Prologue (1) - The Dream Blooms

426 32 0
                                    

Angin musim panas yang hangat berhembus di segala tempat di dunia. Musim panas, dimana matahari dengan bangganya bersinar dengan terang, membuat tempat-tempat di kota terlihat silau dan bercahaya.

Namun matahari tidak hanya membuat silau. Tapi juga membuat temperatur rata-rata di sekitar kita menjadi lebih panas.

Di jalan menuju Akademi Yumenosaki, seorang gadis, dia tidak terlihat mencolok maupun membosankan, berjalan dengan langkah agak gontai. Wajahnya sekilas terlihat agak pucat. Orang yang melihatnya pasti mengira kalau dia sakit. Beberapa orang yang pikirannya diluar nalar mengatakan dia seperti hantu. Padahal sebenarnya, dia memang selalu seperti itu.

Wajah mungilnya yang pucat itu, sekilas menunjukkan tanda lelah. Memang, karena di hari yang panas ini dia harus berjalan kaki dari rumah sakit ke Akademi Yumenosaki, dan jaraknya tidak cukup dekat.

Rumah sakit? Ya, walau dari luarnya gadis itu terlihat seperti seorang anak remaja yang biasa saja di masyarakat, dia memiliki tubuh yang lemah dan sering sakit-sakitan. Dan sejak hampir 2 tahun yang lalu, ia harus menjalani 'perawatan tambahan' di samping perawatan biasanya.

Dan tentu saja, dengan kondisi nya yang seperti itu, berjalan kaki ke akademi membutuhkan stamina yang tidak sedikit.

Walau lelah, gadis itu hampir tidak menunjukkannya. Dia terus melangkahkan kakinya yang jenjang ke jalan, walau panas matahari lumayan mengganggunya. Padahal baru awal musim panas, matahari masih belum terlalu membakar, tapi itu sudah cukup untuk membuatnya merasa tidak nyaman.

Langkahnya tidak cepat, bisa dibilang cukup lambat malah, namun sedikit demi sedikit, ia akhirnya sampai di depan gerbang Akademi Yumenosaki.

Akademi Swasta Yumenosaki (夢ノ咲学院, Yumenosaki Gakuen) adalah akademi yang lumayan terkenal di kota ini. Di akademi ini, ada beberapa kursus yang berkaitan dengan seni pertunjukan yang bisa kita pilih, antara lain Idol Course, Producer Course, Vocal Course, Music Course, Theater Course, dan Regular Course. Kursus Reguler ini, satu-satunya kursus di akademi yang tidak berkaitan dengan seni pertunjukan. Kalimatnya agak ribet, namun intinya, Kursus Reguler ini sama seperti sekolah biasa pada umumnya.

Akademi Yumenosaki menghadap ke laut di satu sisi dengan pegunungan di belakangnya. Pasti akan menjadi pemandangan yang indah.

Gadis itu memegang rambutnya, lantas memainkannya dengan jari-jarinya yang panjang dan kurus, menunjukkan bahwa ia sedikit gugup. Namun tentu saja itu hal yang wajar untuk seseorang yang akan memulai hari pertamanya di sekolah.

Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa gadis ini baru masuk sekolah sekarang, padahal sekolah sudah dimulai dari beberapa bulan yang lalu? Jawabannya adalah karena, dia masih harus dirawat di rumah sakit saat sekolah dimulai. Setelah mendapat persetujuan dan izin dari orang tua dan dokter, ia baru bisa masuk sekarang.

Agak ragu, ia melangkah melewati gerbang masuk akademi, memikirkan tindakan selanjutnya yang harus ia lakukan.

Mata violetnya melihat sekelilingnya, tidak ada orang. Kemungkinan besar, sekarang sedang waktu masuk kelas, itulah kenapa tidak ada satupun siswa yang berlalu-lalang di akademi yang luas ini.

Dengan tidak adanya siapapun yang bisa ditanyai jalan olehnya, gadis itu pun mengeluarkan smartphone dari sakunya, lantas dengan lincah menekan nomor telepon yang sudah familiar baginya. Kalau sudah begini, lebih baik menelepon 'dia' dari pada mondar-mandir tidak jelas di pekarangan akademi yang baru kau datangi, begitu pikirnya.

Sesaat sebelum gadis itu hendak menelepon, tiba-tiba ia mendengar suara orang berteriak.
"AHH!"
Ia bergegas memindai sekelilingnya, mencari asal suara itu. Matanya tertuju pada salah satu pohon yang beberapa daunnya terlihat berjatuhan. Rasanya, ada seseorang yang tadinya berada di sana. Ia pun dengan cepat menuju ke arah pohon tersebut.

"Aduh...."
Matanya membulat. Ia telah menemukan asal teriakan itu. Seorang laki-laki kecil, dengan poni yang menutupi sebelah wajahnya yang mungil terlihat sedang mengaduh kesakitan di tanah. Dengan cepat, gadis itu menyimpulkan bahwa laki-laki itu baru saja terjatuh dari pohon. Untuk gadis kecil sepertinya, dia cukup pintar.

Gadis itu berlutut, hendak memastikan laki-laki itu baik-baik saja. Padahal mereka tidak saling kenal, tapi dia sangat peduli~
"Em...Kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan hati-hati.

Laki-laki itu mendongak untuk melihat orang yang menanyakannya. Ia kaget dan reflek terjatuh ke belakang. "EH?!"

Benar-benar deh, anak ini. Pasti dari tadi ia tidak menyadari kehadiran sang gadis.

"Maaf, apa aku mengangetkanmu?" Gadis itu bicara dengan nada khawatir.

Laki-laki itu agak cengo dulu, tapi akhirnya menjawab, "E-ehh- aku baik-baik saja! Kau sama sekali tidak mengangetkanku kok!" Kecanggungannya terlihat jelas di setiap ucapannya.

"Baguslah." ujar gadis itu. "Kau tadi memanjat pohon ya? Kenapa?"

"Tadi aku sedang melatih teknik kamuflase ku....tapi sepertinya gagal! Aku butuh lebih banyak latihan..." Wajah laki-laki itu terlihat agak kecewa.

("Teknik Kamuflase? Apa itu latihan supaya kehadirannya tidak bisa dirasakan orang lain?") pikir gadis itu.

"Tidak apa-apa, teknik kamuflase mu sudah cukup bagus kok." gadis itu tersenyum, berusaha menghibur anak laki-laki tersebut.

Sebenarnya itu bohong. Gadis itu sudah dengan was-was melirik ke arah pepohonan di sekitarnya karena ia menyadari kehadiran seseorang disana. Namun dia tidak mengatakannya karena tidak ingin mengecewakan pemuda itu.

Mata bulat laki-laki itu bersinar. "Benarkah? Yatta! Aku selangkah lebih dekat menjadi ninja sejati!"

Gadis itu hanya mengangguk, walaupun dia tidak mengerti tentang ucapannya tentang 'ninja'. Mungkin hanya imajinasi anak-anak. Mereka suka berpura-pura menjadi segala sesuatu, baik itu superhero atau ninja.Tetapi yang penting, dia senang. Gadis itu pun ikut tersenyum melihat laki-laki itu memasang senyum polos yang gembira di wajahnya.

Gadis itu membantu laki-laki itu berdiri, dan laki-laki itu mengibas seragamnya dengan pelan supaya tidak kotor. Terlihat bahwa seragam yang ia pakai adalah seragam yang sama dengan seragam gadis itu, yaitu seragam Akademi Yumenosaki.

"Oh iya! Aku lupa memperkenalkan diriku. Perkenalkan, aku Shinobu Sengoku! Seorang ninja multitalenta!"

"Sebuah kehormatan bisa berkenalan denganmu, Sengoku."

"Kalau namamu?" Laki-laki itu bertanya dengan rasa penasaran yang terlihat jelas di wajahnya.

"Namaku Rika-" gadis itu berhenti sejenak, dengan keraguan yang tertampak jelas di wajahnya. Setelah berpikir beberapa saat, ia melanjutkan ucapannya.

"Namaku....Akari Tenshouin."

𝐒𝐮𝐫𝐞𝐥𝐥𝐚 𝐌𝐢𝐧𝐨𝐫𝐞 [ 𝘢𝘯 𝘌𝘯𝘴𝘦𝘮𝘣𝘭𝘦 𝘚𝘵𝘢𝘳𝘴 𝘧𝘢𝘯𝘧𝘪𝘤 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang