LARA KANAIRA
"Aku selalu memikirkan betapa luas-nya dunia di luar sana, sampai aku lupa, bahwa aku tersekat."
*****
Kanaira Putri Ardiantoro, gadis dengan berjuta mimpi yang tidak pernah ter-ekspresikan. Aira, kesehariannya hanya menunggu sebuah dukungan, dia sangat haus akan dukungan orang-orang disekitarnya.
𝘛𝘰𝘬... 𝘛𝘰𝘬... 𝘛𝘰𝘬...
"Non, didepan ada temennya tuh," Aira yang saat ini sedang duduk di tepi ranjangnya segera menuju ke arah pintu.
"Siapa, Bi?"
"Si Sara,"
"Ohh, yaudah aku turun dulu ya, Bi, tolong buatin minum ya hehe,"
"Siap, Non."
*****
"AIRAA!, GUE KANGEN BANGET SAMA LO! AAAA!" gadis yang tadinya duduk manis di kursi ruang tamu itu mendadak berteriak ria saat melihat sang pemilik rumah sedang berjalan turun tangga."Apa si, alay banget lo!" Aira sebenarnya juga merindukan sahabatnya itu, tetapi seperti biasa, gengsi.
"OMAYGATT!, LO?, LO?, AHH KECEWA BERAT GUE SAMA LO!" gadis itu berucap dengan alay-nya.
Gadis itu, Sara, Ansara Lifainya, gadis cerewet dan banyak tingkahnya. Meskipun Sara sangat sering memalukan Aira dan Ana, tetapi tidak bisa dipungkiri mereka sangat bersyukur bertemu satu sama lain.
"Btw, lo pulang kapan, Sar?" tanya Aira untuk memulai percakapan mereka berdua.
"Semalem, jam 11.00 gue sampe disini," Sara memang habis pergi dari luar kota untuk mengunjungi saudara-nya yang sedang sakit.
"Lo kesini kok gak ngajak Ana sekalian?"
"Gak mau dia, mau belajar katanya,"
"Ohh, gak heran si, dia kan emang paling rajin diantara kita ber-tiga,"
Ellina Atlanka Anara, biasa disapa Ana oleh teman-temannya. Gadis itu, dia sangat peduli akan pelajaran dan paling dewasa dari kedua temannya, ya walaupun kadang juga keluar 𝘴𝘦𝘯𝘨𝘬𝘭𝘦𝘬-𝘯𝘺𝘢.
"Lo mau lanjut SMA mana jadinya, Ra?"
"SMA Shankara, lo jadi di Shankara juga gak?"
"Woeess!, jadi dong, gue kan ngikut lo sama Ana, hehe,"
"Aneh lo!"
Saat ini mereka memang baru akan masuk SMA, dan mereka bertiga sepakat untuk melanjutkan di SMA yang sama.
"Silahkan non-non yang cantik, ini bibi buatkan jus mangga spesial," bi Diah datang dengan membawa dua gelas jus mangga.
Bi Diah, sedari Aira kecil, dia sudah berada di rumahnya. Bi Diah sangat baik, bahkan Aira sangat menyayangi bibi-nya itu.
"Makasih ya, Bi,"
"Sama-sama, Non, Bibi tinggal dulu ya, lagi nyuci,"
*****
Hari ini Aira sedang pusing karena berkas untuk pendaftaran-nya belum selesai juga, padahal hari ini adalah h-2 pendaftaran akan dibuka. "Pusing gue pusing!, andai gak usah sekolah bisa langsung pinter, auto gak sekolah gue!"Sekarang kamar Aira seperti kapal pecah. Sprei berantakan, baju ada di mana-mana, dan jangan lupakan banyak kertas yang berserakan.
"Ah! Ini akta kelahiran mana belum di fotocopy!, males banget mau keluar!, besok aja deh sekalian ngambil formulir pendaftaran!"
sudah beberapa menit terakhir Aira terus mendengus kesal.*****
"AIRAAA! YUHUUU! YUK 𝘖𝘕𝘎𝘛𝘌𝘞𝘌!""OTW!, ONGTEWE ONGTEWE!"
"SUKA-SUKA GUE, NGAPA?!, GAK SUKA LU?!"
"SERAH LO!"
𝘉𝘙𝘈𝘒!!
"KALIAN BERDUA KALO MAU RIBUT JANGAN DI DEPAN KAMAR GUE, KE LAPANGAN SONO!" Aira yang dari dalam kamar-nya sudah mendengar keributan itu sudah sangat emosi, hingga dia membuka pintu dengan tidak santai.
"Hehe, sorry sorry, biasa si Ana ngajak ribut," ucap Sara yang sejak tadi mengajak berdebat Ana didepan kamar Aira. Saat ini mereka ber-tiga akan pergi ke SMA Shankara untuk mengambil formulir pendaftaran.
"Enak aja!, lo kali yang dari tadi ngajak gue ribut!, dasar Saroh!"
"S A R A, SARA!, NOT SAROH!"
"Udah-udah, otw yuk, nanti kita telat," Aira memilih untuk menengahi mereka berdua agar tidak berlanjut berdebat.
"GAS NGENGG!" ucap Sara yang sangat bersemangat.
"BRISIK SAROH!"
*****
"Busett!, ini pertanyaan-nya banyak banget gila!" Sara sangat heboh seperti biasanya. Setelah mengambil formulir pendaftaran, saat ini, mereka sedang berada di sebuah cafe dekat SMA Shankara, ngopi sekalian mengisi formulir yang akan dibawa besok."Iya woii!"
"Iya, pusing gue," Ana ikut menimpali apa yang dikatakan Aira.
"Gue gak paham sumpah!" ucap putus asa dari Sara.
"Lo kan emang gak pahaman, Sar," jawab Ana dengan enteng-nya.
"Mulut lo 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘵𝘦-𝘬𝘢𝘵𝘦 banget lo!"
"Udah-udah gak usah mulai deh," Aira yang sedang sangat malas mendengar perdebatan itu segera menengahi mereka. "Eh gue lupa belum fotocopy akta, gue ke toko depan dulu ya, biar besok udah siap semua nih berkas-berkas,"
"Mau ditemenin gak, Ra?" tanya Ana, dia sangat malas berdua-an dengan Sara, pasti Sara akan mengajaknya berdebat lagi.
"Gak usah, paling kedepan doang. gue kedepan dulu bentar, kalian disini aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘓𝘈𝘙𝘈 𝘒𝘈𝘕𝘈𝘐𝘙𝘈
Teen Fiction"𝓢𝓮𝓹𝓪𝓼𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓪𝓻𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓳𝓾𝓷𝓰 𝓵𝓪𝓻𝓪, 𝓶𝓾𝓷𝓰𝓴𝓲𝓷 𝓴𝓪𝓽𝓪-𝓴𝓪𝓽𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓹𝓪𝓽 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓴𝓲𝓼𝓪𝓱 𝓴𝓲𝓽𝓪." -𝓚𝓪𝓷𝓪𝓲𝓻𝓪 Dibawah senja dan dengan suara deru ombak, Aira, gadis itu hanya menunduk sedari tad...