*****
Jean menghembuskan nafas dengan pelan sambil menatap dirinya sendiri di cermin. Dia tampak begitu anggun mengenak gaun putih, wajah yang dirias. Hari ini adalah hari dimana jean akan melakukan pernikahan, bukan atas dasar cinta ataupun pertanggung jawaban melakukan hal diluar nalar, namun pernikahan ini atas dasar paksaan dari kedua orang tuanya. Ingat dan garis bawahi pernikahan mereka atas dasar paksaan.
Jean menangkup pipinya sendiri dan memaksa tersenyum, meskipun ini agak berat sekali.
"Tarka maafin aku udah berpaling dari kamu" mungkin bagi Jean, lelaki yang kini sudah berada disisi tuhan itu akan kecewa kepadanya karena dia menikah dengan laki-laki lain atau adiknya sendiri, tetapi kenyataan berbalik padahal Tarka sendiri menitipkan gadis yang amat dia cintai ke adiknya sendiri untuk menjaga nya.
Bulir-bulir air matanya menetes mengalir dipipinya.
"Andai kamu masih memiliki kesempatan untuk hidup pasti sekarang yang bersanding disamping aku saat mengucapkan janji pernikahan nanti itu kamu bukan adik-- kamu sendiri." Kata Jean sendiri didepan cermin.
"Kak--"
"Kak jean! Kenapa lo nangis?!!" tanya Mirza dengan nada terkejut dan segera menghampiri kakaknya.
Jean duduk dan menatap Mirza. "Tolong gue mau kabur Za, gue gak mau berpaling dari Tarka," setelahnya gadis ini langsung menangis sampai membuat riasanya mulai menipis karna airmatanya.
Mirza juga ikut pedih, meskipun dia terlihat menyebalkan dimata kakaknya sendiri namun sebenarnya dia sangat menyayangi Jean. Lelaki bertubuh kekar itu memeluk Jean dan gadis itu pun langsung menumpahkan semua tangisanya di pundak adiknya.
"Jangan nangis kak" kata Mirza sambil mengelus-elus serta sesekali menepuk- nepuk punggung Jean.
"Lupain Kak Tarka....... Kak Je ini demi masa depan lo gue gak mau sampai tua lo cuman mikirin Tarka, nyalahin diri atas dasar kematian-nya juga, gue gak mau. Tolong jadikan perasaan kak Jean sama kak Tarka hanya masa lalu, dan coba tumbuhin perasaan kakak ke Wika yang hari ini akan menjadi pemimpin keluarga kecil kak Jean nantinya." Jelas Mirza.
Jean tak membalas. Keduanya berpelukan erat, kata-kata Mirza mampu membuat kakaknya terdiam tak berkutip.
Lelaki itu melepas pelukanya dan menangkup pipi jean. "Sebelum sah jadi istri orang." Mirza mencium pipi kakanya yang sangat lama sekali dia rindukan. Sebenarnya Tujuan dia selalu membuat kesal kakanya itu hanya untuk membantu Jean lepas dari masalalu dan ingin sekali melihat pipi nya menggembung seperti pangsit, tetapi sekarang ia sepertinya akan jarang bertemu dengan kakanya karena dia akan tinggal bersama suaminya.
"Jangan nangis lagi, ayo buruan nanti pada nungguin" Jean mengangguk kecil membalas ucapan adiknya itu.
"Kak?"
"Iya kak?" Tanya MUA yang tiba-tiba masuk dari ruangan.
"Tolongin benerin riasan kakak saya, dan gak usah menor menor dia gak suka
" kKata Mirza dengan nada tukas."Baik kak."
Jean seperti bidadari tanpa sayap, dengan gaun dan riasan tipis namun tetap menambah kesan kecantikanya. Bahankan semua orang yang diundang melongo dibuatnya. Gila, benar-benar keluarga Jean memiliki visual dan vibe sebagai bangsawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bapak Ketos
Teen FictionEnd√ 16+ Note: Hargai semua author selagi kamu membaca ceritanya (vote/komen/folow) Jika ada typo atau hal lain blh bantu dikoreksi dan komen apa kesalahan author ok? ***** "Saya ketua osis! Saya mempunyai kewajiban buat keliling dan memastikan supa...