𝟑𝟕: Tired

575 94 6
                                    

Kemarahan dan cercaan dari Jimin begitu menghujam hati Rosé bagaikan pisau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemarahan dan cercaan dari Jimin begitu menghujam hati Rosé bagaikan pisau. Lantas, wanita itu menanggapinya berdasarkan pemikirannya. "Kau ingin aku melakukan apa?" Ia berbalik untuk membalas menatap suaminya. "Terus berpura-pura sampai kau benar-benar bosan dengan permainan ini?"

Jimin yang mendengarkan sontak terkejut. Kegetiran dalam nada suara istrinya seakan menghantam titik pedihnya sehingga dadanya kembang kempis oleh kesiap napas yang tajam.

Akan tetapi, Jimin benar-benar menatapnya hingga membuat Rosé berharap ia menahan bibirnya agar tidak berbicara. Hal itu karena ia tahu bahwa sekarang Jimin dapat melihat ketegangan diwajahnya—kepucatan dan sorot pedih yang akan mengingatkannya di kemudian hari ketika Jimin menyaksikan Rosé sangat terluka seperti saat ini.

Dan benar saja, tiba-tiba Jimin menyipitkan matanya. "Sesuatu pasti terjadi." Ia memutuskan. "Aku sudah melakukan sesuatu, bukan?" Daya tangkapnya mengejutkan Rosé. "Aku tanpa sadar telah melakukan sesuatu yang membuatmu sangat marah sampai-sampai kau meninggalkanku begitu saja!"

Jantung Rosé serasa diremas-remas.
"Sudah cukup aku dibohongi oleh kakak beradik Kim sialan!" Tukasnya.

Jimin mengerutkan dahinya dalam, mencoba bersabar menghadapi istrinya. "Aku sungguh tidak mengerti apa yang kau katakan, Rosé." Ujarnya. "Tapi satu hal yang sangat jelas dan perlu kau ketahui." Jedanya. "Apa yang kita lalui bersama setiap hari bukanlah kebohongan. Dan kau tahu itu!"

"Pernikahan lebih dari sekedar berbagi. Kupikir kau sudah tahu itu." Timpal Rosé ketika Jimin sudah di dekatnya.

"Memang benar." Ujar Jimin. "Ada yang namanya berbagi—baik maupun buruk. Dan ada lagi yang namanya berkomunikasi secara tepat." Tangannya terangkat, menangkup pipi istrinya. "Seperti mendiskusikan masalah kita dan mencoba menyelesaikannya."

"Aku sudah menyelesaikan masalahku." Tukas Rosé.

"Dengan pergi?"

"Tidak ada yang salah dengan itu." Rosé mencoba menguatkan argumennya. "Lagipula aku sudah memberitahumu alasannya!" Dengan marah ditepisnya tangan Jimin dari pipinya sebelum suaminya melakukan sesuatu kepadanya seperti mencium bibirnya.

"Dan teruslah mencoba sampai aku bisa menerima kebenarannya." Saran Jimin. Kemudian, tangannya memeluk pinggang Rosé, menariknya ke tubuhnya yang panas. Sangat panas sehingga Rosé tak dapat mencegah dirinya dari keterkejutannya ketika kesadaran manis dan panas itu menjalarinya.

"Ini salah, Jim!" Sembur Rosé putus asa.
"Sudah ku katakan sejak awal, apa yang kita lakukan terasa salah bagiku!"

"Salah?" Mata Jimin berkobar. "Setiap malam kau berbaring di pelukanku dengan kakimu melingkariku dan matamu menyelami mataku sementara aku terus-menerus mengucapkan kalimat cinta padamu. Dan berani-beraninya kau mengatakan padaku bahwa itu salah sekarang?"

"Ya Tuhan..." Rosé memejam, menelan ludah saat gumpal kering menyekat tenggorokannya yang sakit karena ia tiba-tiba membayangkan Jimin berbaring bersama wanita lain yang ditemuinya tadi.

TOUCHING YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang