I|I
Sampai hari ini nenek Eirene memang masih diam saja, padahal sudah beberapa kali ia menangkap basah Eirene yang diantar pulang oleh Dewa. Bahkan dua hari terakhir ini, ia juga tahu bahwasanya Eirene tidak lagi hanya sekedar diantar pulang saja, tapi juga di jemput oleh Dewa.
Hal ini tidak terasa seperti biasa, apalagi kali ini berhubungan dengan seorang lelaki. Karena pada dasarnya, nenek selalu mewanti-wanti Eirene mengenai lingkup hidupnya- disuruh hati-hati katanya, mengingat bahwa Eirene bukanlah manusia biasa. Nenek selalu khawatir, khawatir jika apa yang dialami ibunya Eirene dulu juga terjadi pada dirinya. Oleh karena itu nenek selalu membatasi lingkup kehidupan Eirene, hal yang menyebabkan Eirene tidak memiliki teman selain Runika.
Dan hal tidak biasa itu akhirnya berakhir di hari ini juga, tepatnya saat nenek tiba-tiba saja mencegat Eirene yang baru saja pulang dengan ekspresi yang terlihat tidak lagi bersahabat.
Gambaran mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya, tiba-tiba saja terlintas di benak Eirene. Eirene jadi cukup khawatir.
"Omah?"
"Darimana saja kamu, Eirene?"
Eirene mengerutkan keningnya mendapatkan pertanyaan seperti itu. Padahal neneknya tahu, bahkan sampai hafal dengan jadwal kuliahnya. Dan kebetulan di hari ini Eirene memang kuliah sampai malam- yang membuatnya mau tidak mau jadi baru saja pulang. Karena ini Eirene merasa jika seharusnya nenek sudah mengetahuinya seperti biasanya. Tapi kenapa kali ini nenek justru malah mempertanyakannya?
"Aku habis dari kampus, Omah. Hari ini kan, emang jadwal kuliahku sampai malam," jelas Eirene sambil menimang-nimang apa yang sebenarnya sedang neneknya pikirkan sekarang.
"Hanya itu saja? Kamu yakin?"
Eirene terdiam sebentar sambil tiba-tiba saja memikirkan lagi apa yang sebenarnya sudah ia lakukan sebelum atau sesudah memenuhi jadwal kuliah tadi. Hingga akhirnya Eirene mulai mengingat sesuatu, membuatnya segera menatap neneknya dengan sorot yang tidak bisa di jelaskan apa maksudnya.
Eirene kali ini mengingat jika sebelum ia ke kampus tadi, ia memang sempat mengajak Dewa datang ke bibir pantai yang sepi yang memang sering Eirene kunjungi- dimana disanalah gerbang penghubung antara dunia ini dengan dunia Eidena, ibunya berada.
Tapi masalahnya, darimana nenek tahu akan hal itu?
"Omah?"
"Dengar Omah, Eirene!" ada nada tegas yang nenek sampaikan pada Eirene. Ia bahkan sampai mendekat pada Eirene yang kali ini hanya bisa terdiam. "Sejak kemarin Omah biarkan, karena Omah kira kamu akan sadar. Tapi ternyata itu malah membuat kamu semakin menjadi, Eirene," nenek benar-benar terlihat marah, itu bahkan sudah terlihat jelas dari sorot matanya. "Ingat siapa kamu, siapa Bunda kamu, dan apa yang sudah terjadi kepada Bunda, dan Ayah kamu dulu, Rene! Jangan bertindak sesuka kamu kalau kamu tidak mau apa yang terjadi pada mereka dulu juga terjadi kepada kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang DEWA | Lee Jeno
FanficContent warning(s) ; Physical touch, kissing, cuddle, alcohol, harsh word, harshness, sensitive topic, etc. Sang Dewa, julukan yang sangat tepat bagi seorang Dewanggara Dewoni. Tampan? Jangan diragukan lagi! Ketampanan Dewa bahkan hampir mendekat pa...