Selamat membaca💜
.
.
.
.
."Huh?"
"Entahlah ... aku sudah pakai beberapa tespack. Dua di antara lima jenis tespack berbeda menunjukkan dua garis merah."
"Kupikir ... ini tanggalmu," tukas Jimin terkejut.
"Tanggal ... apa?"
"Bukankah lima hari belakangan kau menstruasi? Kau sering marah-marah dan ...."
"Apa ...?"
"Selalu menghindariku?"
Seonmi termenung sebentar, mengingat-ingat tingkah lakunya yang mana yang membuat Jimin jadi berpikir seperti itu. Oh, bagaimana pria itu bisa sangat yakin jika lima hari terakhir ia menstruasi sedangkan tidak sekali pun ia mengatakannya.
"Aku ... menghindarimu? Kapan?" Seonmi bertanya-tanya.
"Aku selalu pasang pengingat di ponselku, dan selama hampir delapan bulan terakhir tanggal menstruasimu selalu sama."
"Kau selalu sibuk, dan lembur. Terakhir kita piknik bahkan sudah sebulan yang lalu."
"Benarkah? Apa anak-anak juga mengatakan itu? Astaga! Maafkan aku ...."
Jimin melayangkan kecupan manis berulangkali di pipi Seonmi.
"Sudah-sudah, lupakan itu! Jadi, aku ini hamil atau tidak?"
"Kita perlu pergi ke dokter?"
"Selarut ini?"
"Kita tidur sekarang dan pergi ke dokter besok."
Jimin menuntun Seonmi kembali ke kamar dan menempatkan diri di atas kasur yang nyaman dengan perlahan. Menyusupkan lengannya di bawah tengkuk sang istri untuk dijadikan tumpuan kendati siapa pun tahu bahwa bantal yang mereka miliki seharusnya lebih empuk jika dibandingkan dengan yang lengan berotot. Setelahnya, Jimin juga tak lupa menarik selimut untuk membungkus tubuh keduanya.
Seonmi tak berucap apa pun lagi. Ia hanya merapatkan tubuh mereka dan menempelkan pipinya di dada Jimin untuk mencari kehangatan bagai bayi. Beberapa menit Jimin mencoba memejamkan mata dan saat ia hampir kehilangan kesadaran, usahanya untuk mengarungi mimpi gagal lantaran merasakan kaos yang ia pakai basah di bagian dada. Pria itu melihat ke arah bawah, mencari tahu penyebabnya. Dan benar seperti dugaan, Seonmi sedang menangis sesenggukan.
"Hei ... kau menangis lagi?"
"Aku ... aku tidak ingin hamil. Jangan pergi ..., ayahnya Hajoon. Jangan tinggalkan aku," racau Seonmi pedih. Pelukannya pada tubuh sang suami kiat erat.
Jimin menarik diri untuk memeriksa keadaan istrinya. Ia tertegun, melihat Seonmi mengatakan hal demikian dengan mata yang terkatup rapat. Rupanya perempuan ini sedang bermimpi.
Oh, itu mimpi yang sangat buruk."Kau sedang bermimpi rupanya." Pun beberapa kecupan tulus dari Jimin akhirnya mendarat di puncak kepala Seonmi. Perempuan itu hanya menggeliat pelan.
Pikiran Jimin jadi menerawang jauh, dan kantuknya hilang seketika. Sudah lama sekali ia tidak mendapati Seonmi bermimpi buruk selama mereka tidur bersama.
Apa yang begitu membebani pikiran Seonmi sebenarnya, hingga mengalami mimpi buruk? Saat melirik ke arah nakas yang terdapat jam digital yang menunjukkan pukul dua dini hari, sayup-sayup Jimin mendengar sebuah isakan lain. Setelah menajamkan rungu, Jimin semakin yakin jika suara itu berasal dari arah kamar sang buah hati.
Dengan perlahan Jimin melepaskan tangan Seonmi yang melingkar di perutnya. Membenahi selimut yang sempat ia singkap, lantas berjalan pelan keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Forgotten Wedding [M]✅
Fanfic[Finish] Kang Jimin tidak pernah menyangka, mantan istri palsu yang ia nikahi empat tahun lalu itu tiba-tiba muncul di tengah pesta pertunangannya. Memporak-porandakan impian akan masa depan cerah yang telah ia rajut apik bersama sang kekasih tercin...