Jam menunjukan sembilan lewat lima belas pagi, aku merenggangkan jari-jari ku yang kebas karena terus menerus mengetik di keyboard laptop milikku.
Kopi di meja sudah dingin dan menyisakan ampas, aku meraihnya, ingin menyeduh kopi yang baru untuk menemani ku mengenang-ngenang masa lalu. Setelah selesai dengan kegiatan perkopian, aku kembali duduk di kursi kayu dan mulai bernostalgia lagi.
Oh, ya... aku lupa menceritakan bagian ini, yang mana aku, Deka dan Fajar adalah anggota ekstrakulikuler band disekolah, itu karena kecintaan kami pada musik. saking cintanya, jika disuruh memilih antara musik atau perempuan, dengan sangat percaya diri aku akan lebih memilih musik, tapi itu dulu sebelum aku mengenal Alisha. Aku seorang vokalis sekaligus gitaris, Deka yang bermain drum, sedangkan Fajar bermain keyboard, anggota band bukan hanya kami bertiga, ada juga Ica dan Adit, tapi mereka jarang sekali latihan bersama karena terlalu sibuk dengan kegiatan lain.
Kecintaan ku terhadap musik tidak hanya ketika SMA saja, sampai sekarang aku masih mencintai musik. Namun, aku tidak menekuninya seperti saat SMA dulu, bahkan pekerjaan ku jauh dari pada musik.
Baiklah kita akan masuk kebagian kedua dari mengenang.....
Setelah upacara bendera selesai, kami masih belum diperbolehkan keluar dari barisan, hampir semua murid mendesah kecewa, lalu diiringi oleh amarah.
"Tolong untuk semua cowok topinya dilepas, hari ini akan diadakan pemeriksaan rambut dan juga lambang kelas, jadi untuk seluruh siswa dan siswi SMAN pemuda jika belum ada yang mengganti lambang kelas, lambang kelas yang lama akan dilepas dengan gunting."
Banyak yang resah mendengar itu, termasuk aku, Deka, Fajar dan beberapa teman kelas ku. Inilah yang dinamakan sejuta sial, selain rambut ku yang panjangnya melebihi ukuran yang sudah diterapkan oleh sekolah, aku juga belum mengganti lambang kelas ku, masih berwarna hijau penanda kelas sepuluh.
"Untuk semua osis yang bertugas pada senin ini, tolong periksa teman temannya lalu bawa ke depan."
Diantara anggota osis yang bertugas, ada Alisha, aku terkejut melihatnya disana, tak menyangka dia akan termasuk kedalam pasukan yang paling tidak aku sukai itu.
Alisha sepertinya berpatroli dikelas sebelas, dengan dua temannya, aku ingin kabur tidak bisa, ada tiga guru menjaga dibelakang kami, sungguh sekolah ini tidak menyenangkan.
Satu persatu anak anak yang tak taat peraturan keluar dari barisan, diawali dengan kelas IPA lalu ke IPS setelah IPA selesai mulailah mereka berpatroli dikelas IPS, mampus lah aku bersama yang lain.
Aku melihat Alisha berjalan kearah barisan kelas ku, dia mulai menyuruh Juan, Deka, Fajar dan beberapa teman sekelas ku yang melanggar peraturan ke tengah lapangan, sampailah ke titik diri ku, Alisha tersenyum ramah ia meminta ku membuka topi.
Aku benar-benar tidak mengerti dengan ku saat itu.... Aku menjadi gugup seketika, itu bukan gugup karena aku akan dihukum, karena aku sudah sering dihukum dari yang berat sampai yang ringan disekolah ini, aku gugup karena Alisha. Padahal dia hanya berdiri dan tersenyum, malah melakukan hal yang menyebalkan, tapi aku seakan maklumi hal itu, tidak ada protes yang kuluangkan seperti biasanya.
"Tolong dibuka topinya, dan langsung ke depan aja ya " Katanya.
Karena itu aku selalu meyakini tatapan mata Alisha adalah sebuah sihir, Alisha adalah penyihir, dia bisa sekali memengaruhi pikiran ku dan hidup ku, mengubahnya menjadi membingungkan dan menyenangkan diwaktu bersamaan.
Ada sekitaran 20 lebih, murid yang tak taat peraturan dikumpulkan ditengah lapangan menghadap barisan siswa. "Barisan yang berdiri di depan ini adalah contoh pelaku perbuatan tidak terpuji, yaitu melanggar peraturan sekolah..... Mereka semua tak patut untuk dicontoh, Anak-Anak, peraturan itu untuk melatih kedisiplinan. Oh ya, mungkin kalian akan protes, apa hubungannya rambut dan belajar, saya disini akan menjawab itu, memang mungkin tidak ada hubungannya tapi kalian ini seorang pelajar yang terpelajar..... Saya tanya, apakah pantas seorang terpelajar tidak rapi? Penampilan itu adalah cerminan orang tersebut, dan dari penampilan pula pandangan orang orang terhadap kalian akan terbentuk." Jelas pak Burhan panjang lebar selaku wakil kesiswaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Oh Romansa
Teen FictionIni cerita sederhana dari Harsa untuk Alisha, sama seperti cerita ini cinta Harsa kepada Alisha juga sederhana tidak kurang tidak berlebihan karena ia berpegangan dengan nasihat bapak yang ditemani kodok dari parit depan rumah, malam itu ketika remb...