Sudah dua hari Lucky terbaring di rumah sakit, akhirnya dia mendapat kesadarannya kembali. Ternyata mual muntah yang dia alami belakangan ini adalah gejala tipes dan tukak lambung yang dia derita akibat pola makan yang kacau sewaktu mendekati ujian nasional. Lucky lebih mementingkan belajar dibanding makan dan beristirahat, dia menjadi gila belajar dan berakhir harus dirawat inap di rumah sakit.
Fenly mulai terlihat tenang di sisinya, sebelumnya Fenly sangat gelisah dengan kondisi putra sulungnya, beberapa kali Ricky memperingatinya untuk istirahat namun Fenly itu keras kepala, dari sana lah keras kepala Lucky diturunkan.
Hari ini mereka sudah bisa melihat senyum Lucky kembali meski wajahnya masih pucat, adiknya Louvy setia menemani. Dia menceritakan apa yang kakaknya lewatkan selama dirawat di rumah sakit, seperti pengalamannya berkelahi dengan kakak kelas.
"Dan lu tau, bang? Kakel itu nangis dong, giginya copot satu habis gue bogem." ujar Louvy mengundang tawa pelan dari Lucky.
"Abang bangga sama lu, dek." Lucky mengacak rambut Louvy dengan tawa lemah.
"Nih, makan lagi biar cepet sembuh lu. Gue mau berangkat les nih. Bentar Daddy dateng mau nganter gue, Papa bakal nemenin lu."
Lucky mendorong pelan tangan mulus Louvy menjauh. "Gue dah kenyang, Vi."
"Kenyang dengkulmu, baru juga dua suap bang!"
Lucky menggeleng, dia menutup mulutnya dengan kedua tangan, tampak sok imut di mata Louvy, memutar mata malas Louvy menyodorkan sendok makan lagi hampir ngegas kepada sang kakak namun suara pintu terbuka menahan suaranya dalam tenggorokan. Mereka sempat mengira yang hadir kedua orang tuanya, namun malah Shane yang muncul dengan senyum lebar dan diekori oleh alpha pengacau dalam hidup Lucky, Jake.
"Wah, ada abang crush— eh abang sepupu deh." Louvy mengulum senyum jahil sambil melirik Lucky.
Tatapan tajam Lucky layangkan pada si bungsu, lalu dia lempar pada Shane dan Jake yan melangkah mendekat.
"Ngapain ke sini?" tanya Lucky agak sinis, sebenarnya pada Jake.
Shane meletakan buah-buahan di nakas, juga memberikan sebuah cup es krim berukuran sedang pada Louvy yang mengundang binaran cemerlang di mata gadis alpha itu.
"Nih, disuruh bokap jengukin ponakan kesayangannya. Dimakan buahnya ya, Ki! Cepet sembuh, banyak yang kangen sama lo di sekolah!" ujar Shane sejenak melirik Jake yang seketika memindahkan tatapannya.
"Trus bang kapten futsal ngapain ke sini? Perasaan lapangan futsal di blok sebelah?" tanya Louvy sambil menyendoki es krim pemberian Shane. Sedikit dia tahu, kapten futsal ini selalu berselisih dengan kakaknya, untuk apa dia sok akrab datang kemari?
Jake tersenyum lebar, berkesan mengejek menurut Lucky. "Ya.. buat jengukin rival gue lah. Sekalian modus ketemu dedek Louvy."
Louvy yang digoda malah berdecih, berbeda dengan gadis lain yang Jake goda. "Sorry aja bang, gue ga minat sama Alpha."
"Lo kalo ke sini cuma buat ngeledek atau ngetawain gue, mending lo pergi, gue eneg liat muka lo." sinis Lucky, dia mendorong tubuh Jake menjauh dengan tangan yang tidak tertancap infus.
"Gue dateng beneran buat lihat kondisi Lucky, siapa tahu yang kita lakuin malam itu membuahkan hasil 'kan?"
Jake menyeringai, Lucky melotot. Di saat yang bersamaan es krim Louvy jatuh ke lantai, gadis itu hanya menatap es krimnya tanpa suara dengan raut wajah cemberut. Sedangkan Shane yang mulai sadar ini bukan pembahasan untuk anak kecil, segera menyeret lengan Louvy.
"Udah lah, Ouvy. Sini kakak beliin lagi, ayo!" ujar Shane menggandeng tangan Louvy ke luar ruangan sehingga menyisakan Jake dan Lucky yang masih mengunci tatap.
"Bangsat! Udah gue bilang buat lupain malam itu! Kenapa lo malah ngomong di depan Shane sama Louvy?!" Lucky menahan emosinya, jika saja tidak ada alat medis di tubuhnya, jelas sudah satu bogem dia berikan ke wajah Jake.
Jake menyeringai setengah tertawa, dia menekan Lucky di brankar, kedua tangannya mengurung sang submisif.
"Gue kan cuma mastiin aja, kali ada anak gue dalam sini." Jake menunjuk perut Lucky. Pemuda Zakno itu meledak.
"Gue masih alpha, bego! Gue ga bisa hamil! Ga rasional banget sih lo!"
"Calm down, dude. Ga usah panik gitu dong, sekalipun jadi gue bakal tanggung jawab kok."
"Amit amit jabang bayi!" Lucky membuang muka. Dia mendorong tubuh tegap Jake sekuat tenaga. "Minggir lo, gue mau minum obat."
Lucky mengambil beberapa pil dari nakas, meminumnya dengan segelas air, kemudian merebahkan tubuhnya dan menutup sekujur tubuhnya dengan selimut, hanya mata dan rambutnya yang terlihat.
"Ngapain lo masih di sini?! Lo udah liat kan gue cuma kena tipes, gue udah mau sembuh, lo pulang aja sana!"
"Siapa juga yang mau nemenin lo, gue cuma lagi nungguin Shane." balas Jake tertawa mengejek.
"Anjir lu!" umpat Lucky yang kemudian memunggungi Jake dan tertidur.
Jake hanya mendengus. Saat sakit begini Lucky masih bisa sangat menggemaskan, andai saja Jake tidak mengawali hubungan mereka dengan permusuhan, mungkin saja tidak berakhir begini.
Puluhan menit berlalu, Shane dan Louvy tak kunjung kembali. Jake masih di sana hanya memandangi wajah terlelap Lucky yang terlihat sangat menawan, perpaduan tampan dan cantik. Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengelus surai coklat gelap Lucky, senyum tipis terukir di bibirnya.
"Sorry, lo jadi sakit begini gara-gara gue." Terdengar helaan napas berat dari Jake.
Lucky bahkan mendengarnya, dia tidak sepenuhnya tertidur, dia masih tersadar walau matanya terpejam. Memang siapa yang bisa terlelap begitu saja saat orang lain terus-terusan menatapmu?
Njir! Ngapain lu tiba-tiba minta maaf?! Lucky membatin.
"Demi menaikan ranking di ujian akhir lo sampe nyiksa diri begini, segitunya lo pengen jatuhin gue? Benci banget ya sama gue?" Jake terus bergumam, pelan tentunya. Dia tidak mau Lucky terbangun.
Jelas lah! Lo tuh pengacau dalam hidup gue! Akan selamanya jadi musuh gue! Gue benci sama lu!
"Maaf ya. Maaf buat lo terbebani. Maaf udah buat hari-hari lo jadi berat. Juga maaf untuk malam itu, gue bener-bener ga bisa nahan diri lagi.."
"Dan, maaf karena gue udah jatuh cinta sama lo."
Anjing! Apa?!
Jantung Lucky rasanya jatuh ke lantai, jika saja ada defibrilator akan terlihat jelas pacu jantung Lucky yang amat kencang. Bagaimana bisa seorang Jake Sergevy, rivalnya di sekolahan, orang yang juga ingin merebut Shane darinya, ternyata menyukainya?!
Astaga! Kejutan apalagi ini?!
Terdengar suara pintu terbuka, Shane masuk ke ruang rawat Lucky seorang diri. Dia tersenyum mendapati Jake yang mengusap lembut kepala Lucky, pemandangan manis.
"Louvy mana?" tanya Jake, masih berbisik.
"Di luar sama uncle Ricky dan uncle Fenly. Gue mau pulang sekarang, udah lu lihatin ayang?"
Njing! Shane juga tahu?! Lucky semakin tercengang, namun dia berusaha mempertahankan ekspresinya yang pura-pura tertidur.
Sedangkan Jake mengangguk. Dia lupa dia yang menyeret Shane ke sini atas nama orang tua Shane, dia juga yang harus mengantar Shane pulang.
Jake berdiri, mengecup pelipis Lucky dengan lembut. "Cepet sembuh, Ki. Gue kangen berantem sama lu."
Shane hanya menggeleng, sohibnya sangat lucu. Apa genre love-hate adalah favoritnya? Bisa-bisanya dia bertingkah membenci di depan mata Lucky, dan mendambakan Lucky dari balik punggungnya. Sial.
"Ayo pulang! Tugas Ekonomi gue belum kelar gegara lu!"
"Iye, iye."
—bersambung.
Maap ngaret 🥹🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The Submissive Alpha
FanficTentang putra sulung Ricky dan Fenly, Lucky Christ Zakno yang selalu berselisih dengan alpha dari kelas lain, Jake Sergevy. Serta sosok misterius seorang Shane Aulia.