bab I

209 15 1
                                    

Seorang gadis remaja kini sedang duduk di kelas bersama seluruh siswa yang lain nya, kelas yang begitu ramai namun terasa sepi bagi nya

Entah lah ia rasa ada sesuatu yang kurang hari ini, perasaan nya bercampur aduk antara gelisah dan ragu.

Bagaimana mungkin ia mengalami perasaan yang aneh seperti ini tanpa ada penyebab nya, ia terlalu sibuk melamun hingga tidak menyadari jika sekarang seorang guru telah memanggil nya berulang kali sedari tadi

"Alleta Alvena" kini sang guru menekan setiap huruf pada nama yang ia baca membuat ku terperanjat kaget

Seluruh siswa dan siswi kini menatap ku seolah ada magnet yang menarik perhatian mereka

"a-hh maaf pak saya sedang tidak fokus, jadi tidak memperhatikan bapak"  ucap ku sedikit terbata karna alasan tidak masuk akal yang terlintas begitu saja

"iya saya tau kamu tidak fokus karna itu dari tadi saya panggil dari tadi tidak menyahutinya" ucap guru lelaki muda yang mungkin usia nya baru menginjak 25 tahun

"baiklah saya lanjutkan mengabsen yang lain nya ya" ucap nya kembali membaca deretan nama teman sekelas ku yang lain nya

"Arshaka Jevais Narendra" ucap nya membuat ku kembali terfokus pada guru itu dan mulai mencari di sekitar sisi ruangan namun nihil yang aku cari tidak ada didalam kelas

"mungkin dia telat lagi pak seperti biasa nya" ucap seorang anak laki laki teman sekelas ku yang berambut ikal

Mungkin ia ada benar nya juga, karna ia memang sering terlambat bersama beberapa antek-antek nya itu

Aku menghela napas ketika pak Arka menatap ku dengan penuh tanya, aku pun hanya menghembuskan napas dan menggelengkan kepala tanda bahwa aku memang tidak mengetahui keberadaannya sekarang

Sudah bukan hal aneh lagi jika semua guru selalu menanyakan keberadaan nya kepadaku karna aku adalah kekasih nya, ya memang terlihat agak aneh mungkin dimata sebagian guru membuat mereka memandang Arshaka dengan sebelah mata

Lantaran ia seorang berandalan sekolah sedangkan aku anak kesayangan guru ucap Maudy teman dekatku saat aku bertanya mengapa mereka terlihat tidak suka pada Arshaka, beberapa kali mereka menyalahkan nya jika nilai ku turun padahal tidak semua mata pelajaran aku kuasai

Lagi lagi aku termenung dalam pikiran ku sempat bertanya-tanya mengapa kali ini Arshaka jauh lebih siang datang kesekolah padahal jam pertama saja sudah hampir selesai dan ia belum datang juga

Aku terus melirik ke arah luar pintu berharap ia segera datang, namun tetap saja ia tidak datang dengan sesekali aku melihat jam dingding yang terus bergerak hingga akhirnya menunjukan jam istirahat

Aku menghela napas kasar mungkin ia tidak masuk sekolah hari ini, ucap ku dalam hati, saat hedak merapikan buku terdengar teriakan beberapa siswi yang berhamburan keluar kelas dan menuju lapangan

Aku dengan gusar pun langsung merapikan buku perasaan ku mulai tidak nyaman jika harus berada di dalam kelas terlalu lama sedangkan Arshaka tidak ada

Aku berlari keluar kelas tanpa memperhatikan jika guru dan teman sekelas lain nya masih berdiam diri di tempat duduk nya masing masing, aku tidak peduli jika harus mendapat panggilan atau ceramahan dari guru lain  sekarang fokus utama ku tertuju pada sosok yang kini berada di tengah lapangan

Aku berlari tanpa memperdulikan orang lain hingga membuat ku tidak sadar jika aku ada seseorang yang sedari tadi mengikuti langkah ku, ketika sampai di tengah lapangan aku melihat sosok yang sedari tadi aku tunggu sedang beradu jontos dengan teman sekelas ku yang lain nya

Aku tidak mengerti mengapa mereka bisa berkelahi ditengah lapangan seperti ini, ini memang bukan pertama kali nya Arshaka berkelahi di sekolah namun yang membuat ku heran adalah mengapa ia bertengkar dengan teman nya sendiri

Aku pun bertanya pada Kelvin teman yang paling dekat dengan Arshaka mengapa ia bertengkar ditengah kerumunan seperti sekarang

"Vin, Shaka kenapa berantem sama  Gio?" tanya ku yang mulai mendekati kerumunan

"biasa masalah lo" jawab Kelvin santai dengan tangan terlipat di depan dada nya dan tubuh yang bersandar pada pohon mangga di belakangnya

"ko masalah gue sih Vin, kan gue gak tau apa-apa elah" jawab ku dengan nada kesal

"ehh lo mau kemana Letta?" ucap Kelvin cepat saat aku menuju kerumunan

"manggil Arshaka, lo jadi temen bukan nya pisahin mereka malah asik nonton" jawab ku kesal

Tubuh ku yang mungil beberapa kali terhuyung saat mereka mulai berdesakan, aku pun berhasil memasuki kerumunan dan berdiri di samping mereka, Arshaka dan Gio tidak menyadari kedatangan ku hingga aku memanggil salah satu nama mereka dengan lirih saat melihat wajah nya kini sudah lebam

Yap siapa lagi kalo bukan Arshaka, aku mengamati nya dengan seksama sehingga membuat ku berpikir apa yang membuat nya begitu marah hingga tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri

"Shaka" ucap ku lirih di tengah keramaian namun ia tetap mendengar nya

Ia berbalik menatap ku hingga tidak menyadari jika Gio akan melayangkan pukulan padanya, aku yang melihat itu pun berlari menarik lengan Arshaka dan menymbunyikan nya di tubuh mungil ku

Meski tidak mampu menutupi seluruh tubuh Arshaka setidak nya aku membuat Gio berhenti karna teriakan seseorang

"Nathaniel Gio" teriak nya menggelegar membuat semua mata tertuju padanya

Pak Arka datang dengan murka terlihat dari gurat wajah nya yang memerah, karna teriakan itu pula pukulan Gio tidak mengenai ku

Karna enggan terlalu lama menjadi tontonan aku pun memegang tangan Arshaka dan hendak berjalan kearah ruang uks, namun lagi lagi ucapan nya menghentikan gerakan ku dan mampu membuat ku kembali menjadi pusat perhatian

"kamu boleh membawa nya keruang uks setelah ia keluar dari ruangan bk" ucap nya berlalu meninggalkan semua yang ada di lapangan

"kamu duluan aja yang sayang ke kantin disini panas" ucap Arshaka melirik ku sambil tersenyum

Aku yang tadi nya marah pun kembali luluh saat melihat nya begitu memperhatikan ku dalam keadaan apapun, banyak yang aku sukai darinya dan salah satunya adalah ini sikap perhatian nya tak pernah luput akan senyum nya yang menawan

Bahkan wajah nya yang banyak luka pun ia masih bisa tersenyum dan memperhatikan keadaan ku, hampir runtuh pertahanan ku untuk tidak menangis di hadapan nya, namun ia menggelengkan kepalanya serta tersenyum manis di hadapan ku

"jangan cengeng dong sayang, aku aja kuat ko nahan sakit ini kamu juga harus bisa" ucap nya berbisik

"aku gak suka liat kamu nangis jadi jangan ya sayang" tambah nya mengusap kepala ku dengan penuh hati-hati

Kami berjalan beriringan keluar dari lapang dengan siwsa siswi lain nya setelah di bubarkan Kelvin dan teman-teman nya yang lain

Aku menatap punggung nya yang lebar kini mulai menjauh dan hilang dari pandangan ku, aku berjalan gontai menuju kantin dengan memikirkan ucapan Kelvin tadi



Jangan lupa tinggalkan jejak ya buat yang baca

ALLETA ALVENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang