Sudah seminggu Nadya berada di sekolah ini. Dan seminggu ini pula dia mengamati kawan sebangkunya itu. Orang yang tampak cuek nan pemalas itu memiliki otak yang cemerlang. Ditambah dengan hobi olah raganya, dia menjadi hampir sempurna. Tak jarang juga Nadya menonton Reyzan bermain futsal saat jam pelajaran olah raga. Nadya juga akhirnya mengetahui betapa besarnya pengaruh Reyzan pada para gengster sekolah ini.
Tak hanya itu, seminggu ini juga Nadya sering mendapatkan surat di tempat duduknya. Ada yang memberi bunga, coklat, kadang juga hanya selembar kertas berisikan pengutaraan rasa.
"Baik anak-anak. Silahkan kerjakan latihan harian 4.3 di rumah." Ucap bapak dengan kacamata bulat yang menggantung.
"Oh, satu lagi. Kalian harus bersiap untuk menjalani ujian assigment dua bulan lagi. Saya selaku wali kelas pasti mengharapkan nilai yang maksimal dari kalian." Ucap bapak berbadan tambun, bernama Jali itu.
Teng-teng-teng.
Lonceng tanda pulang sekolah terdengar. Anak-anak berhambur ke luar kelas. Terlebih besok adalah hari minggu. Namun Reyzan, Hanzel, dan Bima memilih untuk tidak langsung berlalu. Nadya juga ditahan oleh Hanzel saat hendak melangkah pulang.
"Tunggu, Nad. Kita mau ngomongin sesuatu." Ucap Hanzel.
"Iya, Nad. Tunggu yang lain dulu." Sahut Bima.
Nadya kembali ke tempat duduknya. Tak lama kemudian muncul empat cewe yang dikenal oleh seluruh siswa Eden karena kecantikan dan kekompakan mereka.
Amanda Reva Atmodjo. Anak pertama keluarga Atmodjo yang dikenal karena kebijaksanaannya yang terbungkus dalam wajah teduh nan cantik dengan bibir tipisnya.
Jasmin Ardila Laksono, adik David dengan sifat yang sangat bertolak belakang dengan kakaknya. Kakaknya yang terkesan urakan khas anak IPS, sedangkan Jasmin rapi khas anak IPA.
Kayla Putri Erwinda. 'Sang Ratu dari Utara', julukan yang dia dapat setelah memenangkan berbagai lomba modeling dan setelah dia menjuarai lomba Miss high school 2 musim berturut-turut.
Neysa Ayu Atmoko. Dia dipanggil chindo oleh para karibnya. Tubuhnya yang molek, ditambah kulit putihnya menjadi aset berharga yang membuatnya dilirik banyak lelaki. Dengan sifat tomboy yang dia miliki, membuatnya semakin pas. Andai saja mereka tidak dekat dengan gengnya Reyzan, mungkin mereka berempat sudah digarap sama gengster SMA Eden setiap hari.
Selain mencetak banyak prestasi, mereka juga mencetak banyak masalah. Merokok, bolos, bahkan berkelahi. Untungnya pihak yayasan masih mempertimbangkan pencapaian mereka dalam mengharumkan nama sekolah.
"Kenalin, ni Nadya. Dia akan join acara kita juga malem ini." Hanzel mengenalkan Nadya pada cewe-cewe yang tampaknya sudah mengetahui sosok Nadya.
"Hai." Sapa Nadya sambil menyunggingkan senyum. Mereka hanya ber-hai ria, menanggapi seadanya.
"Nadya, lu boleh maen malem, ngga?" Tanya Bima disela obrolan anak-anak itu. Nadya hanya mengangguk.
"Kalo nginep?" Kini Hanzel bertanya.
"Hus, mesum mulu pikiran lu." Neysa menjitak kepala Hanzel, membuat laki-laki itu ber-aduh ria.
"Duh, Reyzan. Lu makin ganteng, sih?" Si Jasmin malah sibuk menatap Reyzan lekat-lekat. Yang dipandangi tampak tak peduli dan melanjutkan kegiatan membaca manga miliknya.
"Biarin, Nad. Monster satu itu emang pinter di kelas, tapi goblok pas liat Reyzan." Lirih Kayla yang sebenarnya juga tak jauh beda dengan Jasmin. Sama-sama mendadak goblok di hadapan Reyzan. Bedanya, Jasmin bisa pinter pas ga ketemu Reyzan, sedangkan Kayla tetap goblok. Nadya hanya terkekeh kecil.
Tiba-tiba seorang cowo datang dan menjewer telinga Jasmin.
"Kesambet, lu?" Ucap cowo itu dengan nada gemas.
"Am-ampun, bang!!" Jasmin berusaha melepaskan tangan David yang masih menjewernya.
"Vid..." Lirih Amanda sambil menatap lelaki itu tajam. Yang ditatap hanya nyengir kuda sambil perlahan melepaskan jewerannya pada telinga Jasmin.
"Ampun, yang..." Ucap David yang berpindah ke sebelah Amanda.
David dan Amanda memang sedang berpacaran, namun hanya segelintir orang yang tau. Yah, paling hanya kumpulan mereka dan kedua keluarga. Bahkan keluarga Laksono berencana melaksanakan pertunangan mereka setelah acara wisuda nanti. Keluarga Atmodjo juga menyetujuinya karena seluruh keturunannya adalah perempuan. Terlebih, Laksono dan Atmodjo memiliki hubungan lebih dari sekedar rekan bisnis. Atmodjo-lah yang mengajari Laksono ilmu berbisnis saat kuliah dulu. Ya, Atmodjo dulunya dosen, namun sekarang fokus mengurus bisnisnya.
"Nad, jadi gimana? Soalnya kita kalo kumpul biasanya nginep." Hanzel meminta kejelasan pada Nadya.
"Ah, elah. Ribet amat lu." Potong Reyzan dengan wajah malasnya.
"Kita ntar malem mau ada acara nginep di rumah punya Erza. Mau join, kaga?" Ucap Reyzan yang menatap mata Nadya setelah menutup manga-nya.
"Oke, ntar aku kabarin." Jawab Nadya sambil tersenyum. Saat Reyzan menatapnya tadi, seakan membuatnya harus menjawab. Dalam tatapannya ada intimidasi yang sangat indah bagi Nadya, namun ada sedikit percikan emosi yang dibalut dengan batasan yang cantik.
"Oke, nanti malem Nadya ikut!" Seru Neysa sambil memeluk Nadya. Yang dipeluk tentu saja kaget, terlebih karena yang memeluknya adalah seorang cewe tomboy membuatnya sedikit bergidik ngeri.
"Okey, ayok pulang!" Seru Neysa lagi.
"Bang, boncengin, yak." Ucap jasmin saat mereka berada di lorong menuju parkiran.
"Dih, ogah. Adek kek lu mah ditinggal di pinggir jalan juga kaga bakal ilang." David menjulurkan lidahnya.
"Reyzan, aku bonceng kamu, ya?" Si Jasmin berpindah memelas pada Reyzan.
"Ngga, gua ga bawa motor." Balas Reyzan santai sambil fokus pada hp-nya.
"Lah, terus lu berangkat naek apa?" Tanya Jasmin dengan polosnya. Kawan-kawan Reyzan yang sudah tahu standar humornya, langsung tertawa. Jelas Reyzan tidak membawa motor ke sekolah, karena dia berangkat naik mobil.
Brugh
Reyzan tersungkur setelah menabrak sesuatu. Reyzan terjatuh tepat di atas tubuh Nadya. Sial, kenapa pake bangun segala. Batin Reyzan saat 'ade kecilnya' mendarat tepat di belahan pantat bagian bawah milik Nadya.
"Woy-woy, adegan-adegan. Njir!" Seru Hanzel heboh sendiri. Terlebih melihat Nadya ditindih Reyzan dengan posisi seperti Reyzan sedang memeluk Nadya dari belakang.
"Aww." Rintih Nadya karena dia terjatuh, tertimpa Reyzan pula.
Reyzan langsung bangkit, berjongkok di dekat kaki Nadya yang terus dia pegangi. Reyzan menatap bagian yang sakit itu, kemudian menyingkirkan tangan Nadya dari sana. Setelah Reyzan periksa dan memastikan hanya keseleo biasa, dia langsung membantu Nadya bangkit.
"Lu berangkat naik apa?" Tanya Reyzan.
"Naik busway." Balas Nadya yang masih meringis menahan sakit.
Tampaknya Nadya tadi tidak melihat selokan di depannya, karena terlalu asik mengobrol dengan Kayla.
"Ya, udah. Kalian duluan, gua anter ni bocah." Ucap Reyzan pada yang lain.
"Heh, main anter-anter aja, lu." Hanzel mengerucutkan bibirnya tak terima. Selama ini dia bersaing dengan Dion, kenapa malah Reyzan yang dapat.
"Ye, gua mah tanggung jawab. Emang elu, mancing doang, muasin kaga bisa." Ucap Reyzan sambil memandanh Jasmin, diikuti tawa kawan-kawan mereka. Kecuali Nadya tentunya, karena Nadya tak tahu ceritanya.
.
.
.
.
.
.
.
Hay, guy's. Maap kalo authornya kurang interaktip.Fyi, semua cerita yang ditulis ama author itu ditulis secara spontan uhuy, jadi maap kalo ada yang kurang pas, soalnya ya gitu. Wkwk
Heppy reading.
Nb. Yg cuma nyari adegan 18+ nya, sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER inside Me
Teen FictionWanita itu hanya bisa terkulai pasrah, saat jemari-jemari kasar itu menyapu kulitnya. warning, Adult Story