- Aku kamu dan Senja -

12 3 3
                                    

Hembusan angin yang begitu sejuk dan tenang, mengenai helaian rambut seorang gadis yang sedang asik berdiri di pinggir pantai. Seorang gadis yang menatap indahnya langit senja berwarna merah muda bercampur jingga dan kebiru-biruan itu, menyaksikan keindahan matahari yang mulai terbenam. Tidak lupa juga untuk mengabadikan momen indah itu. Melihat langit dengan pandangan mata yang lembut dan menyejukkan.

Tak lama terdengar suara handphone gadis itu berbunyi seperti ada telepon masuk, benar saja saat ia melihat layar handphonenya ada telepon masuk dari seseorang.


"Halo, kamu dimana? Kok tidak ada di penginapan?" Tanya seseorang di seberang sana kepada gadis itu.

"Aku lagi di pantai, ada apa?" Ucap gadis itu.

"Feeling ku benar ternyata kamu di pantai, sebentar jangan kemana-mana aku kesana sekarang" Ucap seseorang itu.

"Hm, baiklah" Ucap gadis itu. Mematikan ponselnya.

Seorang pria berlari-lari kecil ke arah gadis yang sedang berdiri di pinggir pantai sambil menatap langit senja di hadapannya.

"Haiii Zelaaa" Sapa pria tersebut, menepuk pundak gadis itu.

"AAAAAAAA. Huhh Elzann, bikin kaget saja untung handphone ku tidak terjatuh" Ucap Azalea.

Gadis cantik yang sedari tadi menatap langit di pinggir pantai, sekarang berubah menatap Elzan dengan ekspresi marah sambil mengusap dadanya, rasanya ingin sekali Zela mencakar Elzan saat ini juga karena terkejut dengan kedatangan Elzan yang tiba-tiba menepuk pundaknya. Tetapi ia harus tahan amarahnya memalukan sekali jika ia harus berantem ditempat ini apalagi banyak pengunjung seperti ini, bisa-bisa jadi tontonan gratis.

"Hehehe maaf, aku tidak sengaja tapi niat" Ucap Elzan tertawa.

Elzan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejutnya Zela, tetapi disatu sisi Zela masih saja cemberut dan marah kepada Elzan yang sudah membuat dirinya kesal karena ulahnya yang tiba-tiba mengagetkan dirinya.

Tersadar dari tawanya itu Elzan menatap Zela yang masih saja cemberut, ia mempunyai ide untuk basa basi menanyakan keindahan langit sore ini.

"Oh yaa bagaimana dengan langit sore ini? Apakah indah?" Ucap Elzan lagi. Untuk mengalihkan permasalahan yang ia perbuat, biasanya gadis ini akan senang jika ada yang menanyakan tentang langit. Elzan itu sepupu Azalea pria yang menelepon gadis itu tadi. Ezan nama panggilan khusus dari Zela untuk pria itu.

"Langit sore ini sangatlah indah sekali, perpaduan warna merah muda, jingga, dan biru bersatu di langit" Ucap Zela dengan perasaan yang masih kesal, ia kini menatap kembali langit di hadapannya.

"Keindahan langit senja itu hanya sementara kenapa kamu sangat menyukainya zela?" Ucap Ezan.

"Sesuatu yang indah sifatnya tidak akan bertahan lama, langit senja memang indah walaupun hanya sementara, dia akan pergi meskipun esok dia akan kembali dengan sinar yang sama namun dengan corak yang berbeda. Langit bagi diriku begitu istimewa saat melihat langit aku merasa begitu tenang. Langit juga menyenangkan dan menarik." Ucap Zela.

"Benar, aku pun merasa lebih tenang jika aku memandang langit serasa tidak ada beban di hidupku" Ucap Ezan.

"Jadi sekarang kamu menyukai langit?" Ucap Zela.

"Sepertinya sekarang aku menyukai langit, karena langit membuat ku lebih tenang, damai saat memandangnya dan disaat aku melihat langit aku merasakan pikiran-pikiran yang ada di otak ku pergi begitu saja, terganti dengan keindahan langit ditambah lagi ada hembusan angin yang sejuk membuat aku menjadi ngantuk saja." Ucap Ezan.

"Benarkan ucapan ku waktu itu, langit memang membuat tenang dan damai. Langit juga sangat indah apalagi saat senja seperti ini, walaupun kita cuman bisa lihat sementara tapi besok kita bisa lihat lagi" Ucap Zela.

"Iyaa benar, ayo kita foto sebelum senjanya menghilang" Ucap Ezan, mengajak Zela foto bersama dengan pemandangan senja yang indah.

Ezan, ya pria itu dahulu tidak tertarik sama sekali dengan langit, tetapi karena ia sering sekali menemani Zela menatap langit senja. Kini, ia sangat menyukainya.

Zela, seorang gadis yang sangat menyukai langitlah yang membuat Ezan mulai saat ini menyukai langit. Terlebih lagi langit senja yang cantik dengan warna yang bergradasi langit yang menjadi favorit seorang Zela. Menemani Zela melihat langit senja membuatnya jatuh cinta akan langit.

Tetapi, perasaan lebih timbul dalam benak Ezan dan Zela, seharusnya mereka tidak boleh menaruh hati pada sepupunya sendiri. Ezan dan Zela tidak bisa melanjutkan status kedepannya, dengan status mereka adalah sepupu.

Dengan raut wajah geram seorang pria diam-diam memotret Ezan dan Zela, di saat mereka sedang bermesraan. Pria itu seperti tidak senang melihat mereka berduaan seperti itu.

Dia adalah kakaknya Zela, Zein. Zein mengetahui hubungan adiknya dengan sepupunya itu dari sebuah pesan yang dia baca di ponsel milik Zela. Zein tentu saja menentang hubungan itu, karena sangat tidak mungkin Ezan dan Zela untuk bisa bersama.

Di grup chat keluarga, foto Ezan dan Zela menjadi bahan perbincangan. Mereka semua terkejut, bagaimana mungkin Ezan dan Zela memiliki hubungan spesial. Selama ini mereka memang sangat dekat, namun di foto ini terlihat jelas mereka sedang bermesraan.

Delapan belas tahun yang lalu...

kala itu Ayla sangat terpuruk dia telah dua kali kehilangan calon anak yang dinantinya sekian lama. Ayla dan suaminya pun memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang berada di panti asuhan. Andra suami Ayla memberikan nama untuk anak angkatnya yaitu Elzan.

Mereka sangat menyayangi Elzan hingga mereka tidak mampu untuk memberi tahu kalau Elzan bukanlah anak kandungnya. Andra dan Ayla takut, Elzan pergi meninggalkan mereka untuk mencari orangtua kandungnya. Jadi sebisa mungkin mereka menutupi kenyataan itu dari Elzan.

Di grup chat keluarga, kedua orangtua Elzan pada akhirnya mengakui sebuah fakta. Fakta kalau Elzan bukanlah anak kandung mereka. Mereka terpaksa memberi tahu, karena tidak ingin merusak kebahagiaan Elzan bersama Zela. Namun, Ayla dan Andra berharap jika Elzan tahu kenyataan ini dia tidak akan meninggalkam mereka. Pada akhirnya semua anggota keluarga merestui hubungan keduanya, karena perasaan tidak mudah untuk diubah atau dibuang begitu saja.

"Jadi kita bukanlah saudara sedarah??" Ezan tidak percaya dengan kenyataan itu.

Kenyataan tersebut memanglah menjadi sebuah tanda, Ezan dan Zela bisa bersama. Namun Elzan sangat terpukul dengan fakta bahwa dia bukanlah anak kandung dari Andra dan Ayla.

"Zan, ternyata kita adalah sebuah takdir. Bukan suatu kesalahan" Zela mengusap air matanya, hubungan yang selama ini dia rasa salah ternyata merupakan sebuah takdir.

Langit senja menjadi saksi, dimana kita berdua dipersatukan dengan seseorang yang memang ditakdirkan untuk kita.

Di bawah langit senja, dengan keindahannya Ezan dan Zela mengucap janji untuk hidup bersama selamanya.

Tamat

keindahan Langit Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang