04. Taman Cendana

13 11 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi, murid-murid sudah bersiap-siap untuk pulang terutama Nafisya. Saat tiba diparkiran tiba-tiba dia kepikiran dengan masa lalu nya, apakah dia benar-benar menunggunya di taman?

Ting!

Dia (?)
Aku tunggu kamu

Dia (?)

Aku tunggu kamu

Lo pulang aja, gue gak bakalan datang!
Mau hujan, lebih baik lo pulang.

Aku ga peduli, aku tetap tunggu kamu di taman.
Mau hujan, mau apa kek terserah!
Yang jelas aku tetap tunggu kamu.

Keras kepala!

Dari dulu, kamu lupa?

“Ck, keras kepala banget” Nafisya segera masuk ke dalam mobil karena sudah gerimis, ia segera pulang ke rumah karena hari ini dia kecapean.

Dilain tempat, seorang laki-laki blasteran Indonesia-Belanda kini sudah siap pergi ke Taman Cendana, laki-laki itu tidak peduli dengan hujan yang deras.

Dia tetap nekat untuk pergi ke taman itu, dia akan berusaha meminta maaf kepada Nafisya, mereka harus kembali seperti dulu lagi.

Laki-laki dulunya orang kaya tetapi, usaha keluarga nya bangkrut. Mobil dan Rumah semuanya disita oleh bank akibat pinjaman papanya.

Hanya ada satu motor sport yang tersisa, dia membeli motor itu hasil dari tabungan nya. Karena bangkrutan keluarga nya dia memilih pergi meninggalkan gadisnya, tanpa memberitahu apapun.

Hujan semakin deras dan angin yang kencang tak membuat laki-laki itu takut, dia tetap menerobos hujan. Dia tidak peduli dia harus bertemu dengan gadisnya dan kembali seperti dulu.

Sedangkan Nafisya sudah tiba di Mansion milik keluarganya, dia membersihkan tubuhnya lalu makan.

Selesai makan di memutuskan untuk ke kamarnya untuk tidur, baginya hari ini cukup melelahkan. Tetapi saat dia menutup matanya, dia tiba-tiba kepikiran dengan laki-laki yang menyuruh nya ke taman.

Dia duduk menatap jendela kamar, Hujan semakin deras. Apakah laki-laki itu ke taman? pikir Nafisya.

Nafisya sebenarnya khawatir dengan laki-laki itu apalagi hujan semakin deras, tanpa ba-bi-bu Nafisya mengambil jaket dan kunci mobil.

Dia menuruni tangga dengan tergesa-gesa, dia melihat kakaknya sedang bermain game di ruang keluarga pun berpamitan.

“Kak, gue izin keluar” pamit Nafisya.

“Mau kemana? gak usah keluyuran lo, hujan deras gini lo mau keluyuran. Balik ke kamar lo”

"Gue ada urusan penting, gue pamit. Assalamualaikum” Nafisya lari keluar rumah menuju Garasi mobil.

Nafisya mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, dia cukup takut dengan hujan yang deras ditambah angin yang kencang, tapi ia harus memberanikan diri. Bagaimana kalau laki-laki menunggunya di taman? apalagi hujan deras seperti ini, orang mana yang tega membiarkan orang lain menunggunya saat hujan seperti ini.

Saat Nafisya fokus mengendarai mobil tiba-tiba ada motor yang melaju kencang dan sebuah truk dari sisi lain. Nafisya segera banting setir agar menghindar.

NAFDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang