0

18 2 1
                                    

Jika hujan di ibaratkan sebagai sebuah masalah, maka payung di ibaratkan sebagai hidup.

Hujan terus datang menerjang payung, begitu pun dengan masalah yang datang menerjang hidup.

Sampai, ketika hujan terhenti, tak lagi menerjang, menyisakan payung dan kesendirian nya, ibarat bagai hidup yang tak lagi memiliki masalah, pelangi datang.

Pelangi adalah kebahagiaan.

Datang ketika masalah selesai, dan pergi ketika masalah kembali datang. Sesaat.

Kebahagiaan itu sesaat.

Datang hanya untuk singgah.

Seolah berkata, dunia tak hanya tentang kesedihan, tapi kembali pergi entah kemana, dengan hujan yang kembali menerjang.

Sampai nanti, ketika payung tak mampu lagi bertahan, ia rusak, tak bisa di gunakan lagi. Kalau di diri manusia, itu di sebut mati.

Tak ada lagi ada nyawa. Semua sudah rusak.

Kaku, tak bisa bergerak.

Begitulah hidup, mati dan hidup. Seolah berputar. 1 nyawa pergi maka beribu nyawa baru datang kembali. Terus seperti itu sampai akhir nantinya.

Dulu, aku pernah berfikir, bahagia hanya kata tak bermakna. Hanya tipu muslihat di dalam nya.

Dunia ini serasa tertimpa hujan tanpa ada pelangi yang singgah, sungguh ironis pemikiran itu.

Tapi, itu dulu.

Sebelum kamu datang, Wisesa Rakha Utama. Begitu mahir bibir ini mengucap nama mu yang indah, dan begitu mahir pula jari ini mengetikan nya.

Rakha, nama mu terbenam di benak nan lubuk hatiku.

Ini terlalu berlebihan, tapi memang itu adanya.

Kamu, senyum mu dan tingkah mu, menjadi pelangi dalam hidupku.

Kata, “gimana harinya?” tak bosan kau tanyakan, meski akan mendapat jawaban yang sama, “biasa aja, gak ada yang spesial”

Rakha, ketahuilah, hanya dirimu yang spesial.

Rakha, bagaimana harimu?

Apa kau lelah?

Maaf, aku membuat mu lelah dengan sikap ini. Tapi, Rakha, bagaimana cara untuk mengekspresikan diri?

Rakha, apa wajah ini begitu sinis?

Rakha, kenapa tak menjauh jika wajah sinis sudah ku beri di pertemuan pertama kita? Kenapa mendekat?

Rakha, apa aku membosankan? Mereka bilang iya, tapi aku tau, kau mengerti diri ku, jadi aku bertanya-tanya. Menurut mu, aku membosankan?

Rakha, aku tidak sehebat dirimu, aku...hanya biang masalah.

Dan kau, anak emas.

Rakha, boleh kah aku iri dengan mu?

Semua orang menyebut namamu, kamu anugrah, Rakha.

Anugrah terindah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang