2.

8.9K 525 39
                                    

Lebih dari satu Minggu sejak pertemuan pertama Sephia dan Musa di ruangan Theater, dan dalam satu Minggu itu pun hampir semua laki-laki di sekolahnya menjaga jarak semenjak ada desas-desus bahwa dirinya merupakan incaran Musa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lebih dari satu Minggu sejak pertemuan pertama Sephia dan Musa di ruangan Theater, dan dalam satu Minggu itu pun hampir semua laki-laki di sekolahnya menjaga jarak semenjak ada desas-desus bahwa dirinya merupakan incaran Musa. Sementara yang menjadi perbincangan malah menghilang setelah pertemuan pertama meninggalkan kesan bahwa Sephia adalah miliknya.

Sephia mengayunkan kakinya sambil bersenandung kecil duduk di atas kursi halte bus, hari itu ia tidak pulang bareng dengan Joly karena dia dijemput oleh kekasihnya yang merupakan anak dari SMA lain yang berjarak lumayan jauh dengan SMA nya. Kemudian, sosok yang tak begitu ia ingat detail wajahnya duduk di sebelah kanan dengan senyumnya yang lebar dan mata sipitnya.

"Gue bisa sulap, lo mau liat?" tawarnya dengan menunjukan tali putih yang ia masukan kedalam mulutnya, lalu saat ditarik keluar berubah menjadi warna-warni.

"Tepuk tangan dong," perintahnya, sementara Sephia tidak menunjukan reaksi apapun.

"Kenapa? Lo lagi bete?" tanya Musa dengan halus melihat wajah Sephia dengan saksama.

"Gue pikir Lo ditelen bumi setelah seminggu lebih menghilang." Entah mengapa Sephia berkata seperti itu, seperti seseorang yang memang sedang menantikan kehadiran pujaan hatinya.

"Oh, Lo nungguin gue?" senyuman Musa kembali terlihat, ia lalu mengikat separuh rambut gondrongnya dan menyisakan beberapa anak rambut di bawahnya.

"Yang bener itu Nungguin penjelasan Lo!" tegas Sephia.

"Penjelasan?"

"Musa, Kenapa Lo bilang sama semua siswa laki-laki kalo gue ini inceran Lo? Lo tahu, mereka semua jadi jaga jarak sama gue. " Sephia berubah menjadi mode kesal.

"Bagus dong kalo mereka jaga jarak, Lo kan jadi aman." Musa mengedipkan sebelah matanya yang menurut Sephia sangat menggelikan.

Kemarin Joly bilang bahwa dia termasuk pria pendiam, tapi kenapa jika sedang dengannya seperti ini?

Tiba-tiba main sulap? hahhaha sangat pendiam.

"Gini ya Musa, yang gue tanyakan kenapa Lo bilang gitu? sementara, kita itu cuman satu kali ketemu itupun gak ngobrol, dan bahkan gue gak inget sama nama Lo kalo gak diingetin Joly. Tapi kenapa Lo bilang ngincer gue?"

"Dua kali." hanya satu kalimat untuk menjawab pertanyaan panjang Sephia.

"Apanya dua kali!" sewot Sephia.

"Lo tadi bilang kalo kita ketemu baru sekali kan, nyatanya udah dua kali. Sama sekarang," jawab Musa abstrak dengan menegakan jempolnya.

"Astagfirullah! jadi jawaban gue apa? kenapa Lo bilang sama semua orang kalo gue inceran Lo? gak mungkin kan ada orang suka di pertemuan pertama," celoteh Sephia.

"Ya itu jawabannya, gue suka sama Lo di pandang pertama." Musa menjawab dengan tenang, sementara Sephia terlihat mengatur jantungnya saat mendengar pengakuan Musa.

"Masalahnya semenjak itu gue gak sama sekali merasa di deketin Lo, bahkan tanpa pertanggung jawaban Lo malah ngilang dan ninggalin berita nyeleneh."

"Gue bukan menghilang, gue diskors. Lo pasti udah denger kan?"

Mendengar itu, Sephia merasa agak canggung karena yang dikatakan Musa ada benarnya. Mengapa Sephia masih mempertanyakan hilangnya Musa, padahal ia sudah tahu jawabannya.

"Lo gak nanya kenapa gue di skors?" tanya balik Musa.

"Bukan urusan gue."

"Perasaan gue yang jadi urusan Lo," ucap Musa.

"Tapi perasaan gue baru sekedar suka, belum cinta. Nanti kalo udah cinta, gue bakal nembak Lo." Berulang-ulang Musa menghujani Sephia dengan kalimat pengakuan.

Sephia masih diam...

"Dan pada saat itu, Lo bakal tahu gimana kegilaannya gue ngejar-ngejar Lo," tambahnya.

"Apaansih Lo," ucap Sephia memukul punggung Musa menutupi rasa kesenangannya.

"Lo itu cuman penasaran sama gue, dan rasa suka Lo gak bakal pernah berkembang jadi cinta." Sephia mematahkan ucapan Musa.

"Kasih waktu gue dua bulan, untuk bisa ngebuat Lo jatuh cinta sama gue. Syaratnya Lo harus selalu menghargai dan menerima apapun usaha gue, dan dalam waktu dua bulan saat gue nembak Lo. Keputusan di tangan Lo. Lo tetep gak suka sama gue? gue mundur."

"Musa, mending Lo main-mainnya sama cewek lain deh." Sephia berniat beranjak, namun pergelangan tangannya di tahan.

"Cuman dua bulan," ucapnya lembut.

Sephia tampak berpikir sambil melihat wajah Musa dari dekat.

"Lo gak nanya dulu gue udah punya pacar atau belum?" tanya Sephia.

"Gue tahu Lo jomblo."

"Dari mana?"

"Di handphone Lo cuma ada notifikasi whatsApp dari Papa Lo dan SMS masa tenggang." Sephia melepaskan cengkraman Musa dengan paksa.

"Gak sopan banget Lo liat handphone gue!"

"Gue gak sengaja, saat nemuin handphone Lo gue denger ada panggilan masuk dari Papa Lo."

"Bis gue udah Dateng," gumam Sephia bangkit dari duduknya.

"Bentar." Musa lagi-lagi menahan Sephia hanya untuk membenarkan poni gadis itu yang berantakan, Sephia merasa diawang-awang meraup langit saking melayangnya atas perlakuan Musa.

"Apaan sih Lo," sewot Sephia menjauh dari Musa yang berusaha menutupi pipi nya yang merona.

"Hati-hati." Musa melambaikan tangan sangat tinggi agar bisa terlihat Sephia, dan gadis itu hanya merespon dengan tatapan yang fokus, walaupun di hatinya sangat berbunga-bunga.

****

Seperti biasa, ketika Sephia turun di halte tujuannya. Ia sudah melihat sosok Ayah kesayangannya sudah menunggu, pandangannya begitu aktif mencari ke setiap bus yang datang memastikan anaknya ada di dalam. Sampai ketika ia tersadar bahwa Sephia sedang berjalan kearahnya, sang Ayah bernama Martin itu menyamakan langkahnya agar dapat menjangkau sang putri dengan cepat.

Rambut Sephia diusapnya dengan kehangatan, Martin meraih tangan Sephia untuk mengajaknya pulang. Begitulah keseharian pulang sekolah Sephia, setiap hari Ayahnya selalu menunggu untuk menjemputnya di halte.

"Kamu gak apa-apa kan, Nak? gimana di sekolah?" Pertanyaan Martin selalu sama setiap harinya semenjak mereka pindah ke Jakarta.

"Pah, aku baik-baik aja. Sekolah yang sekarang jauh lebih baik daripada yang di Lombok, Papa tenang aja ya."

"Terakhir kali kamu bilang baik-baik aja saat di Lombok, taunya kamu pulang dengan baju sobek." Martin sangat begitu trauma akan kejadian putrinya saat mereka hidup di Lombok.

"Itu kan dulu, Pah. Sephia betah di sekolahan yang baru." Sephia berusaha agar Ayahnya tidak khawatir dan mengingat kejadian yang dahulu.

"Mulai sekarang pokoknya ada hal sekecil apapun, kamu cerita sama Papa ya!" tegas Martin mengusap belakang kepala Sephia sambil jalan beriringan menuju rumah, karena jarak dari halte yang cukup dekat.

"Iya Papa ku sayang," jawab Sephia dengan ekspresi gemas.

Terimakasih sudah membaca Jktc, dukung aku dengan voted juga komen nya ya guys.

Ig: acha.nuralbi


Jika Saja Ku Tolak Cintanya BAGIAN ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang