Malam itu suara petir terdengar keras, angin berhembus kencang, hujan turun sangat deras, begitupun dengan air mata yang mengalir deras di pipi seorang Anyara Aretha.
Anyara duduk di balkon kamarannya, ia menatap langit yang sedang menurunkan hujan, ia menangis terisak.
Anyara bingung harus ikut siapa, setelah orang tuanya berpisah nanti.
Apakah ia harus ikut dengan mamanya? Tidak, itu bukan pilihan yang tepat. Jika anyara ikut dengan mamanya, mungkin tidak membutuhkan waktu lama, ia akan mati di tangan mamanya.
Karena mamanya yang selalu memberikan kekerasan fisik pada anyar, dari mencambuk badannya, menamparya, dan mendorongnya lalu menginjak perutnya.
Jika ia melakukan kesalahan sedikit, ia akan mendapatkan cambukan dari mamanya, oh tidak saat melakukan kesalahan saja mungkin bisa jadi saat mamanya ingin melampiaskan amarahnya.
Atau sebalaiknya? Apakah anyara harus ikut dengan ayahnya? Tapi jika ia ikut dengan ayahnya, apakah akan menjamin kebahagiaan?, atau kasih sayang? Sepertinya itu juga tidak, karena ayahnya yang selalu sibuk dengan urusan kantor, hingga tidak ada waktu untuk melakukan aktivitas bersama anyara.
"gw harus gimana? Apa gw ikut mama? Gak gak, kalau gw ikut mama bisa jadi gw udah ga ada di dunia ini. Atau ikut ayah? Tapi kalau gw ikut ayah, gw ga dapat kasih sayangnya atau perhatiannya. Ehh... " anyara menjeda ucapannya, ia berfikir sejenak."gapapa deh ikut ayah, lagian gw kan emang dari kecil ga dapet kasih sayang, sama perhatiannya. Haha" anyara menertawakan dirisnya sendiri, miris sekali bukan?
Tiba tiba anyara merasakan sakit di kepalanya, ia memegangi kepalanya yang terasa pusing, mungkin terlalu lama menangis, dan ia juga belum makan dari tadi siang.
"sshh kenapa kepala gw sakit banget" tanya anyara pada dirinya sendiri.
Anyara masuk ke dalam kamarnya, tak lupa menutup jendela dan pintu kamarnya.
Ia merebahankan tubuhnya di atas ranjang
"kepala gw sakit banget hiks" ucap anyara di sela tangisannya, ia masih memegangi kepalanya yang tersa semakin pusing.Anyara yang sudah tidak kuat menahan sakit di kepalanya, ia memejamkan matanya dan berusaha tidur untuk mengalihkan rasa pusing yang ia rasakan
Tanpa anyara sadari, ia telah terlelap dari tidurnya. Anyara tertidur dengan keadaan mata yang sembab, mungkin esok pagi matanya akan terlihat bengkak, karena terlalu lama menangis.
***************
Sinar matahari bersinar menembus kaca jendela kamar anyara, ia terbangun dari tidurnya. Benar saja matanya sekarang terlihat bengkak, tetapi rasa sakit di kepalanya sudah hilang.
Anyara bergegas menuju kamar mandi dan melakukan ritual mandinya, karena hari ini adalah waktunya kembali bersekolah, setelah 3 hari tidak masuk sekolah.
Dengan alasan izin keluar kota, padahal ia tidak pergi kemana mana, anyara hanya di rumah dan menyendiri untuk menenangkan pikirannya dan hatinya.
30 menit selesai mandi, ia memakai pakaian seragam sekolahnya.
anyara duduk di depan meja rias dan mempolesi wajahnya dengan sedikit bedak, dan memberikan serum pada bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyara
Fiction généraleMalam itu suara petir terdengar keras, angin berhembus kencang, hujan turun sangat deras, begitupun dengan air mata yang mengalir deras di pipi seorang Anyara Aretha Anyara duduk di balkon kamarannya, ia menatap langit yang sedang menurunkan hujan...