Empat Menjadi Tiga

Hidup di dunia ini rasanya cukup rumit, walau tidak ada yang mau mengakui kerumitan itu. Terkadang orang-orang hanya melihatnya sebagai sesuatu yang terbilang mudah, atau tak benar-benar buruk. Padahal sebenarnya jika dijalani, jika dirasakan, ada sebuah kerumitan tak tampak yang begitu menyesakkan.

Salah satunya dirasakan oleh seorang anak perempuan bernama Natasha. Dalam keluarga lengkap dengan Ayah dan Ibu yang masih sehat di umur mereka yang semakin menjadi tua, dirinya bukanlah seorang anak satu-satunya. Natasha memiliki seorang kakak laki-laki, yang kebetulan memiliki perbedaan umur sangat jauh dengannya. Kakaknya bernama Adit. Laki-laki yang cukup aktif dengan kehidupannya. Namun dengan itu, ditambah perbedaan umur yang sangat kontras, Adit tak dekat dengan Natasha.

Sebenarnya Natasha ingin mendekatkan diri dengan kakaknya, tetapi dia tidak memiliki kesempatan. Terlebih waktu yang mereka miliki pun berbeda. Natasha sibuk dengan urusan sekolahnya, sedangkan sang kakak dengan pekerjaannya. Tentu saja akan memiliki perbedaan cukup kontras. Natasha juga sering memakai waktunya untuk mengerjakan tugas.

Mungkin jika ada kesempatan, Natasha ingin melakukannya. Seperti di mana ketika keluarga itu memutuskan untuk berlibur ke suatu kota. Dikarenakan Natasha memiliki waktu libur kenaikan kelasnya, sang kakaknya sengaja mengambil cuti, pun dengan Ayahnya, mereka pun memilih untuk berlibur. Sang Ibu yang menjadi ibu rumah tangga juga mungkin sangat membutuhkannya.

Walau liburan itu berjalan menyenangkan, seperti mereka menghabiskan waktu untuk memancing, mendaki gunung atau untuk berkumpul bersama di villa yang mereka sewa, tetap saja, Natasha tak bisa sedekat itu dengan kakaknya. Mungkin butuh pendekatan lainnya jika Natasha menginginkannya.

Sebenarnya sering kali Natasha ingin meminta saran Ayahnya, atau mungkin Ibunya, agar kakaknya mau bicara lebih banyak dengan dirinya. Karena sejujurnya, Natasha bingung untuk topik. Hal-hal yang Natasha ketahui, mungkin sudah menjadi topik yang sangat membosankan untuk kakaknya. Sayangnya, Natasha tak pernah melakukannya. Natasha hanya menyimpannya dalam waktu, walau mungkin liburan itu adalah kesempatan terakhinya.

Setelah satu liburan yang bisa mereka jalani secara bersama-sama, seluruhnya kembali pada kesibukan. Mungkin bertemu hanya untuk sarapan dan makan malam. Semuanya menjadi sibuk lagi, sampai ketika umur Natasha genap menjadi 16 tahun, dengan umur sang kakak mencapai 30 tahun.

Di umur yang tak disangka, yang seharusnya perjalanannya masih panjang, Natasha mendapati bahwa Adit jatuh sakit. Sebuah penyakit yang dibiarkan sampai menjadi parah, sehingga membuatnya kini dirawat di rumah sakit.

Setiap pulang sekolah, Natasha selalu datang ke rumah sakit untuk menjaganya. Menemani Ibu mereka yang sama sekali tak ingin lepas pengawasan dari sana. Selama Ayah bekerja dan baru bisa datang di sore hari menuju malam.

Natasha merasa benar-benar sedih. Keinginannya untuk menjadi dekat dengan Adit sama sekali belum terlaksana. Natasha bahkan berjanji pada dirinya sendiri, di saat kakaknya sembuh dan sudah diperbolehkan untuk pulang, ia akan mendekatkan diri walau tak tahu apa yang harus dibicarakan. Natasha akan menunjukan lebih dahulu bahwa ia ingin dekat dengan satu-satunya saudara kandung yang ia punya. Tetapi semesta berkata lain. Adit meninggal dunia karena penyakit lambung yang dideritanya. Tak bisa terselamatkan oleh pihak rumah sakit, yang meninggalkan Ayah, Ibu dan juga Natasha sendiri dengan kesedihan mendalam.

Perlu waktu untuk mereka melewati kesedihan itu, atau bahkan takkan bisa untuk melewatinya sama sekali. Perlu waktu lebih banyak juga untuk Natasha menyadari bahwa semuanya terlambah. Seharusnya Natasha bisa melakukan hal lebih cepat, sebelum semuanya berubah menjadi seperti ini. Sering kali Natasha menangis di kamarnya sendiri. Ada penyesalan, ada kesedihan yang mendalam. Natasha benar-benar tak menyangka bahwa liburan terakhir kemarin adalah satu-satunya waktu yang tepat untuknya mendekatkan diri. Sayangnya, tak ada yang terjadi.