Anna membuka pintu yg sedikit macet, saat membuka pintu terasa seperti banyak debu berterbangan meronta keluar menyapu wajahnya seolah memang meminta seseorang untuk segera mengeluarkannya.
Debu dan bayang-bayang kesunyian mengisi ruangan petak kecil itu, dindingnya yang kusam seolah memudar bersama kenangan orang-orang yang pernah singgah.
Anna sedikit terbatuk saat debu memasuki hidung hingga tenggorokannya.
"Kau kenapa ?" tanya seseorang di seberang sana.
"Tidak apa-apa, kamarnya banyak debu sampai masuk ke tenggorokanku" jawab Anna.
"...nanti aku telpon lagi ya" ujarnya lalu segera menutup sambungan telpon.
Anna melihat kondisi kamar petakannya yg sedikit kotor. Sepertinya yg punya jarang datang untuk sekedar membersihkan.
Anna segera menaruh koper dan ransel nya di pojok ruangan kemudian lanjut untuk melihat-lihat ada ruangan apa saja. Kamarnya lumayan kecil hanya cukup untuk dirinya dikarenakan keuangannya yg tidak bagus, dia tidak bisa menyewa kamar yg lebih luas dari ini.
Dia membuka jaket yg sedari tadi dipakai kemudian mengikat rambut panjangnya.
"Ayo kita bersih-bersih" ucapnya menyemangati diri sendiri.
Butuh waktu dua jam baginya untuk membersihkan semuanya, setelah selesai Anna membaringkan tubuhnya di lantai, peluh sudah membasahi kening dan juga lehernya.
Anna mengambil ponselnya saat merasakan getaran nada dering, kedua sudut bibirnya langsung melebar melihat siapa yg menghubungi.
"KAKAK!" Anna langsung menjauhkan ponselnya mendengar teriakan itu.
"Ada apa ?" tanya nya.
"Kenapa tidak bilang jika kau pergi nya hari ini ? Aku 'kan ingin ikut mengantarmu" dari nada bicara nya saja, Anna sudah tau pasti bocah diseberang sana sedang mengerucutkan bibirnya.
"Maaf ya, aku buru-buru jadi tidak sempat memberitahu mu"
"Aku tidak mau tau, hari minggu nanti kau harus pulang dan membawakan Mint Choco untukku!"
"Iya, aku mengerti"
"Ya sudah, aku tutup ya! Jaga dirimu Kak, Sunoo menyayangimu" Anna tertawa gemas menanggapi ocehan bocah cerewet yg bernama Sunoo itu.
Anna memandang kosong atap kamarnya, suasana kembali hening. Tinggal di kota asing seorang diri rasanya memang tidak enak. Belum ada satu hari tapi rasanya dia sudah rindu dengan kampung halaman. Namun, demi hidup yg lebih baik, dia harus terus berjuang karena Anna tau bahwa untuk saat ini hanya dirinya lah yg bisa diharapkan.
Suara langkah kaki kesana kemari dan juga bunyi mesin terdengar saat Anna memasuki kantor tempat dia bekerja. Masih pagi tapi suasana nya terasa sibuk sekali, Anna langsung diarahkan ke meja nya oleh Manager disana. Setelah mengucapkan terimakasih, dia langsung duduk dan membersihkan sedikit mejanya.
Sebenarnya dia sedikit bingung karena masih belum tau apa yg harus dia kerjakan, jadi setelah membereskan meja, Anna hanya menyalakan komputer sambil melirik ke kanan dan kiri.
"Kau yg pakai kemeja Navy kemarilah" merasa cocok dengan deskripsi yg disebutkan Anna langsung menoleh.
"Aku ?" tanya nya memastikan, wanita yg memanggilnya langsung mengangguk. Dengan cepat Anna langsung menghampirinya.
Wanita tersebut menatap Anna dari atas hingga bawah yg membuat Anna merasa terintimidasi.
"Salin berkas ini untuk sepuluh orang, waktu mu sepuluh menit" Anna mengangguk dan langsung pergi ke mesin fotocopy yg terletak di pojok ruangan.
Dia menyalakan mesin besar itu dan langsung memulai untuk menyalin kembali, namun saat dia sudah menekan tombol start tidak ada satupun kertas yg keluar.
"Mengapa tidak keluar" gumam nya. Anna memukul pelan mesin nya siapa tau memang sedang error.
"Sedang apa ? mesin nya 'kan rusak" sahut seorang wanita yg menghampirinya.
"Kalau kau mau membuat salinan, gunakanlah mesin divisi administrasi di lantai tiga"
Anna sedikit terkejut mendengar ucapan wanita itu pasalnya waktu dia tinggal tujuh menit lagi dan sekarang dia ada di lantai dua belas.
Tanpa berlama-lama Anna langsung berlari menuju lantai tiga setelah mengucapkan terimakasih kepada wanita itu. Anna memainkan jarinya tidak tenang sambil menunggu salinan nya selesai bahkan berkali-kali dia melihat arloji di tangannya.
Tinggal satu menit lagi, batinnya.
Jantung Anna berpacu seiring menit yang terus berlari, telapak tangannya berkeringat dingin saat menunggu kertas terakhir keluar dari mesin fotocopy.
Setelah mesin nya mengeluarkan kertas terakhir, dia kembali melesat pergi ke lantai dua belas sambil membereskan beberapa kertas yg masih acak-acakan.
Sampai di lantai dua belas, wanita yg tadi menyuruhnya sudah menunggu di depan ruang rapat. Raut wajahnya agak sedikit panik bercampur kesal melihat kedatangan Anna.
"Kenapa kau lama sekali ?" omelnya.
"Maaf" Anna hanya bisa menunduk takut.
"Bagikan kertasnya kepada klien yg berada di dalam" wanita itu membuka pintu dan menyuruh Anna masuk.
Saat masuk ke dalam suasana nya lebih mencekam lagi, serasa dihujani oleh tatapan tajam yg seolah-olah siap untuk memangsanya. Melihat itu Anna langsung menunduk takut sembari membagikan kertas dengan tangan yg gemetaran, sampai saat dia menaruh kertas di kursi tengah yg Anna yakini dia pasti pimpinan disini.
Anna tidak tau harus berbuat apa jadi dia hanya membungkuk untuk memberi hormat kepada seseorang yg duduk di kursi itu.
Anna langsung keluar dari ruang rapat dan kembali ke meja nya. Dia baru bisa bernapas lega saat sudah duduk di tempatnya sekarang.
Baru saja merasa lega, Anna kembali terkejut saat ada yg memanggil namanya.
"Ini tugas pertama mu, kalau ada yg tidak kau pahami tanyakan saja kepadaku"
Anna mengangguk mendengar ucapan dari pria yg bernama Jaeyun itu.
"Ya Tuhan terimakasih sudah mengirimkan orang baik" batinnya.
"Baik, terimakasih" Jaeyun hanya tersenyum kecil dan segera pergi.
Tanpa menunggu lama, Anna langsung hanyut dalam fokusnya untuk menyelesaikan tugas pertamanya.
Selang beberapa lama pintu ruang rapat terbuka disusul dengan keluarnya beberapa orang dari sana, karyawan yg berada di ruangan tersebut dengan kompak berdiri dan langsung membungkukkan kepalanya termasuk Anna.
Dengan curi-curi kesempatan Anna sedikit mendongak untuk melihat orang-orang tersebut dan tanpa sengaja matanya menatap manik mata yg paling menyeramkan di antara belasan manusia yg lain.
Anna kembali menunduk saat tidak sengaja menatap mata sang pimpinan itu, setelah semua orang penting tersebut pergi Anna baru bisa menghembuskan napasnya.
***
semoga suka dan jgn lupa tinggalin jejak yaa! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
In His Shadow ft Park Sunghoon
FanfictionDi antara dua pilihan ini, mana yg akan kamu pilih? 1. Kerja keras seumur hidup untuk membayar hutang, atau 2. Hidup bersama Sunghoon tanpa harus memikirkan hutang, tentunya dengan konsekuensi yg belum kamu ketahui. Mana yg akan kamu pilih? Cerita t...