__
Dua minggu telah berlalu sejak Aurora dan Kalista terakhir kali berbicara. Saat ini, Aurora sedang duduk di kafe sekolah bersama Dylvin, menikmati kopi sambil berbincang.
Suasana kelas yang hangat dan murid yang berada di dalam kelas juga tidak berisik hal itu sedikit mengurangi ketegangan dalam diri Aurora.
"Gimana sih bisa dekat sama Kalista?" Tanya Dylvin dengan nada tidak percaya, sambil menyesap kopinya.
"Padahal aku udah coba deketin dia, tapi dia selalu dingin sama aku." Lanjutnya, ia merasa aneh saja bahwa Kalista bisa dekat dengan gadis dingin tersebut. Aurora menatap Dylvin dengan ekspresi datar, mengangkat bahunya.
"Aku sendiri juga merasa kedekatan kami hanya sementara. Itu cuma karena Kalista berjanji traktir aku selama lima hari. Sekarang perjanjiannya sudah berakhir, jadi ya..." Ucap Aurora kepada Dylvin yang mengangguk mendengar kan.
"Aneh sih. Aku juga merasa Kalista tuh susah di dekati. Rasanya kayak dia cuma bersikap ramah sama aku di depan umum tapi gak lebih dari itu." Ucap Dylvin sambil ia memutarkan kaleng kopinya.
"Mungkin dia memang begitu." Jawab Aurora sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Aku sendiri tidak terlalu peduli." Tambahnya sambil meminum kopi kalengnya.Saat istirahat kedua, mereka berdua berjalan menuju kantin untuk membeli es. Aurora mengikuti Dylvin dari belakang, merasa sedikit tertekan dengan perhatian yang mereka terima.
Banyak senior yang memandang mereka dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih, berkat kedekatan mereka yang sering terlihat di sekolah.
Di kantin, tanpa sengaja mereka bertemu dengan Kalista, yang sedang memegang selembar kertas pendaftaran untuk ekskul.
"Hallo, Kak Kalista." Dylvin segera menyapa dengan ramah. Kalista menoleh dengan senyuman tipis.
"Halo, Dylvin. Aurora, sudah lama kita tidak ngobrol." Sapa Kalista kepada kedua junior nya itu.
Aurora hanya menatapnya dengan tatapan dingin, tampak tidak tertarik. Dylvin, yang melihat Aurora tidak memberikan respons yang diharapkan, dengan lembut menyenggol tangan Aurora dengan sikunya, mencoba untuk memperbaiki suasana.
Kalista tampak menikmati tatapan dingin dari Aurora, namun dia tetap memberikan kertas pendaftaran ekskul kepada mereka berdua.
"Ini daftar ekskul. Besok kalian bisa melihat-lihat di lapangan. Semoga ada yang menarik minat kalian." Ucap Kalista dengan ramah kepada kedua orang itu.
"Wajib ya?" Tanya Aurora yang melihat kertas itu dengan rasa acuh tak acuh.
"Ya, setiap murid harus mengikuti satu ekskul selama satu semester." Jawab Kalista dengan senyum ramah, sebelum akhirnya meninggalkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMBOK DI ANTARA KITA(FUTA)[OnGoing]
Teen Fiction-BIJAKLAH DALAM MEMBACA- Cerita ini bukan pure gxg tapi cerita ini mengandung unsur futanari yang cukup jelas. Cerita ini juga menggunakan bahasa yang non baku dan memiliki beberapa kata yang cukup vulgar dan kasar. Cerita ini benar benar murni dari...