Tidak ada yang bisa mengalahkan kentalnya darah.
_-_-_
Hari sudah mulai gelap ketika Sehun kembali ke rumah bersama orang terpercayanya. Ibunya tengah menikmati pizza di ruang tengah ketika ia tiba.
"Sehun?" Sapa sang ibunda. Seorang wanita cantik berkulit terang, rambut cokelat terurai panjang. Sosok yang cantik dan terlihat cukup muda di usianya.
Si anak hanya bergumam sembari melambaikan tangan. Berbeda dengan sang sekertaris yang berhenti dan memberi hormat sebelum kembali mengikuti bosnya.
"Dasar..." Gumam ibunya yang sudah hafal betul kelakuan si anak.
Disisi lain, Sehun yang baru sampai di depan kamar langsung berbalik ke arah Choi dengan tatapan tajam. "Kau tidak tau dia disini?"
Choi menggelengkan kepalanya ragu, "Tidak bos."
Sehun menghela nafas panjang, "Pecat saja semua pelayan jika hal seperti ini saja tidak melaporkannya!".
Choi menggelengkan kepala sekali lagi, "Mungkin saya kurang teliti saat mengecek ponsel tadi.".
"Kalau begitu, buang ponselmu!" Kesal Sehun sembari berbalik, "Aku tidak ingin melihatnya besok pagi!" Ujar Sehun sebelum membanting pintu kamar.
Sekertaris? Bukan hanya itu saja jabatan Choi. Ia adalah sosok yang sangat di percaya, diandalkan, dan juga standby untuk Sehun. Bahkan jika di haruskan, ia akan dengan sukarela memberikan nyawanya jika Sehun meminta. Mengingat bagaimana pemuda berusia 20an akhir itu mengambilnya dari dunia gelap dan menjadikan ia seperti sekarang.
Melihat Sehun sudah masuk kamar, ia berbalik, berjalan menyusuri tangga sekali lagi ke ruang tamu. Wanita itu masih disana dan tidak sendiri, ia bersama Chae Ra, orang kepercayaan tuan besar yang di tempatkan disisi nyonya.
"Nyonya..." Sapa Choi sedikit sopan. Pasalnya, wanita ini bukanlah ibu kandung Sehun. Nyonya besar Oh ini adalah istri kedua dari tuan besar Oh. Sedangkan ibu Sehun, mendiang adalah istri pertama dari tuan besar Oh sebelum meninggal karena suatu sakit.
Si nyonya melirik ke arah Choi, "Apa? Aku hanya mengunjungi putra sambungku." Ujarnya tanpa menunggu Choi menjelaskan maksud ia kembali menyapa.
"Tuan besar tidak ingin bertemu anda besok pagi." Imbuh Choi.
"Oh ya? Lalu? Aku harus pergi? Malam ini? Jangan bercanda!"
Choi ragu bisa mengusir wanita ini, mengingat ada Chae Ra disampingnya, pertanda tuan besar Oh tau jika si ibu ingin mengunjungi putra sambungnya.
Choi masih ingin mencoba, "Apa tuan besar tau anda disini?"
"Tentu saja! Mana mungkin aku menemui putra semata wayangnya tanpa ijin. Kau pikir-" ucapan nyonya besar terhenti ketika Sehun muncul dari lantai atas tanpa suara.
Choi tau aura ini, ia dengan segera bergeser dua langkah kesamping, memberikan jalan kepada si bos.
"Jangan berteriak! Suaramu merusak pendengaranku!" Tekan Sehun tanpa sedikit pun rasa hormat.
"Chae Ra, ada apa?" Tanya Sehun pada sekertaris tanpa memedulikan nyonya besar.
Chae Ra maju beberapa langkah ke depan, "Beliau ingin anda meluangkan waktu untuk keluarga tuan Kim." Ujarnya sambil menyodorkan selembar amplop undangan.
"Lalu kenapa kau datang dengan dia?" Sehun melirik ke arah nyonya besar yang sudah tidak ingin beradu argumen dengan putranya. Ia lebih memilih menikmati pizza yang tinggal 2 potong.
Chae Ra menggigit bibir bawah sebelum memberanikan diri, "Tuan ingin anda datang bersama nyonya besok."
"Pergilah besok pagi sekali. Aku akan datang sendiri. Jangan merusak mood ku besok atau aku tidak datang!" Ujar Sehun sebelum pergi kembali ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (SeKai) (END)
Fanfiction"Aku tak harus memilikimu untuk mencintaimu." "Aku tak harus mencintai mu untuk memilikimu."