gunung es

2.6K 179 1
                                    

"Kenapa kemaren lo ga bales LINE gue?" tanya Revan begitu Shania menaruh tasnya di kursinya dan menenggelamkan mukanya di atas lipatan kedua tangannya di meja

"Jawab gue!" ujar Revan dengan sedikit membentak Shania

Shania melirik kearah sebelah kirinya dengan sinis, kemudian cewek itu berdiri tepat di depan Revan. "Lo kira hidup gue cuman buat elo? Lo kira 24 jam non-stop LINE gue aktif buat lo? Lo kira seharian itu gue megang iPhone gue terus?"

"Gue tau LINE lo kemaren aktif. Lo nge-like timeline Rachel. Iya, 'kan?" tanya Revan dengan tatapan tajam yang menatap tepat di manik mata Shania

"Emang, lo berharap banget LINE lo gue bales?" tanya Shania menantang

Revan kembali memperlihatkan wajah datarnya kepada Shania, cowok itu menjejalkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Setelah jeda dua detik, cowok itu kembali berucap. "Yaudah. Fine! Terserah elo. Tapi, kalau ujian praktek kita ga lancar, jangan salahin gue!"

Revan meninggalkan Shania dan berjalan keluar kelasnya. Shania memberenggut dan mencibir kesal. Memang, dia kira dia siapa?! Seenaknya mengatur Shania! Shania mendengus dan mengacak-acak rambutnya sebal. Dia buka ikatan rambutnya yang sudah rapih, lalu dia lempar ikat rambutnya dengan asal. Pusing dengan sikap Revan yang sekali-sekali hangat, lalu sedetik kemudian berubah menjadi super dingin.

Shania melihat Rachel memasuki kelas dengan pandangan kosong. Lalu, gadis itu menaruh tasnya di kursi sebelahnya dan duduk di kursi itu. Shania melihat Rachel dengan pandangan bertanya-tanya. Shania duduk di kursinya dan memperhatikan Rachel dengan seksama.

"Kenapa lo, Chel?" tanya Shania

Rachel menengok kearah Shania dengan pandangan sebal dan mendengus kesal. "Gausah sok baik sama gue!"

Shania mengerutkan dahinya. "Lah? Lo kenapa, Chel?"

"Ish! Dibilangin jangan sok baik!"

"Lo kenapa, Rachel? Gue gabakal ngerti lo kenapa kalau lo ga ngejelasin ke gue."

"Tanya aja sama diri lo sendiri!"

"Chel, gue udah pusing menghadapi Revan yang nyebelin tingkat akut. Lo jangan bikin kepala gue makin berdenyut-denyut dong!" ucap Shania dengan emosi yang mulai tersulut

"Lo siapanya Devha sih sebenernya?" tanya Rachel dengan tatapan membunuh

Shania yang tadinya kesal, langsung tertawa dan memegangi perutnya. Gadis itu tertawa terpingkal-pingkal sampai-sampai matanya mengeluarkan air mata.

"Gaada yang lucu!" tukas Rachel sembari melipat kedua tangannya di depan dada dan memberenggut sebal

"Cemburu?" tanya Shania sembari menopangkan dagunya ke kedua tangannya

Rachel memutar kedua bola matanya dengan kesal. "Menurut lo?"

"Jadi, gebetan Devha itu elo? Lo pasti diajak pergi kemaren sama Devha. Iya, 'kan?" tanya Shania sembari menaik-naikkan kedua alisnya

"Kok lo tau?" ujar Rachel dengan mata membulat tanda bahwa dia tidak menyangka

Shania tersenyum geli. "Jelas tau lah. Gue 'kan serumah sama dia."

"Apa?! Lo serumah sama Devha? Jangan bilang lo ngelakuin hal-hal aneh sama dia! Lo ga sekamar kan sama Devha? Shania, lo lebih buruk dari ekspetasi gue!" ujar Rachel nada berapi-api dan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia kaget setengah mati

Shania kembali tertawa. Sahabatnya ini sangat polos bahkan mungkin cenderung bodoh.

"Ya enggak lah, Rachel. Gue ga sekamar sama dia. Dia itu sepupu gue. selama gue tinggal di Surabaya, gue tinggal sama dia," ujar Shania setelah puas tertawa

Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang