Suasana mencekam sedang terjadi diruang tengah. Pukul setengah sembilan malam, seorang gadis yang sedari tadi berdiri menghadap empat laki-laki yang menatapnya tajam, menggaruk belakang leher, tidak gatal.
“Tch, mau sampai kapan acara giniannya sih? Kaki gue capek.” Gadis itu menggerak-gerakan kakinya.“Kamu bakal terus berdiri disitu kalo gak cerita!” salah satu pria berusia 40 tahunan bersuara. Wajahnya tegas, sorot matanya tajam. Tapi semua ekspresi itu tidak mempan pada gadis didepannya.
“Tch,” gadis itu memutar bola matanya malas.
“Jangan berdecak terus Aries!” kali ini pria berumur 37 tahun berbicara, rahangnya mengatup keras, menahan kuat-kuat agar tidak menceramahi gadis bernama Aries.
“Yeh, ini anak gadis satu, disuruh cerita malah cosplay jadi patung.” Ketiga pria itu mendelik tajam pada pria berumur 31 tahunan. Sedangkan yang ditatap tersenyum.
Aries menghela nafas lelah,
“Para om-om ku yang ganteng, dan adikku tercinta. Kan kalian udah denger sendiri dari kepala sekolah, masih nanya gue. Gimana sih?”Liem, pria berumur 40 tahun itu ikut menghela nafas,
“Om mau denger cerita versi kamu Ariesya!” Aries menelan salivanya, sedikit tegang. Kalo om Liem sudah memanggilnya demikian, dia tidak bisa mengulur-ulur lagi. Aries menatap empat laki-laki itu satu persatu.“Gue mukulin Sigit nyampe tuh brengsek masuk rumah sakit,” jelasnya cepat.
“Kenapa kamu mukulin dia?” Om Liem mengangkat sebelah alis.
“Kalian kan tau, gue gak perduli mereka mau nilai gue kayak gimana, tapi gue gak terima kalo mereka ngehina keluarga gue,” kali ini sorot mata Aries penuh kebencian, ada kemarahan di setiap kalimatnya.
Wajah keempat laki-laki itu melunak. Tidak perlu meminta penjelasan panjang lebar, kalo sudah kayak gini, Aries tidak bisa dihentikan, gadis itu akan selalu menjadi garda terdepan jika ada yang menghina keluarganya.
Laki-laki yang sejak tadi tidak angkat bicara, langsung bangun dari duduknya,
“Di rumah sakit mana tuh brengsek dirawat?”Pria berumur 31 tahun –Igor, yang duduk disebelahnya bertanya terkejut “heh mau ngapain kamu nanya-nanya?”
“Mau silahturahmi Om,”
Igor tertawa “silahturahmi yang gimana dulu nih?” bertanya menggoda.
Aries berjalan mendekat, menyentil kening laki-laki yang katanya mau silahturahmi -Damian, “gak usah sok mau silahturahmi lo, belum apa-apa lo yang bakal disilahturahmi duluan sama temennya Sigit.”
Damian mendelik tajam tak terima, “tch” mendudukan diri kembali.
“Om udah ngurus kepindahan kamu,” om Liem berbicara santai sambil menyeruput kopi.
“Hah, cepet banget om. Sat-set,” Aries terkejut dibuat-buat, sambil mengerakan tangannya berkelok-kelok.
“Kamu gak tau aja Ries, pas pulang dari sekolah. Tuh tua bangka satu langsung nyuruh om buat nyari sekolah bagus buat kamu,” pria berumur 37 tahun –Rafi, itu menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari hpnya.
Aries manggut-manggut, suasana yang tadi begitu mencekam dalam sekejap berubah.
“Nih,” Igor menyerahkan paperbag yang sedari awal ada bawah samping kakinya, Aries menatap bertanya lewat mata.“Itu seragam sekolah baru kamu, om nyampe harus ikut lomba maraton buat dapetin tuh seragam.”
"Gak usah dilebih-lebihkan juga kali," sarkas Damian.
Aries bertepuk tangan, kalo udah menyakut dia dan Damian, ketiga omnya ini langsung bergerak cepat, apapun itu.
“Emang sekolah baru gue dimana?”“NUSA BANGSA,” ketiga omnya itu menjawab serempak, sedangkan Damian menutup telinga mendengar paduan suara dadakan.
Aries manggut-manggut lalu bangkit dari duduknya, “oke kalo gitu, Aries pamit undur diri, mau tidur biar pagi semangat menuju sekolah baru, bye,” dia berjalan sambil melambaikan tangan.
“Sok iye lo kak, semangat-semangat,” Aries tak menimpali perkataan Damian, memilih terus berjalan kekamarnya.
>o<
Hari baru, sekolah baru, Aries sudah rapih dengan seragam sekolahnya, lebih tepat gadis itu memakai celana bahan hitam dan hoodie. Seperti apa suasana rumah orang lain dipagi hari, tentram? Damai? Itu tidak berlaku di rumah yang ditempatinya.
“Om Igor kalo gak bisa masak, gak usah masak. Nih rumah hampir kebakaran Cuma gara-gara telor gosong om,” terdengar suara teriakan Damian, ketika Aries mendekati dapur. Ah, bahkan dari luar pun suara mereka bisa kedengaran.
“Ngapa kamu nyalahin Om? Itu telor punya si Rafi,” om Igor tak kalah berteriak, “heh tua bangka dua, sini lo. lo pelakunya tapi gak mau tanggung jawab!” dia menunjuk –nujuk Rafi yang baru keluar dari toilet dapur.
Yang ditunjuk-tunjuk cuma menatap tidak tahu,
“Heh, kenapa telor ceplok gue berubah jadi item gitu Gor, pasti lo warnain kan?” sadar telor ceploknya sudah tidak dapat dikenali.“Mata lo gue warnain, lo kalo mau bab, tuh kompor matiin dulu bodoh,”
“Perasaan udah gue matiin tuh kompor,” Rafi membela diri. Damian memijat kepalanya pusing dengan tingkah kedua orang itu.
“Makanya om jangan pake perasaan,” Aries ikut nimbrung, seraya mendudukan diri di kursi makan samping om Liem yang sama sekali tidak terusik dengan keributan, khusyu meminum kopinya,
“pagi om Liem.”“Drama dipagi hari gak pernah ada habisnya,” Aries tersenyum disela meminum susu.
Seperti itulah, om Liem akan membuatkan kak beradik itu susu putih dan roti, lalu kopi untuk dirinya. Sedangkan tiga yang lainnya akan membuat keributan tentang sarapan, ada saja hal-hal aneh terjadi. Seperti beberapa hari yang lalu, om Rafi menyiapkan nasi goreng untuk mereka, tapi yang aneh adalah diatas nasi goreng terdapat wafer coklat, katanya lauk pelengkap.
Jadilah Damian tak henti-hentinya berceloteh ditambah om Igor seperti mendukung celotehan Damian, mengundang amarah om Rafi, maka tidak bisa di hindari lagi keributan pecah. Sedangkan om Liem hanya diam, sibuk dengan nasi goreng, Ariesnya? Jangan ditanya, gadis ikut meski mulutnya mengunyah, masih sempat ikut mengompori keadaan.
“Damian gak mau tau, om berdua harus ganti alat dapur yang om rusakin,” om Igor dan om Rafi menatap pan bersamaan, mencari bagian mana yang rusak.
“Wah, Ian mata kamu gak sehat. Itu pannya gak rusak.” Damian menghela nafas.
“Emang gak rusak om, tapi udah gak bisa buat masak, lengket,’ Damian berusaha memberi tahu dengan lembut. Lalu memilih menghabiskan sarapannya.
Aries terkekeh kecil, dibanding dia Damian itu lebih cerewet ketika dirumah. Tapi kalo disekolah bak kulkas 2 pintu.
“Udah Damian, ayo berangkat om anter, kamu juga Aries cepat berangkat.” om Liem beranjak dari duduknya, berjalan keluar yang langsung diikuti Damian.
***
Tertanda
23:18
2022년 12 월 24일