THE SECOND'S POV
Kamu menusuk jarum pentul pada sisi kirimu. Kamu berputar ke kanan dan ke kiri melihat kerapihan baju di cermin. Papa dan Kiki masih sudah nunggu. Papa menaiki motor dengan Uuji sedangkan kamu dengan Kiki. Sudah jelas sekali, Papa melihat kerenggangan hubungan kakak-lberadikmu saat ini. Gamis mu kamu singkap sedikit agar memudahkamu menginjak tempat kaki yang sudah disiapkan Kiki, kamu duduk miring.
"Sudah kak?" tanya Kiki.
"Udah."
Papa memimpin jalan. Uuji tidak jadi ke sekolah, pastinya adik keduamu itu lupa. Selama perjalanan tak ada yang bergeming, Kiki fokus menyetir. Kamu menyadari satu hal, kamu melihat tangan Kiki sedikit bergetar seperti pensil inul.
"Ki, kenapa?"
"Hah? Engga."
Arahnya pasti ke taman, tuh kan betul. Papa selalu ajak Ibu kesini kalau lagi mau refreshing. Kamu langsung saja turun dari motor ketika sampai, sedang Kiki dan Papa memarkirkan motor mereka.
Kamu pastinya tak akan mengganggu keduanya, kamu disini hanya untuk menemani si diluar nalar, Uuji. Papa dan Kiki mengambil spot ayunan. Uuji mulai mencoba beberapa permainan, membuatmu tak memikirkan percakapan Kiki dan Papa.
"Papa paham kamu begitu karena nggak mau jauh dari dia. Tapi apapun alasannya, caramu tetap salah nak, nggak menghargai orang lain."
Kamu mulai mempertajam pendengaranmu.
"..."
"Turunkan egomu, kendalikan diri."
Kiki mulai kembali mengelak.
"Iya tapi gimana? Aku nggak mau dia hilang lagi, asal ada dia aku negrasa bisa ngelewatin hal paling buruk sekalipun."
"Meski hatiku bilang 'jangan' aku tetap nggak bisa berhenti..."
"Nggak bisa berhenti atau nggak mau berhenti?"
Dalam hatimu kamu sudah mencak-mencak kegirangan, karena Papa sudah masuk ke intinya. Kiki pastinya sudah bungkam seketika. Tak ada suara.
"'Kalau kamu mau, pasti kamu temukan jalan! Kalau kamu nggak mau pasti kamu temukan alasan.'"
"Kamu bingung dan hilang arah, Papa sedih kalau kamu begini."
Kata-kata Papa ikut menyayat hatimh. Kamu terenyuh. Kamu menghampiri Papa dan jongkok sambil bersandar disamping Papa. Reflek, Papa mengelus suraimu.
"Cinta buat kamu buta, cinta buat kamu takut kehilangan."
"Padahal semua yang kamu punya tidak selamanya ada, akan ada masanya mereka pergi."
"Yang datang akan pergi, yang hidup akan mati. Tapi kamu bisa memilih untuk punya akhir dengan cara buruk atau cara yang baik."
Menutup matamu untuk merasakan elusan Papa. Adem. Angin pagi ini juga sejuk. Tapi Papa masih memberikan saran-saran terbaik Papa pada Kiki. Sekarang kamu mengerti, kenapa Ibu sangat sayang pada Papa.

KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECT [WEE!!! X READER] *UNDER REVISION BEFORE CONTINUING*
FanfictionPeranku dipertaruhkan bagaimana aku bisa selalu menjaga kedamaian mereka. originally by © Amoeba Uwu © writerarl