Di depan UKS
Gilang: Gue nggak habis pikir sama pikiran cewek. Kalau punya masalah pasti lebih melibatkan hati. Ujung-ujungnya, bunuh diri!
Azam: Sudahlah, Lang. Tidak perlu menyalahkan kodrat perempuan yang memang pada dasarnya, lebih suka pakai hati.
Deven: Betul, apa kata Azam, Lang. Sekarang yang terpenting, Sherly selamat, tidak jadi bunuh diri karena pertolongan sahabatnya. Itu, kan, mau, lo?
Gilang: Lebih baik, lo, diam, Ven.
Deven: Oke, gue, diam! (Reyna keluar dari dalam UKS)
Gilang: Gimana keadaan Sherly sama Farida?
Reyna: Semuanya, salah gue!
Gilang: Come on, ini bukan saatnya untuk membahas permasalahan itu lagi. Lagian, nggak ada gunanya menyesali kejadian yang sudah terjadi. Ada yang lebih penting dari itu, yaitu keadaan sahabat-sahabat lo. (Reyna menyeka air matanya)
Reyna: Mereka seperti ini, karena gue. Nggak seharusnya, gue hadir di tengah-tengah mereka. Gue memang harusnya, pergi, sekarang juga.
Gilang: Pikir baik-baik. Apakah nggak ada, sedikit saja, niat lo untuk memperbaiki persahabatan fisabilillah bersama mereka? (Reyna menundukkan kepala)
Deven: Nggak ada yang perlu di perbaiki, Lang. Persahabatan mereka sudah hancur, karena keegoisan Sherly.
Gilang: Gue bilang, diam, Ven. Harusnya lo itu sadar diri. Bukan Sherly yang salah. Tapi, lo.
Deven: Bela, terus, Lang! Bela saja, Sherly! Tanpa lo jelasin, gue sudah paham, lo pasti bela dia. Karena, lo, sebenarnya suka kan, sama dia? Lo cinta buta, sama dia? Sampai-sampai lo nggak bisa membedakan mana orang yang benar, mana orang yang salah. Lo, itu, sudah, berubah, Lang. Bukan seperti Gilang yang dulu gue kenal. (Gilang terdiam)
Azam: Sudah, Ven. Jangan membuat keributan, lagi. Kasian, Mba Reyna.
Plak
Gilang: REYNA! Maksud lo, apa, nampar Azam?
Deven: Iya, benar! Azam nggak ada salah apa-apa. Dia itu sahabat gue yang paling baik. (Reyna terkekeh dengan di iringi meneteskan air mata)
Reyna: Baik? Laki-laki yang merusak perempuan, di sebut laki-laki baik? Pikiran kalian, sehat, nggak, sih?
Gilang: Gue nggak paham sama ucapan lo.
Deven: Sama, gue juga.
Azam: Bisa di jelasin Mba, maksudnya? Saya juga tidak paham.
Bugh
Reyna: Lo, berengsek! Lo, laki-laki menjijikan!
Farida: Reyna, cukup! (Azam, Gilang, Deven, dan Reyna menoleh secara bergantian)
Sherly: Re. (Kedua kaki Reyna mundur beberapa langkah)
Reyna: Gue yang pergi! Gue nggak mau orang yang gue sayang bunuh diri! Gue nggak mau...
Sherly: Re... (Reyna berlari sekuat tenaga dengan keadaan dada sesak dan air mata berjatuhan)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories Of Heart
SpiritualTentang kumpulan cerita pendek yang membahas mengenai hati