Hidupku penuh sekali dengan keharmonisan rumah tangga keluargaku. Selama ini tak ada masalah sama sekali, aku sangat di sayangi orang rumah.
Hingga kebahagiaan itu hancur bersama rumah tangga kami, sebagai anak tunggal yang harus meneruskan dan mencukupi kebutuhan keluarga.
Ayahku tewas saat kecelakaan tunggal, disaat beliau baru saja berangkat bekerja. Dan, sekarang beliau menikah seorang duda beranak dua.
Anak itu laki-laki dan ia akan jadi kakak tiriku, benar-benar hancur. Ibuku menikah tanpa mengerti perasaanku selama ini.
Ayah baruku bernama Tuan Gamal Giovani seorang pengusaha kaya raya di bidang properti bahkan beliau bos besar.
Anak dari Tuan Gamal yang bernama Giovani Joemantara, lalaki tampan dan bersifat dingin.
###
Ayah dan ibukku sedang melalukan honeymoon ke Jepang, katanya ingin melihat tempat disana
Dan aku hanya berdua dengan Giovani, para pembantu memiliki rumah sendiri di samping
Suatu malam, saat aku sedang di kamar sendirian. Kak Giovani memberikan sebuah jus jeruk kesukaanku tanpa merasakan curiga apapun
''Enak enggak?'' tanya Giovani tersenyum misterius
''Enak. Manis banget, kok bisa buat jus semanis ini sih kak.'' jawabku tersenyum
Beberapa menit kemudian, rasanya badanku benar-benar panas dan gerah.
''Uhhh kok panas bangett sih!!'' ucapku gelisah.
Ingin sekali melepaskan pakaianku, namun di dalam ada kak Giovani.
''Lu kenapa?'' tanya Giovani
''Pa-panas! kak, kenapa panas sekali,'' ucapku seperti cacing kepanasan
Tanpa gue sadari kak Giovani sudah benar-benar telanjang bulat
''E-eh mau ngapain? Ngapain e-eh'' belum sempat meneruskan ucapanku, bibir gue terbungkam oleh lumatan Gio
''Uhmmm!'' Aku berusaha menolak, namun obat yang tercampur jus sudah mendorong gue lebih kuat.
Tangan Giovani melepas satu persatu pakainku tanpa tersisa satu pun
''Ahumm! Eullmpp!'' aku memukul dadanya berkali-kali karena kehabisan napas.
Di rasa adik mungil yang tak bernapas Giovani melepaskan lumatannya dengan lembut.
''Hahh?! hah haaah!'' aku mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dengan napas tak beraturan
''Jang-jangan kack,'' aku menahan kepalanya yang menyesap putingku dengan lembut.
''Ahhh, uhhh, shit!'' desahku yang tak sadar menikmati.
''Sabar sayang,'' ucapku lirih lalu menyesap leher adiknya hingga merah-merah
''Ahhh! Please?!'' teriak ku gak bisa melawan sama sekali.
Milik Giovani benar-benar sudah tegak dan sakit karena sudah bengkak, ia segera menyesap badan adiknya tanpa ada yang terlewatkan.
''Ahhh no?! Ahhh-please!'' desahku benar-benar ingin sekali lebih. Namun, aku tau ini salah.
Jlebb!
''Aghhh?!' kaget bukan main, saat penis besar dia masuk dengan paksa ke V milikku.
Kepalaku terangkat terus saat Giovani memasukkan sekali hentakan, dan sekali hentakan lagi.
''Aghhh!'' remasan kuat di lengannya dan sprei hingga menimbulkan bekas dari masing-masing yang cengkram kuat.
Ini benar-benar sakit, rasanya mati rasa bawah saat penis sebesar itu bisa masuk.
''Ahhh sak-sakit kak,'' rintihku sangat pelan.
''Tahan Baby!'' bisik nya di telingaku
Perlahan pingganya memompa milikku dengan lembut dan pelan membuatku benar-benar pasrah.
Melawan pun sudah percuma, tenaga ku tak akan cukup melawannya.
''Aahh! Sa-ahh kit anj-ing!'' rintihku benar-benar menahan sakit.
Air mataku bahkan sedari tadi keluar hingga kering sudah, kebanyakan menangis.
''Ohh sayang! Ahhh, '' desah Giovani memompa milik adik kecilnya.
Benar-benar nikmat, Giovani sedikit mempercepat gerakannya, membuat dia semakin gelisah
''Aahh awwhh sshh aahh, kak please?! Udahan ya! Sakit banget anjing! Aghhh!'' Aku mendesah dengan meremas seprei yang sangat kuat dan berantakan.
''Enak ga sayang? Aahh shitt baby!'' makin ke sini makin beritme cepat dan kasar.
Plok!Plok!
''Aaahhh ahhh uhh emhh, kak awhh aahh pe-pelan,'' titahku dengan desahan di susul dengan rintihan.
''Aahhh sempit banget anjing, ini enak banget babi! Ohhh shit!'' teriaknya pelan dengan terus meningkatkan pompaannya.
Selang sejam lebih enam menit, ia keluar di dalam rahimku.
''Aahhh?! teriaknya kami bersama pelepasan pertama kami.
''Aahhh eemhh, aahh!''Tapi, Giovani masih menggerakkan pinggulnya pelan.
''Cu-cukup bangsat! Aahh aahh! teriakku keras saat kakak ku memasukkan penisnya lebih dalam dan sangat dalam lagi lalu menyemburkan spermanya ke dalam rahimku.
Lemas badanku, pelepasan ku benar-benar membuatku tak bernaga.
''Makasih,'' ucap Giovani mengecup bibirku singkat.
''Jangan bilang mamah sama papah, atau aku gempur kamu sampai pagi,'' ucapnya mengancam ku.
Aku langsung melotot saat ia menyambar bibirku kembali dan jarinya memainkan klitoris ku.
''Auhhmm eulmhh!!! Aulmhh!'' desahanku terhambat ciumannya dan tanganku menahan lengannya.
Aku merasakan kocokan di lubang ku semakin kencang dan crott! Aku kembali keluar.
''Cu-kup an-jing!'' ucapku lirih.
Giovani hanya mengangguk dan melepaskan penisnya membuatku melengkungkan tubuhku.
''Uhhhgg!'' aku mendesah pelan dan memejamkan mata ku benar-benar yang sudah mengering.
Lelah rasanya, ingin menangis tapi air mataku sudah bener-bener mengering.
Dan saat itu aku membenci kakakku, namun juga tak bisa menolak walaupun ku melakukannya dengan paksa, karena aku tak ingin mamah ku hancur melihat anaknya seperti ini.