19;; Bukan akhir dunia

158 44 11
                                    

[Author's POV]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author's POV]

Di gedung enam tingkat itu, tersisa sekitar tiga puluh orang yang tinggal di sana. Kebanyakkan adalah siswa dan beberapa orang yang sakit. Sayangnya, mereka tidak memiliki obat-obatan bahkan persediaan makanan juga tersisa sedikit. Semua orang juga tampak pasrah sebab tempat-tempat yang memiliki persediaan, seperti supermarket atau apotek di kawasan Seocho sudah habis diambil orang lain. Karena itu, Namjoon yang tinggal di gedung itu selama dua hari berniat keluar untuk mencari persediaan sebelum matahari terbenam.

"Hyung, aku ikut bersamamu." Ujar Yugyeom kala Namjoon sedang berkemas, memasukkan beberapa barang yang dibutuhkan ke dalam tas, terutama benda tajam untuk membunuh manusia kanibal.

Namjoon menggelengkan kepala, "Tidak, tidak, Yugyeom-a. Kau tetap di sini, kau tidak bisa ikut bersamaku."

"Aku bisa membunuh manusia kanibal, hyung. Aku bisa membantumu dan mencari jalan pintas menuju sekolah." Yugyeom tampak bersikeras, "Aku akan ikut bersamamu."

"Andwae!" Tanpa sadar, Namjoon meninggikan suaranya membuat Yugyeom terdiam dan tidak bicara lagi. Kemudian, Namjoon yang sudah bersiap pun melangkah keluar dari ruangan Jackson dan mencoba mencari jalan keluar dari gedung itu sebab manusia kanibal berjalan mondar-mandir di pintu depan.

"Aku tidak bisa lagi mencegahmu untuk tidak keluar." Suara Jackson membuat Namjoon menoleh, "Berhati-hatilah, Namjoon-a. Semua orang di sini akan menunggumu. Kembalilah hidup-hidup tanpa kekurangan suatu apapun."

Namjoon mengangguk, "Araesseo, aku akan kembali."

Jackson tersenyum lalu meminta Namjoon untuk mengikutinya. Ada pintu tersembunyi yang melewati belakang gedung. Namjoon berhasil keluar dari sana seorang diri. Laki-laki itu benar-benar nekat untuk mencari persediaan di luar sendirian dengan harapan bahwa bisa menemukan makanan, senjata atau orang-orang yang masih selamat lainnya. Penuh kewaspadaan, Namjoon berjalan melewati gang yang menurutnya akan aman dibandingkan harus di jalan besar yang memungkinkan akan banyak manusia kanibal melihatnya. Berbekal sniper dengan tiga peluru, pisau, dan linggis, Namjoon terus berjalan penuh hati-hati sampai berada di ujung gang--langkahnya terhenti.

Benar apa yang Namjoon perkirakan. Di jalanan besar, para manusia kanibal sangat ramai. Mereka berjalan mondar-mandir di sekitar trotoar. Jika saja tadi Namjoon mengambil jalan besar, mungkin manusia kanibal akan mukbang dirinya. Ugh, membayangkannya saja mengerikan sekali.

Apa aku kembali saja?

Tidak, Namjoon harus mencari cara lain. Apalagi Namjoon sudah lumayan jauh dari gedung. Namjoon tidak bisa kembali ke gedung lagi lalu pasrah dengan keadaan dan mati sia-sia tanpa usaha di sana. Tidak, tidak. Namjoon harus mencari cara.

Profesinya sebagai seorang polisi sangat membantu Namjoon dalam keadaan maupun situasi berbahaya sekali pun. Namjoon sudah terlatih untuk itu. Terlebih, Namjoon teringat bagaimana sekelompok orang-orang di bus berhasil memancing para manusia kanibal untuk pergi. Maka Namjoon mencoba cara itu. Lelaki itu mencari benda yang bisa mengeluarkan bunyi suara kencang dan kebetulan--mungkin Dewi Fortuna berbaik hati padanya--Namjoon melihat ada apotek di seberang jalan yang harus melewati sekitar lima toko untuk sampai di sana. Namjoon berpikir lagi, bagaimana caranya bisa sampai di apotek itu tanpa harus ketahuan manusia kanibal?

Life Goes On [삶은 계속된다]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang