Ada yang salah. Ada yang tidak beres dengan pikiran Renggana. Gadis itu yakin sekali jika selama ini dia selalu berjalan di atas rencananya yang maha sempurna.
Tapi perlahan, tubuhnya seolah kehilangan kendali. Renggana merasa jika pikiran dan perilakunya tak lagi sejalan.
Pikirannya sangat ingin menyiksa Edzsel hingga membuat anak itu depresi, kehilangan akal dan menggila. Tapi tubuhnya justru mengerjakan hal lain.
Ya, saat ini Renggana justru sedang bermesraan dengan Edzsel di dalam kamarnya.
Tidak sedetik pun tangan Renggana lepas dari leher suaminya. Sejak tadi pagi sampai siang, Renggana masih saja bergelayut manja di atas tubuh Edzsel.
"Nana, sudah dulu ya, Sayang. Sekarang waktunya makan siang. Kita turun dulu, ya."
"Tidak mau." jawab Renggana cepat tanpa berpikir.
Dia tidak mau jauh-jauh dari Edzsel. Renggana hanya ingin bersama dengan objek balas dendamnya itu.
Edzsel ingin menguraikan pelukan Renggana. Tapi gadis itu justru semakin dalam bersembunyi. Dia menenggelamkan wajahnya di dalam ceruk leher Edzsel. Sesekali Renggana akan menarik nafas panjang dan menghirup aroma tubuh pria itu sebagai candunya.
Renggana kembali teringat dengan jawaban Edzsel kemarin. Ketika Renggana bertanya siapa itu Evelene, Edzsel menjelaskan jika Eve ada bagian hidupnya. Kawan dan segalanya sebelum Jewish bertingkah.
Ya. Renggana mengatakan kepada Edzsel bahwa dia mendengar nama Eve dari kakek tua itu. Tapi tentu saja Renggana berbohong. Dia sangat lihai melakukannya.
Edzsel sendiri bukan orang bodoh. Dia sadar jika ada sesuatu yang tidak beres dengan isi kepala istrinya itu. Tapi sekali lagi, didikan Eve kepada Edzsel benar-benar menancap jauh.
Akal sehat Edzsel terbelenggu oleh kegilaannya. Dia tidak mempermasalahkan jika suatu saat nanti Renggana akan mengkhianatinya. Karena selama Renggana ada di sampingnya, Edzsel akan dengan senang hati menyerahkan nyawanya untuk gadis itu.
Pemuda itu sudah terjerat dalam impian tidak warasnya. Yang dia mau hanyalah Renggana.
Entah gadis itu mengingat dirinya sebagai Evelene atau Renggana, semuanya tidak masalah. Satu-satunya yang penting bagi Edzsel adalah dirinya yang bisa menyentuh Renggana setiap waktu. Menghirup aromanya. Dan melihat gadis itu berada di dalam dekapannya.
Bahkan jika itu berarti sama saja dengan melilit lehernya dengan ular kobra, Edzsel benar-benar tidak akan mempermasalahkannya.
"Apa kau mau kita makan di kamar lagi, Sayangku?"
"Ya."
"Baiklah jika itu maumu, My Lady."
Edzsel menjulurkan tangannya sebentar. Dia meraih ponsel miliknya agar bisa menghubungi Vinka. Saat ini, Edzsel sedang tidak berminat untuk teriak-teriak. Jadi lebih mudah untuk berkomunikasi melalui benda itu.
"Ya, Tuan?"
"Bawakan makan siang kami ke dalam kamar."
"Baik, Tuan."
Tut. Panggilan berakhir. Edzsel menutupnya secara sepihak.
"Sudah. Sekarang--- ayo lepaskan aku. Kenapa kelinci kesayanganku ini sama sekali tidak mau melihat wajahku, hmm?"
Tidak tahu. Renggana juga tidak yakin. Hanya saja, perkataan Avhanas padanya semakin terngiang-ngiang.
Pria itu benar. Rencana ini bisa gagal jika sampai Renggana merasakan kembali cinta pada Edzsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Mystery / Thriller"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...