🌸Memaafkan dan melupakan adalah suatu hal yang berbeda apalagi jika menyangkut orang yang aku sayang🌸 - Ryan
AUTHOR POV
Beberapa hari berlalu, kehidupan perkuliahan Defa pun sudah kembali seperti biasa. Teman-teman kelasnya juga mulai meminta maaf atas apa yang terjadi walau tidak semua. Mungkin diantara mereka merasa ada yang tidak bersalah atau merasa tidak perlu untuk meminta maaf karena menganggap hanya angin lalu. Tapi apapun itu, tak masalah bagi Defa. Ia sendiri tahu butuh kesadaran dari diri sendiri untuk melakukannya, ia juga sebenarnya tidak begitu butuh pengakuan dari orang lain bahwa selama ini ia tidak salah. Yang terpenting ia sudah tidak lagi merasa terbebani.
Berbicara soal Vega, sebagian dari mereka mendengar kabar mengenai perempuan itu yang sudah tidak terlihat di kampus beberapa hari ini. Mereka berspekulasi mungkin ia merasa sangat malu untuk menunjukkan wajahnya setelah kejadian yang terjadi.
Dan saat ini di sebuah cafe dekat kampus, Ryan dan Defa sedang bertemu dengan Viona. Mereka terlihat tengah duduk berhadapan di sebuah meja yang letaknya berdempetan dengan kaca jendela.
"Gue mau minta maaf atas apa yang terjadi." Ucap Viona pelan dengan tatapan mata yang seperti takut untuk melihat Ryan dan Defa. Seperti Defa yang Ryan kenal, ia mulai menjulurkan tangannya menyentuh tangah Viona yang berada di atas meja dengan lembut.
"Gapapa, bukan sepenuhnya kesalahan lo." Kata Defa sambil tersenyum kecil.
Ryan lumayan takjub dengan sifat Defa yang satu ini. Ia tahu memaafkan seseorang itu sangat sulit apalagi memikirkan kesalahan yang sudah diperbuat. Menurutnya memaafkan seseorang itu tetap tidak bisa menghilangkan rasa sakitnya. Tapi bagaimanapun juga itu adalah keputusan Defa.
Mendapat respon seperti itu, Viona membalas senyuman Defa dengan perasaan lega, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada perasaaan bersalah yang masih menghantui dirinya. Apalagi ketika ia mendapat tanggapan sebaik itu dari Defa membuat ia menyesali perbuatannya.
"Gak seharusnya gue pisahin pasangan sebaik kalian." Sesal Viona.
Defa tersenyum kecil tapi berbeda dengan Ryan yang hanya memasang wajah datarnya. Melihat reaksi itu Defa langsung menyenggol Ryan dengan bahunya membuat cowo itu menatap ke arah Defa.
"Kamu juga ngomong dong." Kata Defa pada Ryan.
"Iya." Balasnya singkat, Defa mendengus pelan.
"Iya apa?" Ucap Defa dan kini giliran Ryan yang mendengus.
"Iya dimaafin." Kata Ryan tanpa ekspresi. Meski begitu, Viona menanggapinya dengan senyuman kecil. Ia sama sekali tidak merasa sakit hati karena hal itu. Justru ia tidak akan pernah bisa lupa tentang sisi Ryan yang begitu dingin padanya.
Tatapan Viona kini beralih pada Defa, ia terpukau dengan cewek di hadapannya itu. Mengingat tingkah Ryan padanya selama ini, Viona benar-benar tidak menyangka ada perempuan yang bisa meluluhkan cowok itu.
"Satu lagi, tolong sampein ucapan terimakasih gue buat temen lo. Gue bener-bener berhutang budi."
"Hmm." Balas Ryan lagi masih dengan aura dinginnya. Defa melihat ke arah Viona sambil tersenyum seperti mengisyaratkan untuk memaklumkan tanggapan Ryan yang seperti itu.
"Gue balik ya." Kata Viona
"Iya hati-hati." Balas Defa sambil melihat kepergian Viona yang kini menghilang dari balik pintu.
Keadaan sempat hening untuk beberapa saat diantara mereka. Sampai akhirnya tangan Ryan mulai bergerak menggenggam tangan Defa dan bersandar di pundaknya hingga cewek itu tersentak kaget.
"Kamu ngapain sih? banyak orang tau." Ucap Defa sambil melihat sekitar.
"Sebentar aja." Kata Ryan dengan suara lembut. Defa yang tak tahan mendengar suara Ryan dengan nada seperti itu jelas tidak bisa memberontak dan membiarkannya. Lagi-lagi keheningan terjadi, mereka membiarkan momen itu sejenak. Mungkin meluapkan rasa yang sempat tertahan belakangan ini. Walau beberapa orang yang ada di café itu diam-diam melirik mereka, tapi melihat Ryan yang masih nyaman di posisi itu membuat Defa tidak bisa berbuat apa-apa.
Beberapa menit berlalu, Ryan langsung mengajak Defa untuk mengikutinya. Awalnya Defa bingung, tapi ia hanya mengikuti kemana Ryan membawanya. Mereka mulai melangkahkan kakinya yang ternyata Ryan malah menuju ke parkiran mobil dan memasuki memasuki mobil. Ia pikir mungkin Ryan akan mengajaknya ke tempat lain atau ingin mengajaknya berkeliling kota. Namun, betapa terkejutnya Defa saat Ryan tiba-tiba menarik tubuh Defa ke dalam pelukannya. Sangat erat.
"Ka-kak?" Ucap Defa yang masih dalam pelukan cowok itu. Tapi ucapannya sama sekali tidak digubris oleh Ryan. Masalahnya saat ini Defa sedikit sesak karena dekapannya yang begitu kuat.
"Sa-sayang." Ucap Defa lagi. Mendengar panggilan itu membuat Ryan dengan cepat melepaskan pelukannya dan menatap Defa dalam sambil memegang kedua bahunya.
"Kamu bilang apa tadi?" Tanya Ryan dengan raut wajahnya yang sedikit terkejut.
"Sayang?" Kata Defa dengan tampang bingung. Bingung kenapa Ryan memberikan ekspresi seperti itu. Tapi tiba-tiba Ryan memeluk pacarnya lagi.
"Hhh aku seneng banget, aku kangen." Kata Ryan tersipu dengan jantung yang berdetak dengan sangat cepat sampai Defa bisa merasakan debaran jantungnya saking Ryan memeluknya dengan erat. Defa akhirnya membalas pelukan itu sampai Ryan kini mulai memasukan kepalanya ke bahu Defa sampai ia bisa mencium aroma tubuh Defa.
Awalnya terlihat biasa saja, sampai Defa merasakan sentuhan lembut di lehernya dan terdengar samar-samar suara nafas dari Ryan. Defa yang sadar dengan apa yang terjadi langsung tersentak kaget dan menjauhkan dirinya dari dekapan Ryan.
"Ka!" Rengek Defa seperti anak kecil yang terlihat sedikit terkejut.
"Ma-maaf." Ucap Ryan yang juga ikut-ikutan terkejut dengan apa yang barusan ia lakukan
Lo pasti udah gila Yan... batin Ryan malu
.
Seperti yang sudah Ryan bicarakan kemarin. Ia dan Tania mendatangi rumah Defa dengan niat untuk membicarakan serta meminta maaf perihal kejadian yang terjadi diantara mereka. Tania terlihat beitu sedih dan menyesal. Ia juga merasa malu pada dirinya sendiri. Tania sendiri tau bagaimana Defa mengubah anaknya menjadi seperti sekarang, ia sadar pengorbanan yang Defa lakukan selama ini. karena itu ia jadi tidak enak hati menunjukan dirinya di depan keluarga Defa.
Bak buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat Defa sepertinya menurun dari mamanya. Dengan legowo Diana memahami semua situasi yang terjadi tanpa memikirkan hal-hal yang sudah dialami oleh anaknya. Dan Defa juga tidak terlihat keberatan melihat mamanya bereaksi seperti itu. Justru ia merasa sangat bersyukur. Lagipula jika ia mempermasalahkan itu, yang ada hubungannya dengan Ryan bisa muncul masalah lagi dan Defa tidak mau hal itu terjadi.
"Untuk Defa tante minta maaf ya." Ucap Tania pada Defa dengan mata yang sendu. Defa membalas tatapan Tania dan tersenyum. Ia benar-benar terharu.
"Sebenernya ada satu hal lagi yang mau tante bicarakan."
"Tante mau menikahkan kalian."
**
Wellcome back again!! Semoga menghibur di hari jum'at berkah ini walau lumayan pendek wkwkk
Jangan lupa apa? Iya vomment! see ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us (Sequel A Cool Boy)
Teen FictionBercerita tentang Ryan dan Defa di masa kuliah. Semakin lama mereka membangun hubungan semakin banyak juga gangguan yang mereka hadapi. Ini adalah cerita bagaimana mereka melewati masa-masa sulit untuk bisa bersama. Sequel of A Cool Boy