Keesokan harinya semua berjalan seperti biasa. Seperti tidak pernah ada masalah yang terjadi semalam.
Pagi ini Jeno tengah di sibukkan dengan kegiatan memberi makan Jaeno. Bayi mungil itu terlihat sangat lucu hari demi hari dan itu sangat menggemaskan untuk di lihat.
Ketenangan di antara mereka begitu nyaman sebelum akhirnya Yejin datang bergabung dengan mereka. Usia kandungannya sudah hampir enam bulan sekarang. Dan itu membuatnya sangat bangga sekarang.
"Pagi pelayan"
Sapanya yang tertuju pada Jeno. Jeno tidak menjawab, dan memilih untuk fokus dengan Jaeno saja."Buatkan aku sarapan!"
Perintahnya.Jeno menatap kearahnya.
"Kau bisa meminta bibi Choi"
Ucapnya."Aku menyuruh mu"
Perintahnya sekali lagi. Jeno mencoba menahan kekesalannya, dan memanggil bibi Choi untuk menjaga Jaeno selama ia membuatkan sarapan untuk Yejin.Sekali lagi Jeno tidak bisa melakukan apapun untuk menolak Yejin. Sesayang itu ia dengan anak kecil hingga ia sangat takut jika Yejin akan membunuh anaknya.
Seandainya saja ia tau, Yejin tidak akan pernah mau membunuh sesuatu yang sudah semakin bertumbuh di dalam perutnya dengan begitu saja.
Namun Jeno terlalu baik untuk menyadari hal itu.
Jeno tidak hanya menyiapkan sarapan untuk Yejin namun juga untuk Jaemin dan juga Lian. Wanita itu memilih tinggal di rumah Jaemin, dengan alasan ingin merawat menantu kesayangannya.
Setelah masakannya selesai. Ia langsung menghidangkannya di meja yang sudah berisikan Lian di sana. Dan tidak lama kemudian Jaemin datang dengan pakaian rapinya, seperti biasa.
"Pagi, sayang"
Sapanya, sambil mengambil satu kecupan dari pipi Jeno.Pemandangan itu selalu terjadi setiap harinya. Dan entah mengapa Yejin masih bertahan melihat hal itu.
"Pagi"
Balas Jeno yang masih sibuk menghidangkan makanan itu.Setelahnya mereka memulai sarapan pagi mereka dengan tenang.
"Hari ini kau akan menemani ku ke dokter, kan?"
Yejin menoleh kearah Jaemin dengan wajah sumringahnya. Jaemin mengangguk pelan.Bohong rasanya jika Jaemin tidak mempedulikan istrinya itu. Selama wanita itu masih mengandung anaknya. Maka ia tidak akan menyakiti wanita itu. Dan itulah alasan mengapa Yejin tidak pernah takut Jaemin akan membuangnya. Karena Yejin tengah mengandung penerusnya sekarang.
Jeno juga mengetahui hal itu. Jaemin terlalu lemah untuk hal itu. Jaemin itu memiliki emosi yang berubah-ubah. Namun keinginannya tetap sama.
Boleh kah Jeno mengatakan jika Jaemin adalah pria bodoh?
Karena semua perkataannya seakan hanya ilusi di mata Jeno. Dan sialnya ia masih saja terhipnotis dengan semua itu.
VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ceo (Jaemjen)
Teen FictionRemaja yang tidak memiliki siapapun lagi di hidupnya, harus rela di jual sang paman kepada seorang ceo yang begitu menggilainya. Story from grandson (CEO)