Malam pertama selalu terasa campur aduk, entah itu dalam pernikahan, pindah ketempat baru, ataupun dalam kematian. seharian Anggita hanya melamun di kamarnya setelah orangtuanya meninggalkannya di tempat yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan akan ada disini. hari itu pengurus asrama membiarkannya dan tidak mengusik lamunannya, mereka membiarkan ia beradaptasi terlebih dahulu.
"Hay, aku Zahra. disini tempat tidur aku. nama kamu siapa?" sapa seorang gadis, saat itu semua santri satu persatu mulai memasuki kamar tersebut, rupanya kegiatan hari itu telah selesai.
"oke, mungkin kamu butuh adaptasi. tapi bukan cuma kamu, aku bahkan semua disini juga merasakan hal yang sama denganmu di awal. kamu bisa lawan kok, kalo ada apa-apa panggil aja aku. misalnya kamu takut ke kamar mandi, wajah kamu masih penuh riasan, soalnya kamar mandi disini horror"bisik gadis itu.
"No thanks". ucap singkat Anggita
"ni cewe sok sok banget jakartanya, ya emang dari jakarta sih ya tapi b aja huh. untung aku mau berbaik hati. awas aja lu bangunin gue ntar yah"gadis itu menggerutu didalam hatinya lalu bergegas tidur.
kamar itu cukup besar dengan di kelilingi lemari yang juga besar-besar, satu lemari dengan tiga rak untuk tiga orang. satu kamar tersebut terdiri dari 15 orang, cukup nyaman dan orang-orang didalamnya juga tidak berisik membuat seorang gadis yang tengah melamun merasa tak terusik.
pukul 02.00 anggita merasa ia kebelet pipis dan sudah waktunya dia untuk mencuci wajahnya, kemudian teringat kata zahra tadi. "apa benar disini angker? astagaaa"gerutu nya.
"A'udzubillahiminasyaithonirrojim...." tiba-tiba suara menggema, perkiraannya itu dari masjid.
"kan hantu takut sama ayat-ayat kek gitu, bismillah aja deh semoga dia gak ganggu"anggita mengambil barang-barangnya yang diperlukan dan bergegas ke kamar mandi. saat membuka pintu kamarnya ia merinding, melihat lorong yang gelap dan sunyi, ia kembali menutup pintu kamarnya.
"ah gila, ini bener-bener begoooo!" ia melihat ke arah gadis yang menyapa nya tadi "Apa aku bangunin dia aja? tapi gengsi kali. duhh gimana dong. baru disini aja udah nakutin, gimana nanti di kamar mandinya"
seperti terpintas sebuah ide, ia tersenyum dan mulai menarik nafas panjangya merilekskan dirinya. ia hanya perlu lari dan menuruni tangga, maka ia akan berada dihalaman depan dan bergegas ke masjid. karena mungkin masjid banyak orang, itu pikirnya.
"huh bismillah" ia menarik pelan pintu kamarnya dan keluar berlari lalu membiarkan pintu tertutup sendiri dan menimbulkan bunyi yang sangat kuat mengusik seorang gadis yang sedang tidur.
"Huh, hah, huh, haaaaaa, capek banget astagaaaaa. Oke, sekarang aku harus kemana" gadis itu tiba di masjid, karena malam dan gelap ia melewatkan satu petunjuk di papan arah, ia melihat satu pintu kecil dan memasukinya, padahal didepannya ada tangga yang besar tempat masuknya santriwati.
"Kamar mandi dimana sih, huh" ia mengendap-endap seperti terdengar suara air ia mengikuti suara tersebut, saat bersamaan ia melihat cahaya senter yang tidak tentu arahnya, cahaya itu kesana kemari membuat dia juga penasaran siapa yang membawa senter itu. saat hampir saja senter itu menyorot wajahnya, seseorang menarik lengan bajunya kasar dan mendorong kepalanya kebawa sehingga ia langsung terduduk dilantai tepat dibelakang lelaki itu.
"eh gus, maaf gus maaf, saya pikir tadi siapa diam-diam. maaf gus" santri keamanan tersebut menunduk dan pergi berlalu
"ikut saya cepat!" perintah lelaki tersebut. Anggita segera berdiri dan mengikutinya, mereka keluar dari pintu yang dimasuki Anggita sebelumnya.
lelaki tersebut menghela nafas panjangnya dan berbalik badan menghadap gadis tersebut. "mungkin karena malam dan gelap jadi kamu tidak melihatnya"sambil menunjuk papan arah. disana tertulis pintu tersebut dilarang untuk dimasuki dan tempat wudhu ada di lantai dua.
"eh, anu gue bener-bener gak tau kalo itu tempat laki-laki. gue gak liat petunjuk ini. makasih ya lo udah nyelamatin gue", lelaki itu hanya tersenyum mendengar gaya bicara Anggita.
"Btw, kenapa lo nolongin gue?"
"bukan apa-apa, saya tau kamu santri baru kemarin saya tidak sengaja melihat kamu datang ke gedung kepesantrenan. jadi kesalahan kamu bisa dimaklumi tapi tidak untuk santri keamanan. hukuman minimalnya di botakin jika ketahuan berada di tempat yang bukan untuk kamu"
"whatt? di botakin?"
"kalau begitu saya permisi, dan sebelumnya tolong jaga rahasia ini, ini demi kebaikan kamu dan saya" lelaki itu pergi melalui pintu tersebut dan langsung menguncinya.
"Hey!" Suara itu mengagetkan Anggita yang masih melamun. "Kamu darimana saja? aku nyariin kamu dikamar mandi gak ada"
"gue.. gue nyasar aja tadi. tapi kok lo udah make mukenah? kan subuh masih lama?"
"ya kan kita tahajjud sama abis tahajjud kita ngaji bergilir sambil nunggu subuh, sana ke kamar mandi, aku tunggu disini,cari aku dipojok ya nanti aku siapin tempat duduk buat kamu"
"jadi maksudnya udah gak ada waktu tidur lagi?"
"ya iyalah, abis subuh sarapan terus berangkat deh ke sekolah"
"hah? anjirlah woy gue belum tidur sama sekali. apapun yang terjadi gue harus tidur dulu, lo duluan aja, nanti aja cuci mukanya kalo gitu" Anggita meninggalkan zahra yang bingung dengan jawaban gadis itu.
"okeh, aku kayak liat diriku yang dulu, hm"zahra menggeleng-gelengkan kepalanya dan memasuki masjid.
...
"apa-apaan jam tiga pagi udah beraktivitas dan seharian full kegiatan, oh my gosh"gadis itu terus mengoceh sampai ia didepan kamarnya. kini tidak ada siapapun dikamar tersebut, langsung saja ia membaringkan tubuhnya tanpa memikirkan lagi dia yang kebelet pipis dan wajah yang masih dengan riasan.
Keesokan harinya Anggita bangun dengan tidur yang sangat nikmat, begitu lah jika seharian lelah menangis. Ia terbangun sendirian, tidak ada siapapun disana.
"Aw perut gue udah sakit nahan pipis, duhhh. Mandi aja deh sekalian" ia bergegas ke kamar mandi dengan peralatannya. Selesai membersihkan dirinya ia membuka pintu kamar mandi dan langsung berhadapan dengan orang yang rasanya dia kenal tapi entah siapa. "Ikut saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZUulaikha
RomansaSeorang gadis yang tengah hidup di gemerlapnya dunia kota yang membuatnya menerima hukuman atas segala perbuatannya. Gadis semata wayang itu diantar oleh ayahnya ke Pondok Pesantren dengan harapan akan menjadi wanita Sholehah seperti yang diinginkan...