Sejak peristiwa Sakura mengetahui lamaran chiyo pada Sasuke, gadis itu menolak untuk pergi ke balai walikota sendiri, kecuali memang tidak bisa di wakilkan.
Rasa mencoba mengerti untuk beberapa waktu, tetapi saat hal itu berlangsung selama satu bulan .
Rasa tidak bisa lagi membiarkan hal itu, sakura punya tanggung jawab pada warga desa.
Dia juga salah satu yang diamanatkan untuk mengawasi pembangunan bendungan dan irigasi sehingga sakura harus mengesampingkan masalah pribadinya."Ayah memanggilku" sakura berdiri tidak jauh dari sofa, disini hanya ada Rasa, karura dan Karin sedang memasak.
Sedangkan nenek chiyo sedang beristirahat di kamarnya.
Sasori belum kembali dari pusat kota Konoha.
"Duduklah, ayah ingin berbicara padamu" .Sakura duduk di sofa berseberangan dengan Rasa, wajah jelitanya menunduk dengan cemas, ia sangat tau, apa yang akan dibicarakan ayahnya.
Rasa menghela nafas melihat wajah putrinya cemas.
Sakura terlihat seperti anak berumur 9 tahun yang ketahuan melakukan kesalahan."Ayah mengerti tentang perasaanmu, tapi sakura kau tidak bisa terus-terusan menghindari Sasuke" seperti tebakan Sakura ayahnya pasti akan membahas perihal sikap kurang profesionalnya.
"Kau sudah membatalkan lamaran Sasuke dan Sasuke pun menerima keputusanmu, masalah kalian sudah selesai, jadi hal apa yang membuat mu melalaikan beberapa tanggung jawab sebagai kepala desa" lanjut Rasa.
Kedua tangan Sakura saling menggenggam, sangat mengerti akan kesalahannya "maafkan aku ayah" ucap Sakura menyesal akan sikapnya.
Ia menghapus air mata penyesalan."Sakura putri ayah, yang ayah kenal tidak akan melakukan hal ini, dia bisa membedakan urusan pribadi dan urusan pekerjaan" Rasa mengingatkan.
Sebenarnya tidak tega melihat air mata putrinya, tetapi sebagai seorang ayah dirinya harus mengingatkan kalau sang putri melakukan kekeliruan.Tindakan Sakura yang beberapa kali menghindari pertemuan urusan desa, hanya untuk menghindari Sasuke sudah berlebihan.
Sakura harus bekerjasama dengan walikota, suka atau pun tidak, karena itu komitmen yang mereka sepakati setelah penyetujuan proyek bendungan dan irigasi."Aku mengerti ayah...... Dan sekali lagi maafkan aku" sakura menatap ayahnya dengan raut menyesal, Rasa tersenyum karena Sakura sudah mengerti akan kesalahannya.
"Kami tidak akan memaksa kau menikah lagi, jadi ayah mohon jangan benci Sasuke......dia pemuda yang baik, dan sangat tulus ingin memajukan Konoha" ucapan dari Rasa memang tidak bisa Sakura tampik, Sasuke memang tulus ingin memajukan Konoha, dan untuk mendukung programnya, dia butuh dukungan dari seluruh kepala desa di wilayah Konoha.
"Baik ayah, aku tidak akan melalaikan tugas ku lagi" mendengar ucapan Sakura, Rasa tersenyum dan mengusap kepala putrinya, meskipun bukan putri kandung tetapi perasaan sayang nya pada Sakura, sama besar dengan sayangnya pada Temari.
Ia sangat menyesal karena menjadi salah satu orang yang meminta Sakura menjadi istri putranya Gaara, anak manja dan egois hanya mementingkan diri sendiri, tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Entah seperti apa kehidupan Gaara sekarang, Rasa tidak mau terlalu perduli.
Luka yang anak itu beri pada Sakura dan keluarganya sendiri, tidak bisa Rasa lupakan.🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Beberapa kepala desa telah duduk di kursi yang telah di sediakan.
Hari ini mereka di kumpulkan oleh walikota untuk membicarakan tentang kendala yang mereka hadapi dalam pembangunan proyek irigasi di desa mereka masing-masing.Sasuke terkejut melihat Sakura menghadiri rapat, biasanya gadis itu meminta sekertaris desa yang mewakilinya.
Mungkin sudah satu bulan Sasuke tidak melihat Sakura.
Ia berusaha sebisa mungkin tidak menampakkan raut rindu pada gadis itu.
Karena ia tahu, kalau sampai Sakura menyadari perasaannya, gadis itu akan menjauh dan semakin sulit Sasuke untuk mendekatinya.
YOU ARE READING
Pak Wali Kota
Fanfictionsakura di jodohkan sejak kecil dengan seorang putra tuan tanah dari Konoha. sesuai adat istiadat yang ada di daerah mereka, ia harus hidup di rumah sang mertua sedari usia belia.