Miska tidak tahu bagaimana ia harus mengungkapkan rasa bahagianya saat melihat putra kesayangannya berdiri didepan pintu rumah dengan senyuman yang begitu manis.
"Ali pulang Mi." Ujar Ali sambil membuka lebar kedua lengannya.
Tanpa mengucapkan apapun Miska segera melemparkan dirinya ke dalam dekapan sang anak. "Maki kangen banget sama kamu Nak." Ujar Miska dengan linangan air matanya.
"Ali juga kangen banget sama Mami." Balas Ali dengan begitu manjanya. Pelukan pria itu semakin mengerat pada tubuh wanita yang sangat ia cintai. Rasa lelahnya setelah menempuh perjalanan nyaris 17 jam terbayar tuntas ketika memeluk Ibunya.
"Mami nggak yakin kamu pulang apa nggak tapi Mami sudah menyiapkan semuanya untuk kamu." Miska melepaskan pelukannya. "Mami masak ayam cabe merah kesukaan kamu Nak." Lanjut Miska lagi.
Mata Ali sedikit berbinar saat mendengar perkataan Ibunya. Sudah lama sekali ia merindukan masakan Ibunya. "Kangen banget sama masakan Mami." Katanya lembut.
Miska memukul pelan pundak putranya. "Salah sendiri kamu kalau disuruh pulang nggak pernah mau pulang." Dumel Miska yang dibalas tawa oleh putranya.
"Ya sudah ayok masuk kamu terlambat sedikit datangnya jadi Papi udah berangkat ke kantor." Ali hanya tersenyum saja sambil membiarkan Ibunya menyeret tangannya.
"Pak tolong bawa kopernya Tuan muda ya." Goda Miska pada putranya. Sejak dulu Ali paling tidak suka dipanggil Tuan muda namun Miska tetap saja melakukan hal itu.
Tawa Miska terdengar berderai saat melihat wajah cemberut putranya. Ia sudah lama sekali merindukan momen-momen ini dan semoga saja setelah ini ia tidak lagi berpisah dengan putranya.
"Ali bersih-bersih dulu ya Mi."
"Iya Nak. Kamar kamu selalu Mami bersiiin." Jawab Miska yang membuat Ali terharu. Kembali ia peluk Ibunya dengan penuh cinta. "Mami bahagia sekali kamu kembali." Bisik Miska dengan lelehan air matanya.
Ali mengangguk pelan. "Setelah ini Ali akan selalu disini sama Mami. Ali nggak akan kemana-mana lagi Mi."
***
"Neng ini belanjaan Ibu tolong disiapin ya."
Prilly menerima kertas yang disodorkan oleh pelanggannya lalu dengan senang hati ia mulai menyiapkan pesanan Ibu itu. "Sebentar ya Buk."
"Iya Neng."
Prilly memang jualan dipasar sehingga kebisingan sudah menjadi teman baginya. Segala keperluan dapur dan bahan makanan tersedia di kedai kecilnya. Hari ini kedainya sangat ramai karena awal bulan jadi banyak sekali Ibu-ibu yang datang lalu memborong beberapa bahan makanan yang ada di kedai kecilnya.
Prilly sangat bersyukur.
"Ibu kamu kenapa Neng?"
Prilly yang sedang menyiapkan gula pesanan Ibu ini menoleh. "Ibu lagi kurang sehat Buk." Jawabnya sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
Ibu paruh baya itu menganggukkan kepalanya pelan. "Kasihan kamu kerja sendirian. Mana hari ini ramai ya."
"Iya Buk. Alhamdulillah hari ini memang lagi ramai." Jawab Prilly sambil melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama kemudian Prilly sudah memasukkan semua belanjaan sang Ibu ke dalam kantong plastik hitam. "Semuanya 700 ribu Buk." Ujar Prilly ketika menyerahkan plastik itu Ibu langganannya.
Prilly menerima uang lembaran merah yang Ibu sodorkan dengan penuh suka cita. Tak sia-sia sejak subuh tadi ia sudah berada di kedainya bahkan nyaris siang seperti ini ia masih bekerja.
"Makasih Buk ya."
"Iya sama-sama Nak semoga semakin laris dagangan kamu ya." Ucap Ibu itu yang langsung diaminkan oleh Prilly.
Sepeninggalan Ibu tadi, Prilly kembali melanjutkan pekerjaannya. Di kedai Prilly juga ia terima pesan antar jadi para pembeli hanya perlu mengirimkan list belanjaannya ke nomor Prilly lalu ia siapkan dan yang bertugas mengantar adalah Nino, pemuda tanggung yang sudah Prilly anggap sebagai Adiknya sendiri. Nino juga anak yatim seperti dirinya.
Tapi hari ini Prilly terpaksa mengerjakan semuanya sendirian karena Nino sedang ada kegiatan di sekolahnya hingga sore nanti. Prilly sudah menyiapkan beberapa kardus yang sudah ia isikan barang-barang pesanan yang siap ia antar.
Kedai ya tidak ia tutup hanya ia taruh kursi didepan pintu sebagai tanda jika kedainya sedang ditutup sementara. Di pasar memang ramai tapi disini tidak kekurangan orang baik sehingga Prilly tidak perlu khawatir jika kedainya ditinggal seperti ini.
"Pakde titip bentar ya, Prilly mau ngantar barang orang." Prilly juga menitipkan kedainya pada pria paruh baya pemilik kedai yang berada disebelah kedainya.
"Siap Neng. Hati-hati."
"Oke Pakde."
Dan Prilly mulai melajukan sepeda motor maticnya. Ia berniat berjalan setengah hari saja karena kondisi Ibunya sedang drop. Prilly tidak tenang bekerja jika Ibunya sendirian dirumah apalagi dengan kondisi sakit seperti hari ini.
Maka dari itu setelah mengantar pesanan ini Prilly berniat untuk menutup kedai miliknya lalu pulang kerumah dan menemani Ibunya.
"Yah macet." Keluh Prilly saat melihat deretan kendaraan yang berjejer di hadapannya.
Beginilah kehidupan di ibukota apalagi di jam-jam makan siang seperti ini, pemandangan seperti ini adalah sebuah kewajaran.
Prilly berusaha menyalip di antara jejeran mobil yang berjejeran. Prilly sudah berupaya sebaik mungkin supaya tidak mengenai kendaraan lain namun sayangnya sebuah mobil dihadapannya bergerak tanpa aba-aba hingga mengenai sepeda motor yang dikendarai Prilly.
Prilly memekik pelan saat ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya gadis itu terjatuh dan mengenai mobil yang lain.
Kejadian itu jelas mengundang perhatian pengendara yang lain hingga kerumunan pun terjadi disela kemacetan. Prilly tidak bisa beranjak karena tubuh mungilnya tergencet antara sepeda motor juga mobil.
"Eh lo kalau bawa motor hati-hati dong! Lecet mobil gue kan?! Dasar bodoh!"
Prilly baru saja berhasil meloloskan dirinya setelah dibantu oleh pengendara motor yang lain saat tiba-tiba seorang pria keluar dari mobil yang menyenggol sepeda motornya tadi lalu memaki dirinya tanpa rasa bersalah padahal jelas-jelas pria itu yang salah.
"Eh cowok dungu! Lo yang salah ya makanya kalau nggak bisa nyetir jangan sok-sokan nyetir. Dasar bego!" Balas Prilly tak kalah keras.
Pria tampan yang memakai kacamata hitam itu shock seketika saat seorang gadis memaki dirinya dengan begitu berani. Pria itu membuka kacamatanya dengan kasar hingga kini keduanya saling bersitatap dengan aura permusuhan yang begitu kental.
Prilly tidak akan mengalah karena ia tidak sepenuhnya salah lagipula kenapa pria itu harus memaki bahkan mengatainya bodoh memangnya siapa pria itu berani-beraninya memaki dirinya.
"Lo--"
"Selamat siang! Tolong bapak dan Ibu ikut kami ke kantor polisi. Kalian sudah membuat keributan ditempat umum dan itu merupakan sebuah pelanggaran."
Dan akhirnya Prilly serta pria itu berakhir di kantor polisi.
*****
Aku usahain update lebih dari 1 kali kalau kalian rajin vote dan komen yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs Aliandra
RomanceNext Story jangan lupa baca yaaa.. Ceritanya nggak kalah seru dari cerita sebelumnya.. Jangan lupa vote dan komennya yaaa..