajahnya tidak ingin mendengar apapun alasan wanita itu, "Saya tidak ingin mendengar apapun dari mulutmu, Joy. Lebih baik segera angkat kaki dari tempat ini, karena saya tidak butuh jaksa bodoh sepertimu berada disini."

Jaksa bodoh. Joyana menggila. Tawanya menggelegar, nada tawanya seperti sedang mengejek namun lama kelamaan semakin meninggi seperti sedang kesurupan. Kedua tangannya saling bertepuk menjadi bagian pendukung dari aksi gilanya kali ini.

"Hahahaha, dipecat? Gue gak tau kalau ternyata seorang Song Dung Suk itu sangat menjijikkan." Kata Joyana yang kembali tertawa dan bertepuk tangan.

Rahang Dung Suk mengeras, tatapannya sinis pada wanita itu.
"JOY!!!"

JoyanaWhere stories live. Discover now