Terkadang kita harus bisa tersenyum entah apapun keadaannya.
__________________________________________________________________________________Satu tahun kemudian.
"Krist?!!?" Seorang gadis cantik berambut panjang terurai, meneriakkan nama Krist. Mencoba menyadarkan pemuda itu yang sedari tadi melamun.
Krist sedikit terkejut sebelum ia menoleh ke arah sumber suara. "Natalie? Kenapa berteriak?"
"Kenapa berteriak katamu?" Natalie terlihat mengerutkan keningnya.
Krist tersenyum, "Jangan mengerutkan keningmu! Kau terlihat tua!"
"Diam! Jangan menyinggung usia!"
"Mami!" Seorang anak lelaki berusia 4 tahunan berlari menghampiri Natalie.
"Om Krist!" Teriaknya lagi ketika sudah berhenti di depan Natalie.
Krist berjongkok mensejajarkan tingginya dengan anak lelaki itu. "Hello boy!" Ujarnya dengan senyum lebar, tangannya pun terulur untuk mengacak rambut hitam gelap milik si kecil.
"Ayo ke rumahku!" Ajak si kecil. Pipinya yang gembul dengan potongan rambut mangkuk membuat ia terlihat menggemaskan.
Krist mengerucutkan bibirnya tampak menggemaskan, "Aku harus pergi mengerjakan tugas dari mami mu, Shin."
"Jangan sedih... Kata mami, kalau mau main, tugasnya harus selesai." Ujar anak pemilik nama Shin itu.
Krist mengangguk sembari berpura-pura memasang wajah sedih.
Natalie memutar mata malas, Krist dengan dramanya membuat seakan - akan dirinya terlihat jahat didepan sang putra.
"Bagaimana dengan besok?" Shin sepertinya belum menyerah untuk menawarkan bermain bersama.
"Setuju! Ayo bermain bersama!" Ujar sosok lain yang menyela, membuat mereka bertiga menoleh ke arah yang sama. "Kami akan datang bersama." Imbuhnya.
Krist dan Shin mengerutkan kening, berbeda dengan Natalie yang melebarkan mata.
"Sing? Apa yang kau lakukan disini?!" Teriak Natalie heboh.
Benar!!! Lelaki itu adalah Singto.
"Siapa dia mami?" Tanya Shin menarik ujung baju Natalie.
"Hey! Aku Singto. Eum, teman kuliah mami mu." Ujar Singto yang berjongkok di samping Krist.
Shin memiringkan wajahnya, "Teman mami? Besok mau datang ke rumah? Bermain bersama?"
Singto mengangguk dengan senyuman.
"Sing, kau belum menjawab pertanyaanku!!!" Ujar Natalie yang masih terkejut.
Singto mendongak ke arah Natalie sembari tersenyum, "Aku datang untuk menemui seseorang, yang kebetulan kau kenal." Jawabnya sembari beralih menatap Krist di hadapannya.
"Kalian saling kenal?" Tanya Natalie.
Singto hendak menjawab, namun Krist mendahuluinya, "Dia sepupu Jane.".
"Jane?" Natalie kembali terkejut, "Mantan kekasih mu yang meninggal satu tahun lalu?"
Krist hanya mengangguk.
"Eum, Shin, kita harus pergi. Krist dan Singto harus berbicara penting. Ayo!" Natalie yakin ini bukan saatnya dia tetap berdiri disana dan haha hihi bersama kawan lamanya maupun teman kerjanya.
Shin mengikuti mami nya menggiringkan langkah.
"Hampir saja aku mengira kau dan Natalie ada sesuatu. Namun, melihat anaknya yang sudah cukup besar, aku yakin jika aku salah menilai." ujar Singto sembari tersenyum melihat ke arah Natalie pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Future (SK) (END)
FanfictionJane adalah sosok yang cantik, memiliki Krist adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Namun, takdir telah berkata lain. Sang penulislah penentunya.