1. Prolog

21 14 0
                                    


***

Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun, kini tengah mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Sepeda berwana pink muda membelah jalanan di sekitaran komplek, hingga ia tak sadar bahwa sepeda yang dikendarainya oleng dan terjun bebas ke dalam parit. Anak itu mengadu kesakitan sembari menangis tersendu-sendu, badannya sudah berlumuran air kotor.

Butuh waktu lama kemudian gadis itu memutuskan untuk bangkit dan berjalan menelusuri komplek. Jarak komplek rumahnya dengan tempat ia bermain sekarang bisa terbilang jauh. Latusha terus saja berjalan menuju ke arah rumahnya, meskipun sekarang ada perasaan takut di benaknya, karena takut membuat sang ibu marah kepada gadis kecil itu.

Dan benar saja, sesampainya di rumah ia langsung mendapat celotehan dari sang ibu. Pasalnya, siapa yang tak marah melihat sang anak yang kini datang dengan berlumuran air got?

"ASTAGA, LATUSHA!! Kenapa bisa sampai begini? Kan mama sudah bilang, kamu main di sekitar gang kita aja. Liat tuh anak tetangga baru, dia main sepeda gak sampai ke belakang-belakang, dia cowo lho tapi anteng. Kamu yang cewe demennya ngebolang terus."

***

Sudah tiga hari berlalu, pasca insiden Latusha jatuh di parit. Ibu nya terus saja mengungkit perihal anak cowo yang tempo hari sempat ibu nya puji, ketika ingin bermain. Harusnya ia sedih karena terus saja di bandingkan oleh anak lelaki seumurannya yang notabenya "tetangga baru" itu. Akan tetapi, bukannya semakin sakit hati karena terus saja dibandingkan, Latusha malah makin penasaran dengan lelaki kecil itu.

Hingga akhirnya Latusha berinisiatif untuk mencari dan mengajak cowo tersebut untuk bermain.

Kini gadis itu tengah berada di taman yang jaraknya tak jauh dari halaman rumah. Kemudian, pandangannya teralih ketika melihat seorang lelaki seumurannya tengah duduk meringkuk di bawah pohon.

Latusha berjalan menghampirinya.

"Hello? Mau jadi temen aku gak?" ucap Latusha sembari mengulurkan tangannya. Sedangkan yang di tanya terus saja berdiam diri, tak ada pergerakan sedikitpun. Latusha sedikit gregetan, gadis itu meneol-noel pipi bagian kiri lelaki tersebut.

Lelaki kecil itu mendongak, sambil menatap Latusha. Latusha mengajukan permintaan pertemanan sekali lagi, "Kamu mau gak temenan sama aku? Atau kamu udah punya temen, makanya gak mau temenan sama aku?"

Lelaki itu hanya menggeleng sebagai jawaban. Latusha hendak pergi karena sudah salah mengartikan. Ia pikir, anak itu enggan berteman dengannya.

"Aku belum punya teman. Nama aku Aksara, aku mau berteman sama kamu." Dengan cepat lelaki itu menjawab.

Latusha tersenyum, lalu mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan. Akhirnya, Aksara membalas uluran tangan Latusha sembari tersenyum manis. Disinilah persahabatan keduanya di mulai.

***


sorry kalau masih berantakan banget. butuh saran, soalnya ini cerita pertama gue. pls, menurut kalian gimana?

For extra loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang