my new story hehe
'
'
'
'
"aku berangkat" ujar Ezra setelah menyelesaikan sarapannya.
Giana yang juga sudah menyelesaikan santapannya mengikuti sang suami yang sudah beranjak, hendak mengantarnya keluar.
Ketika sampai dihadapan pintu apartemen mereka, Giana segera menyalimi tangan Ezra.
Ini adalah aktivitas wajib yang sangat ia sukai, meski kerap kali harus dirinya yang memulai. Ezra tidak akan sukarela menyodorkan tangannya lebih dulu, dasar pria kaku!.
Giana tersenyum cerah sembari menatap kepergian sang suami. Meski kaku begitu, Ezra tetaplah suami yang baik bagi Giana.
Tidak pernah pria itu bersikap kasar padanya, bahkan nada tinggipun jarang Ezra keluarkan meski kerap kali Giana bertingkah kekanakkan dan mengganggu pekerjaan pria itu, paling-paling Ezra hanya akan mendengus.
Setelah Ezra sudah tidak terlihat karena memasuki lift, Giana kemudian memutuskan untuk kembali masuk kedalam Apartemen mereka.
Sejujurnya Giana merasa bosan, setelah kepergian Ezra ia kerap kali bingung harus melakukan apa.
Sebenarnya Giana masih kuliah, namun pasca kecelakaannya tujuh bulan yang lalu, Ezra dan keluarganya melarang tegas dirinya untuk kembali berkuliah dulu.
Mereka memutuskan agar Giana setidaknya kembali memulihkan diri, terutama ingatannya. Akhirnya Giana memutuskan untuk mengambil cuti, meski dari yang ia dengar ia sudah akan mengajukan tugas akhir.
Ya, dirinya hilang ingatan, pasca kecelakaan besar yang menimpa dirinya kala itu.
Giana diharuskan mengenal kembali orang-orang disekitarnya, terutama keluarganya dan suaminya.
Meski sudah beberapa bulan berlalu, hingga fisiknya bahkan sudah kembali pulih, Giana masih belum bisa mengingat apapun.
Giana juga masih rutin mengunjungi dokternya, namun sampai sekarang ia belum menunjukan perkembangan apapun, memorinya seolah terkunci rapat.
Giana menghembuskan nafas, lagi-lagi ia melamun. Beginalah jika ia sendirian, ia akan melamun memikirkan apa saja yang sudah ia lewati sejauh ini.
Dan jika lebih lama berpikir bahkan berusaha keras mengingat sesuatu, kepalanya akan terasa amat sakit. Untuk itu Ezra melarang keras dirinya untuk berpikir yang tidak-tidak meski susah untuk mengindahkannya.
Akhirnya, agar dirinya tidak melamun hingga dirinya muak sendiri, Giana memutuskan untuk menghubungi sahabatnya.
Jihan, satu-satunya orang diluar keluarganya yang Ezra izinkan untuk berhubungan dengannya pasca kecelakaan hari itu.
Pria itu beralasan bahwa akan semakin riskan bagi Giana jika semakin banyak menemui orang yang mungkin dirinya kenal.
Hal itu bisa merangsang pemikiran Giana dan berimbas pada rasa sakit dibagian kepala yang tidak tertahankan.
Jihan jugalah yang kini menjadi tempatnya untuk berkeluh kesah.
"halloo bestiehhh" sapa Jihan diseberang sana.
"Jihannn, aku bosen, main yuk!"
"enak ya jadi istri boss, gak ngapa-ngapain... tinggal ajak main" ujar Jihan menggodanya.
"jihannn" gemas Giana karena sahabatnya itu kerap kali menggodanya.
Jihan akhirnya terkekeh dan tentu saja menyetujui ajakan Giana untuk bertemu, karena kini gadis itu pun lumayan suntuk untuk mengerjakan tugas akhirnya.