BAB 14

376 16 0
                                    


"Masa anak kelas sebelah keluar karena ada rumor dia hamil?"

"Masa sih?" Kanaya yang tadinya menikmati batagornya kini menatap Kendra penasaran.

"Doyan gosip!" cibir Jehan sambil memasukkan bakso ke dalam mulutnya.

"Tau dari mana lo?" tanya Reza yang di angguki Kayra.

Kendra menatap satu persatu yang ada di meja nomor sembilan dengan kerutan halus di dahinya. "Gue nanya anjir! Kenapa lo pada nanya ke gue?" ucapnya kesal.

Ketiga orang yang ada di sana menatap tajam Kendra, rasanya ingin menyumpal mulut Kendra dengan kaos kaki yang tidak di cuci setengah tahun. Lain halnya dengan Jehan yang ingin langsung mengirim santet untuk Kendra saat ini juga.

"Heh! Lo tuh yang bikin kita bingung!" sembur Kanaya menunjuk wajah Kendra dengan garpu yang ada di tangannya.

"Bego." desis Jehan.

"Gue salah?" tanya Kendra.

"SALAH!" jawab keempat remaja itu bersama yang membuat Kendra hampir jantungan.

"Harusnya lo gunain kata. 'anak kelas sebelah keluar karena rumornya dia hamil, emang itu bener?' begitu, bukannya pake 'masa' itu lo ngomong begitu kayak nebak bego!" jelas Kayra.

Kendra menompang wajahnya dengan tangannya, kedua matanya berbinar menatap Kayra yang sedari tadi menjelaskan, hal itu membuat Reza menatap Kendra tajam.

"Lo cantik banget sih, Kay. Apalagi kalau ngejelasin sesuatu tuh aura cantik lo tambah. Jadi pacar gue mau?" tawar Kendra yang terus mesem-mesem.

Jehan dan Kanaya memilih menikmati makanannya, tidak ingin ikut campur masalah si pembinor sama rumah tangga orang.

"Lo mau gue bantai?" ucap Reza menendang kaki Kendra.

Kendra berucap sinis pada Reza. "Berbagi itu indah, Za!"

"Berbagi matamu!" sentaknya. Sepertinya otak Kendra tertinggal di rumah.

Kanaya mengajak Kayra untuk pergi dari sana setelah keduanya selesai makan, lagipula kalau mereka di sana terus yang ada hanya terus-menerus mengeluarkan suara–adu bacot. Tadinya Reza menahan Kayra agar tidak pergi, namun dengan kekuatan Kanaya dan Kayra, mereka berdua bisa pergi dari sana seusai Kayra lepas dari Reza.

"Kay!" panggil Kanaya antusias.

"Kenapa?" tanyanya.

Kanaya memperlihatkan layar ponselnya yang memperlihatkan sebuah novel yang ternyata sudah selesai di cetak, Kanaya tersenyum. "Ayo beli! Di Gramedia." ajaknya.

"Abis pulang nih ke Gramedia?" ucap Kayra.

Kanaya mendengkus. Kayra menatap Kanaya bingung karena cewek itu memasang wajah masam ketika melihat ponselnya lagi. "Gak bisa, Kay. Gue di suruh jaga Alden." balasnya lesu. "Lo tau 'kan kalau gue udah masuk rumah susah banget buat izin keluar."

"Ya udah, gue ke sana sendiri. Ntar gue anter ke rumah lo." ucap Kayra.

Kanaya tersenyum sambil mendorong pundak Kayra pelan. "Pinter banget lo!"

                                       ****

Kayra masuk ke dalam Gramedia sendiri, tadinya ia ingin mengajak Reza untuk menemaninya, tapi saat pulang sekolah Reza tidak bisa di hubungi. Kayra juga bertemu Jehan dan Kendra di parkiran, saat dia bertanya Reza ada dimana mereka menjawab kalau Reza sudah pulang lebih dulu karena ada urusan.

"Tunggu! Gue lupa novel yang di maksud Kanaya tuh yang mana?" gumam Kayra menepuk dahinya pelan. Kayra mengeluarkan ponselnya, dia menanyakan novel yang Kanaya inginkan. Dia lupa, kenapa Kayra lupa? Karena Kayra tidak baca novel yang Kanaya baca, dia akan membaca setelah Kanaya selesai membaca saja.

Kayra menelusuri setiap rak mencari novel itu, sesekali dia beralih ke ponselnya untuk melihat jelas cover novelnya. Kedua sudut bibir Kayra terangkat ke atas setelah dia berhasil menemukan novel yang akan ia ambil. Kayra langsung menuju kasir seusai membawa novel yang Kanaya inginkan dan novel yang ia inginkan, kerutan halus di dahinya tercetak karena melihat cowok jangkung di depannya yang juga berjalan ke kasir sambil membawa buku komik.

"Aldo?"

Sang pemilik nama refleks menoleh karena seseorang menyebut namanya, dia sedikit kaget karena bertemu Kayra di sini. "Lo di sini juga?"

Kayra mengangguk. "Lo suka baca komik?" tanya Kayra melirik beberapa komik yang ada di tangan Aldo.

"Iya, kalau lo? Suka baca komik juga selain novel fiksi?" tanya cowok itu melirik novel yang ada di tangan Kayra.

Kayra mengangguk pelan, sambil berjalan bersama ke kasir keduanya terus membahas hal random. Tidak samapi hal di situ saja, keduanya bahkan berbincang sampai basement, setelah itu keduanya berpisah di sana.

Kayra menikmati jalan raya di sore hari yang tetap saja macet, banyak suara klakson dari pada pengendara mobil maupun motor. Andai saja dia memiliki helikopter, lebih baik dia menggunakan itu dari pada harus mengantri jalanan seperti ini. Oke itu hanya andai, nyatanya Kayra tidak punya uang untuk membeli helikopter itu. Kalau saja Kayra rajin ngepet suda pasti uangnya terkumpul dan dia mampu membelinya.

Untuk sampai ke komplek kawasan rumah Kanaya sebenarnya membutuhkan waktu lima belas menit saja, namun karena macet, jadi dia menghabiskan waktu hampir tiga puluh lima menit untuk sampai di sini.

Dengan reflek Kayra berhenti mendadak, di depannya beberapa meter sana dia melihat sebuah mobil, bukan karena mobilnya, tapi karena si pengemudi yang keluar dari sana. Kayra bisa melihat jelas bahwa orang itu Reza dan satu cewek? Positive thinking saja mungkin itu sepupunya? Hah sepupu, kata Reza kedua orang tua sama-sama anak tunggal, jadi dari mananya sepupu? Lalu, dia siapa? Kayra tidak bisa melihat jelas wajah cewek itu karena cewek itu langsung lari ke dalam rumah.

                                          ****

2 Januari 2023

REZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang