Maret

1 0 0
                                    

"Jangan jatuh cinta saat kepanitiaan".

Kalimat itu akan selalu jadi hal pertama yang harus diingat setiap mahasiswa yang sedang bekerja sebagai budak "event kampus". Sebuah kalimat larangan sederhana, yang kalau kalian ikutin, hidup kalian akan tenang, bahagia dan bersajaha. Minesnya kalo ngikutin petuah itu cuma satu: tenang sih hidupnya, tapi hampa.

Aku Lilya, biasanya dipanggil Lily di kampus. Mahasiswi Teknik Komputer yang sekarang sedang struggling ngejalanin semester 5 tanpa semangat hidup yang berarti. Ini kisahku, kisah yang dimulai sejak semester 4. Waktu dimana kehidupan kampusku dipenuhi dengan kepanitiaan dan pengkaderan (baca: ospek jurusan).

***

Maret itu, adalah pertama kali aku bisa mengingat namanya. Seorang pemuda berkumis tipis yang berhasil mengunci pandangan mataku padanya. Seorang pemuda bertubuh kecil yang mengajariku apa artinya patah hati. Dia Nanda, kakak tingkat super friendly yang bikin adik tingkat bodohnya ini jatuh cinta cuma karna hal sepele

Maret itu open recruitment panitia Lustrum 2 Fakultas Teknologi Informasi dibuka. Aku sudah menunggu OR tersebut dari sejak mereka baru saja membuka pendaftaran presidium yang hanya bisa diisi oleh angkatan 19. Untuk pendaftaran panitianya sendiri dibuka tak lama kemudian dengan merekruit mahasiswa dari angkatan 19 hingga 21. Itu berarti aku yang angkatan 20 sudah bisa mendaftar


"Kalian seriusan gamau daftar lustrum nih?", tanyaku pada ketiga teman yang saat ini dekat denganku.

"Ga deh, Ly. Aku bulan April Mei sibuk banget kayaknya. Udah ada schedule dari Kastrat", Kastrat itu salah satu departemen BEM, dan Ira adalah salah satu staff-nya.

"Aku ga juga deh, acaranya kelamaan. 3 bulan, capek aku", Dian juga ikut menggelengkan kepala.

Sekarang, yang tersisa cuma Nadia. Kalo Nadia juga gak ikut...

"Aku juga engga, males. Ga tertarik sama lustrum aku"

"Yah...", aku manyun melihat respon mereka yang sama sekali tidak bersemangat

Padahal ini Lustrum lho! Ulang tahun ke-10 fakultas, cuma diadain 5 tahun sekali. Sayang banget kan acara besar kayak gini gak ikut?

Tapi pun aku tak bisa memaksa mereka untuk ikut dalam kepanitiaan yang tidak mereka minati. Itu akan jauh lebih melelahkan jika kau harus terpaksa bekerja melakukan hal yang tidak membuatmu bersemangat.

Aku sendiri memiliki ekspektasi cukup tinggi untuk acara ulangtahun fakultas ini. Acara yang hanya diadakan 5 tahun sekali. Tetap kudaftarkan namaku ke form yang disebarkan melalui instagram BEM Fakultas meski ketiga teman dekatku (untuk saat itu) tidak ikut. Seperti biasa, aku memilih Divisi Acara sebagai pilihan 1, untuk pilihan 2 aku pilih Kesekretariatan yang kelihatannya lebih aman ketimbang divisi lain karena jobdesknya hanya berkaitan dengan surat-menyurat.

Wawancaranya diadakan tak lama kemudian. Kami dimasukkan ke dalam grup dan diminta untuk memilih jadwal wawancara. Waktu itu masih transisi dari online ke offline, jadi wawancara dilakukan via zoom. Saat itu, aku masih belum tau, pemuda yang mewawancaraiku akan membuatku merasakan kupu-kupu hanya dengan mendengar suaranya.

Jujur saja, aku berfikir aku mengacaukan wawancaraku. Saat itu waktu wawancara bentrok dengan rapat BEM, jadi aku harus segera berganti zoom dan mengubah background BEM saat wawancara sedang berlangsung. Hal ini disadari oleh kedua orang yang akan mewawancaraiku. Salah satunya seorang wanita yang aku tak tau siapa namanya.

Background BEM tersebut memunculkan sebuah pertanyaan yang mengharuskan aku menentukan prioritas.

"Kalau rapat acara dan BEM bentrok, mana yang akan kamu prioritaskan lebih dulu?"

From MarchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang