Prolog

504 23 2
                                    

NATHASYA POV

"Pergi lo dari hadapan gue!! Apa?! Mau pamer ke gue?!  gak usah nyari muka depan gue deh,  pergi lo, dasar Butaaa!!!"

Kata kata itu. Kata kata itu yang pertama kudengar saat aku pertama masuk kamar Thaly. Aku tak mengerti mengapa ia selalu meneriaki ku dengan kata kata pedisnya. Tapi aku tau, mengapa ia sangat membenciku.

Setelah kejadian tadi, dia benar benar membenciku.

Sangat membenciku. Tapi aku,

Takkan pernah membencinya.

***

NATHALIE POV

Aku berjalan kearah ruangan kantor pribadi mama dirumah. Aku sudah tak sabar ingin punya sepatu Sneaker wedges seperti teman temanku yang lain.

Di ruangan mama, aku melihat Thasya. Dengan tongkat ditangannya, dia terduduk dibangku depan mama. Kulihat mama memberikan sesuatu kepadanya. Tak terlihat jelas apa itu,Tapi aku melihat Thasya dan mama membuka sebuah kotak yang kemudian ia mengeluarkan sebuah gaun cantik berwarna biru dari kotak itu.

Cantik. Gaun itu sangat cantik. Berwarna biru gelap, dengan gaun selututnya. Aku sangat menyukainya.

Dengan semangat, aku segera mendorong pintu ruangan mama, dan berlari kearahnya. Aku juga sudah tak sabar ingin melihat kado yang akan mama berikan. Yang pasti, aku sangat senang.

Aku mengulurkan tanganku dihadapan mama, seperti menuntut sebuah kotak yang sama. Tapi aneh, mama hanya diam dan menatapku bingung.

"Apa?" Tanya mama padaku.

"Bukankah mama akan memberikanku kotak hadiah seperti Thasya?" Tanyaku.

"Thaly, mama minta maaf, tapi mama hanya membeli satu. Hanya untuk Thasya. Thasya it-"

"Tapi kan Thaly juga mau ma!" Potongku.

"Thaly, mama hanya membelikan Thasya, itu karena Thasya diundang ke acara ulang tahun temannya, Dissy, anak teman mama" ucap mama.

Hei! Apaan ini?! Aku tak diberikan hadiah?

"Lalu apa hubungannya?! Kenapa juga waktu ultah teman Thaly, Thaly gak dibeliin baju cantik kayak Thasya? Thaly juga mau mah!" Balasku dengan nada tinggi.

"Thaly, baju kamu kan banyak, kamu selalu jalan ke mall dengan teman temanmu, mama liat, baju kamu banyak dan cantik catik, sedangkan Thasya? Dia hanya punya baju yang sangat sedikit"

"Emang lo yakin mau pake ini?! Emang lo ada yang mau undang lo ke acara ulang tahun teman lo?! Emang ada yang mau berteman dengan orang BUTA kayak lo?!!" Bentakku kepada Thasya.

"Thaly!" Bentak mama padaku. Aku merasakan pipiku memanas. Perih. Tangan mama, tangannya, tanggannya menamparku.

Aku sudah muak! Thasya lah yang selalu di pilihkasih kan oleh mama dan papa. Sedangkan aku? Hanya dianggap seperti anak pungut! Anak yang tak dipedulikan.

Sister BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang